Bab 5

3.5K 322 9
                                    


Setelah semalaman menangis pagi ini mata Prilly terlihat bengkak dan itu benar-benar membuat Ali kelimpungan melihat wajah sembab istrinya.

"Kamu nangis semalam ya?"

'Nggak main tenis aku semalam. Yaiyalah nangis pakek nanya lagi.'

Prilly menggerutu di dalam hati namun mulutnya tetap terkunci, ia mengabaikan segala yang berbau Ali bahkan ia memilih tidur di sofa semalam dan pagi ini ia juga shalat subuh duluan bukan apa-apa ia tidak ingin membangunkan Ali.

Berbicara saja malas apalagi sampai menyentuh Ali. Ia benar-benar marah. Seharusnya Ali bisa dengan tegas menolak pemberian Ratih toh wanita itupun tahu kalau Ali sudah memiliki istri tapi kenapa Ali malah menerimanya bahkan berbicara hangat pada Ratih.

Cih! Ini bukan masalah kemanusiaan atau apa tapi masalah hati seorang istri yang tersakiti terlebih wanita itu adalah wanita yang pernah dicintai oleh suaminya. Bayangkan bagaimana perasaan Prilly?

"Sampai kapan kamu mau diamin Mas sayang?"Ali menyentuh tangan Prilly meski ditepis ia tetap memaksa mengenggam tangan istrinya.

Prilly menghela nafas, "Kita harus pergi sekarang Mas kalau nggak mau ketinggalan pesawat."

Ali menggelengkan kepalanya, "Mas nggak mau kemana-mana sebelum kamu maafin Mas."ucap Ali.

Prilly menoleh menatap tajam suaminya, "Aku nggak marah lagian ngapain Mas minta maaf kan Mas nggak salah apa-apa juga."ketus Prilly sambil menarik lepas tangannya dari genggaman Ali.

"Tuh kan! Kamu marah Mas tahu itu."Ali mendekati istrinya yang duduk diatas ranjang.

Prilly bergerak menjauhi Ali tapi Ali kembali bergerak mendekati istrinya hingga Prilly berdecak kesal, "Mas ngapain sih?!"Marahnya pada Ali.

"Mas nggak bisa jauh-jauh dari kamu Sayang."Seru Ali dengan suara manja.

Jika tidak dalam keadaan marah Prilly pasti akan mengunyel habis-habisan pipi suaminya yang terlihat begitu menggemaskan itu. Tapi ia sedang marah jadi yang ia lakukan hanya membuang pandangannya dari Ali.

"Demi Tuhan Sayang. Mas nggak punya perasaan apa-apa sama Ratih. Kamu kan tahu Mas cintanya cuma sama kamu."Ujar Ali sungguh-sungguh.

"Bohong! Ngaku aja Ratih pasti mantan gebetan Mas kan?"

Ali menggeleng pelan, "Mas pernah jatuh Cinta sama Ratih dulu tapi Mas ditolak karena Mas miskin."seru Ali tanpa beban bahkan wajahnya terlihat biasa saja.

Prilly sedikit terkejut mendengar fakta itu langsung dari mulut suaminya, "Terus sekarang kenapa dia malah mepetin Mas gitu?"Tanya Prilly masih dengan juteknya.

Ali mengedikkan bahunya, "Mana Mas tahu Sayang. Semalam aja Mas nggak tahu dia kerumah Ibu."jawab Ali jujur.

Prilly menyipitkan matanya, "Terus kenapa Mas ambil rantangan dari dia?"Prilly masih mengintrogasi suaminya.

Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia meringis pelan saat mendapati tatapan tajam istrinya, "Mas cuma ngerasa nggak enak aja Sayang. Tapi sumpah Mas sama sekali nggak nyicipin makanan dari dia."Ujar Ali sambil mengangkat tangannya memperlihatkan jarinya yang berbentuk 'V'.

"Terus kamu kemanain makanan dalam rantang dia?"

"Mas kasih satpam hotel."sahut Ali kalem.

Prilly mengernyit bingung, "Kapan kamu kasihnya?"tanya Prilly bingung.

Sebelum menjawab pertanyaan istrinya Ali merebahkan kepalanya diatas paha Prilly memeluk erat dan membenamkan wajahnya di perut rata istrinya. "Pas kamu masuk kamar mandi Sayang."jawab Ali dengan suara teredam perut Prilly.

After Wedding (Mas Al nikah Yuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang