Bab 45

3.1K 356 13
                                    


Suasana di antara Rega dan Mona mulai canggung satu sama lain. Mona tidak memberikan jawaban atas ungkapan perasaan Rega padanya dia hanya berlalu meninggalkan Rega yang ternyata tetap mengikuti langkahnya ke kantin.

"Mau beli apa?"Rega berusaha memecahkan keheningan di antara mereka.

Mona menoleh menatap Rega sekilas lalu kembali mengalihkan pandangannya, "Jajan."sahutnya kalem, Mona nyaris memaki dirinya sendiri kenapa tiba-tiba dia bisa se kalem ini.

Rega tidak bisa menyembunyikan senyumannya terlebih ketika melihat rona merah menjalar diwajah Mona. Dan Mona semakin kelihatan manis dan menggemaskan dengan sikap malu-malunya yang baru pertama kali di lihat oleh Rega.

Mona dan Rega sudah sampai dikantin. Rega memilih memesan satu cup kopi sedangkan Mona sudah berjelajah menyusuri rak-rak yang menyediakan makanan-makanan ringan sejenis ciki-ciki.

"Mas duduk disana ya Dek."Rega menghampiri Mona sambil memegang cup kopi miliknya.

Mona menoleh dan mengangguk setuju sambil menatap punggung Rega yang menjauh menuju salah satu meja dipojok kantin.

Mona segera membalikkan badannya ketika Rega sudah menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya disana. Mona tidak ingin kepergok tengah memandangi Rega.

Tanpa sadar Mona meremas kuat makanan ringan yang berada ditangannya. Mona bisa merasakan jantungnya berdebar kencang tapi yang anehnya debaran itu tidak menyakitkan malah sebaliknya. Mona merasa debaran itu sangat menyenangkan.

Ada apa sebenarnya dengan jantung Mona?

**

"Gue harus balik! Teman gue lagi sakit dan hampir seminggu dirawat dirumah sakit. Gue belum pernah jenguk dia sekalipun!"

"Enggak! Kamu nggak boleh kemana-mana sebelum kamu setuju menjual setengah lahan sawit kamu ke aku!"

"Yak janda! Dengar berkali-kali gue bilang itu bukan lahan milik gue tapi milik Pak Umar! Ngerti bahasa manusia nggak sih lo!"

Wanita cantik dihadapan Gading itu tetap tidak terima dan ngotot ingin memiliki lahan sawit milik keluarga Gading.

"Aku bakalan ketemu Pak Umar terus minta dia jual lahan itu. Ngerayu-ngerayu deh! Nggak perduli aku!"

Gading memijit pelipisnya yang terasa sakit kalau sudah berhadapan dengan Janda muda dan seksi didepannya ini.

"Silahkan! Lo pergi! Lo rayu tuh Pak Umar tapi gue ingetin lo jangan salahin gue kalau sampai muka cantik lo diporak-porandakan oleh penjaga Pak Umar. Minggir lo!"Gading mendorong pelan tubuh Tania yang terlihat mematung berusaha mencerna perkataan Gading barusan.

Entah Gading yang memakai kekuatan super entah Tania yang tidak hati-hati karena saat Gading mendorong bahunya tiba-tiba Tania terjatuh dan secara refleks dia menarik dasi yang dikenakan oleh Gading.

Tanpa bisa dicegah keduanya terjatuh dengan posisi Gading menimpa tubuh Tania. Posisi mereka benar-benar intim.

"Aww!!"

Keduanya kompak meringis ketika merasakan hantaman keras terlebih Tania yang merasakan sakit luar biasa pada punggungnya.

Baik Gading dan Tania baru menyadari posisi mereka setelah beberapa menit kemudian. Gading sontak menelan ludahnya ketika tanpa sengaja matanya menangkap penampakan payudara Tania yang menyembul dibalik gaun yang dikenakan wanita itu.

Gading menelan ludah berkali-kali dan sialannya matanya enggan berpindah dari pemandangan indah itu. Gading bisa membayangkan selembut apa kulit mulus Tania bahkan bibirnya sudah gatal ingin melabuhkan kecupan disana.

Tania juga tidak berbeda jauh dengan Gading, matanya terpaku pada wajah Gading yang terlihat sangat tampan jika dilihat dengan posisi sedekat ini. Tania meringis pelan ketika merasakan sesuatu yang 'keras' menekan paha terbukanya.

Otak Gading semakin menggila ketika mendengar ringisan Tania yang terdengar seperti 'undangan terbuka' di telinganya.

"Ck! Sialan! Maafin gue!"Umpat Gading sebelum menurunkan wajahnya lalu melahap bibir penuh Tania.

Dan matanya Tania sontak terbelalak kaget namun perlahan mata bulat itu terpejam mulut dan lidahnya ikut bergerak mengikuti permainan Gading.

**

Prilly dan Reza terus berceloteh tentang apa saja sampai akhirnya mereka tiba di kantin rumah sakit. Reza segera mendorong kursi roda Prilly menuju rak makanan.

"Nih pilih mau beli apa?"Reza berkata sambil menoleh ke kiri dan kanan.

Prilly juga mengikuti perintah Reza dengan memilih berbagai macam jenis makanan ringan yang diinginkan olehnya.

"Kak Prilly!"

Prilly terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang memanggil namanya belum sempat dia mendongak untuk melihat siapa yang memanggil namanya. Tiba-tiba dia merasakan pelukan hangat pada tubuhnya.

"Ya ampun. Ternyata beneran Kakak. Aku kangen Kakak."

Prilly baru sadar dari keterkejutannya ketika mendengar isak tangis. "Adek!"

Prilly mengeratkan pelukannya pada tubuh Mona. Ternyata yang memanggil namanya tadi adalah Mona, adik iparnya.

Mona melepaskan pelukannya lalu mengusap air matanya dengan kasar. Mona berjongkok di depan kursi roda Prilly dengan tangan bertumpu pada lutut Prilly. "Mona mohon jangan tinggalin Mas Al Kak."pintanya sungguh-sungguh.

Prilly menahan nafasnya sejenak dia tidak menyangka Mona akan langsung berkata seperti itu dipertemuan pertama mereka dalam keadaan seperti ini.

"Mas Al salah. Mona nggak bakal belain Mas Al tapi Mona nggak rela kalau sampai Kakak dan Mas Al pisah."Ujar Mona kembali terisak.

Reza yang berdiri dibelakang Adiknya menatap sendu kearah Adik Ali. Ternyata bukan keluarganya saja yang tidak menginginkan perpisahan antara Ali dan Prilly.

"Dek bangun! Nggak enak dilihat orang."Prilly berusaha menggapai bahu Mona namun Mona menolak."Mona nggak akan bangun sampai Kakak setuju untuk tidak berpisah dari Mas Al. Mona nggak akan minta Kakak buru-buru nerima Mas Al kalau Kakak mau kasih pelajaran sama Mas Al supaya nggak bego lagi Mona setuju dan akan membantu dengan senang hati tapi Mona mohon jangan tinggalin Mas Al-nya Mona. Walaupun bego Mona sangat menyayangi Mas Al, Mona nggak bisa liat Mas Al terluka."Cerocos Mona dalam satu tarikan nafasnya.

"Nafas dulu bisa kali Mon!"Reza terkekeh geli melihat kebawelan Adik Ali itu. Dan dengan polosnya Mona melakukan apa yang dikatakan Reza dengan perlahan dia menarik dan menghembuskan nafasnya.

Prilly dan Reza sontak tertawa, ada-ada saja kelakuan gadis manis ini.

"Mona nggak akan bangun sampai Kakak setuju untuk tidak berpisah dengan Mas Al."Ulang Mona lagi.

Gadis itu bersikukuh untuk tetap menekuk kedua lututnya dihadapan Prilly.

Prilly menghela nafas sebelum membuka suara dia menoleh menatap Reza. "Abang semuanya terserah kamu Dek. Tanya hati kamu."Kata Reza sambil mengusap lembut kepala Adiknya.

Prilly mengangguk pelan lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Mona yang menatapnya penuh harap. "Kakak mengerti keinginan kamu Dek. Tapi..."

"Prilly! Reza? Kalian ngapain disini?"

*****

Halo semuanya...

Aku sengaja Update part ini sekalian untuk pemberitahuan kalau cerita ini bakal UNPUBLISH ya say.. 😊🙂 bagi yang belum baca silahkan baca dan bagi yg nggak suka ya jangan baca. Gampang kok.

Ah ya satu lagi sekarang ayok pindah ke lapak cerita baru aku WARISAN CINTA yuk! ceritanya nggak kalah seru dari Mas Al kok 😄😄

Bagi yang mau pdf ini silahkan chat ke wa ya,harganya 50k.

Dan bagi yang nggak suka cerita aku nggak apa-apa, aku nggak maksa buat kalian baca atau beli pdf ceritanya aku, dan teruntuk pembaca setiaku terima kasih karena selalu dukung karyaku 😘😘😍

Terima kasih..

After Wedding (Mas Al nikah Yuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang