Bab 22

3.5K 317 15
                                    


"Eugh."

Lenguhan terdengar dibalik selimut yang menutupi tubuh polos pasangan suami istri yang baru saja menikmati indahnya surga dunia.

Prilly terjaga terlebih dahulu dengan menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan mati rasa. Lenguhan tadi juga berasal dari mulutnya sedangkan Ali masih tertidur dengan memeluk erat pinggang istrinya.

Mengerjap beberapa kali akhirnya mata Prilly terbuka hal pertama yang ia lihat adalah gelap. Suasana kamarnya begitu gelap dan ia menoleh ke samping arah jendela yang masih terbuka padahal diluar sudah malam.

Prilly buru-buru beranjak untuk menutupi jendela,"Ya Tuhan udah jam berapa sih ini?"Dia bertanya sendiri sambil beranjak bangun namun tertahan oleh belitan lengan Ali di pinggangnya.

"Sayang. Mas bangun udah malam ini kayaknya. Kita lewatin waktu magrib Mas."Prilly menggoyangkan lengannya Ali yang membelit pinggangnya.

Ali bergumam tidak jelas sebelum berbalik memunggungi istrinya. Ali kembali terlelap, Prilly menghela nafas ia menarik sedikit selimut untuk menutupi punggung lebar suaminya yang terpampang hingga ke pinggang.

Prilly membiarkan tubuh bagian atasnya terlihat karena selimut yang melorot, bodoh amat toh yang lihat palingan juga Ali lagian udah dilihat plus dinikmati juga oleh suaminya itu.

Prilly menguncir rambutnya sebelum beranjak dari ranjang memungut kaos Ali yang dilempar olehnya keatas lantai lalu ia kenakan tanpa dalaman. Prilly segera beranjak ke dekat jendela lalu menarik jendela dan menguncinya setelah itu ia tarik gorden dan suasana kamarnya semakin gelap saja.

Sedikit meraba Prilly beranjak mendekati saklar lampu lalu ia nyalakan hingga kamarnya terang benderang dan seketika ia tersipu saat melihat ceceran bajunya dan Ali juga dalaman mereka yang berserakan di lantai.

Mengabaikan rasa panas diwajahnya Prilly melangkah memunguti semua ceceran baju mereka sesekali Prilly terlihat meringis saat pahanya bergesekan ketika bergerak. Padahal dulu ketika membaca novel, setiap pasangan selepas berhubungan suami istri maka pria yang menggendong wanitanya tapi dia?

Boro-boro digendong dibangunin saja suami nya tidak bangun-bangun juga. Dasar tampan untung Cinta!

Setelah membereskan semua kekacauan di kamarnya Prilly segera beranjak ke kamar mandi, ia sudah tidak perlu buru-buru lagi karena waktu magrib memang sudah lewat. Menghela nafas ia akan mengganti nanti saat shalat Isya.

Setelah satu jam akhirnya Prilly keluar dengan handuk yang membelit tubuhnya juga rambutnya yang setengah basah ia biarkan begitu saja. Prilly segera berjalan menuju lemari, ia harus bersiap dulu sebelum membangunkan Ali.

"Cantik banget sih istri Mas Al."

Sontak Prilly menoleh saat mendengar suara Ali, "Mas udah bangun?"Jujur saja ia gugup setengah mati meskipun sudah saling melihat tubuh polos masing-masing tapi ia tetap malu dilihat Ali dalam kondisi setengah telanjang begini.

Ali berdehem ia memang sudah bangun sejak tadi namun masih berada diatas ranjang dengan selimut yang hanya menutupi pinggang kebawah. "Aku ke bangun karena nggak ada kamu."

"Eleh alasan orang aku udah bangun dari tadi juga. Malahan aku bangunin Mas nggak bangun malah balik tidur."Sahut Prilly sedikit merajuk yang membuat tawa Ali terdengar.

Prilly mengabaikan tawa suaminya, ia memilih sibuk dengan pakaian yang akan ia gunakan, Prilly memilih diantara susunan bajunya hingga akhirnya pilihan Prilly jatuh pada dress rumahan namun saat tangan Prilly ingin mengambil dress itu tiba-tiba tangan lain muncul menahan tangan Prilly.

"M..mas."Suara Prilly terdengar bergetar.

"Iya sayang."jawab Ali sambil memeluk istrinya.

Prilly memejamkan matanya saat merasakan sapuan lembut bibir Ali pada lehernya,"Mas sengaja nggak ninggalin jejak dileher kamu takut diejek Bang Eja dan buat kamu nggak nyaman."

Prilly mengabaikan perkataan Ali, tangannya sedang menahan tangan Ali yang mulai menggerayangi bagian tubuhnya. "Mas kita belum makan ini sudah hampir jam 8 Mas."Ingat Prilly yang tentu saja diabaikan oleh Ali.

"Nggak apa-apa aku lebih butuh kamu dari pada makan malam Sayang."Ucap Ali sambil membawa istrinya ke dalam gendongannya.

"Maass!!"Pekik Prilly yang terkejut dengan tindakan Ali yang tiba-tiba menggendong dirinya.

Ali segera membawa tubuh istrinya ke ranjang dan setelah merebahkan istrinya disana dengan cepat Ali menarik handuk Prilly hingga matanya kembali menggelap saat melihat kemolekan tubuh istrinya.

Prilly membuang tatapannya karena menyadari tubuh Ali sama polosnya dengan tubuhnya. "Kenapa Sayang?"Tanya Ali padahal ia jelas tahu istrinya sedang malu luar biasa.

Prilly hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ali tersenyum manis sambil membungkukkan badannya lalu mendaratkan kecupan hangat diperut rata istrinya hingga membuat Prilly melenguh tanpa sadar.

"Cepat tumbuh disana ya Nak. Abi dan Umi benar-benar menunggu kehadiran kamu."Ucap Ali di depan perut Prilly.

"Mas."bisik Prilly dengan suara bergetar.

"Iya Sayang."Ali mendongakkan kepalanya ia bisa melihat kabut gairah dimata istrinya.

Tanpa menunggu lama Ali segera menindih tubuh istrinya dan melumat habis bibir merah alami istrinya.

Suasana kamar kembali panas dan berikutnya hanya terdengar lenguhan serta desahan dari kedua penghuni kamar itu.

**

Di rumahnya terlihat Ratih yang mondar-mandir sambil mengumpati Ali. Ia benar-benar kesal karena Ali sudah tidak lagi mengunjungi dirinya.

"Sialan! Benar-benar sialan."Marahnya sambil terus mengumpat.

Ratih sudah sering seperti ini terhitung sejak Ali mengabaikan dirinya. Ratih seperti kehilangan cara untuk menghubungi Ali kembali, ia tidak memiliki nomor ponsel Ali sedangkan nomor ponsel Ali yang ada padanya sudah terblokir.

"Pasti semua ini gara-gara wanita sialan itu! Argghh!!"

Prang!

Prang!

Prang!!

Ratih melemparkan beberapa peralatan make up miliknya. Dia yang merasa belum puas meluapkan semua kekesalannya pada Prilly beralih pada ranjang dan melemparkan semua bantal-bantal yang ada disana.

"Ya ampun Nak. Kamu kenapa?"Ratna yang mendengar suara pecahan dari kamar putrinya segera datang dan betapa terkejutnya dia saat melihat kondisi kamar putrinya.

"Arrghh! Sialan! Wanita sialan itu benar-benar merebut Ali dari aku Argghh!"Ratih terus berteriak histeris.

"Tenang Nak! Tenang. Jangan seperti ini pikirkan kandungan kamu."Ratna berusaha menenangkan putrinya.

Ratih menatap tajam Ibunya, "Kalau tidak bisa menarik perhatian Ali janin ini nggak ada gunanya Buk. Aku nggak bakal sudi mengandung anak dari benih Bram brengsek itu."Ucap Ratih hendak memukul perutnya namun di halangi oleh Ratna.

"Sadar Ratih! Sadar! Ini anak kamu dan kamu harus buka mata kamu Ali itu sudah menjadi suami orang. Kamu sendiri yang dulu nolak dia dan milih Bram."

Ratih semakin meradang saat mendengar perkataan Ibunya. "Ini semua salah Ibu! Ibu yang hina Ali dulu! Ibu jugakan yang racunin pikiran aku agar milih Bram yang kata Ibu itu pengusaha kaya raya nggak miskin dan gembel seperti Ali."Ratih kembali berteriak marah.

"Aku nggak mau tahu pokoknya Ibu harus bantu aku untuk misahin Ali dan istrinya. Aku bakal jadiin janin ini sebagai pengikat Ali bagaimanapun caranya."sambung Ratih dengan senyum culas yang terlihat begitu mengerikan.

Ratna mulai ketakutan dengan putrinya sendiri, Ratih sepertinya mulai kehilangan kewarasannya. Ya Tuhan bagaimana ini?

*****

After Wedding (Mas Al nikah Yuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang