Bab 48

2.3K 313 17
                                    


Aminah sedang bersiap-siap ingin kerumah sakit sore ini. Dia sedang mengangkat jemuran di belakang rumahnya, setelah itu ia kembali ke dalam rumah menuju kamar Ali dan Mona.

Dia memasukkan peralatan mandi dan juga pakaian bersih untuk kedua anaknya. Sebenarnya malam ini Aminah dimintai oleh Ali untuk istirahat dirumah saja karena ada Mona yang menemani Ali dirumah sakit tapi entah kenapa setelah shalat ashar tadi perasaannya tiba-tiba tidak enak dan dari pada gelisah sendirian dirumah lebih baik dia kerumah sakit.

Semakin hari kesehatan Aminah semakin membaik mungkin faktor kebahagiaannya karena putra kesayangannya sudah menikahi Prilly, menantu kesayangannya.

Memang sejak kehadiran Prilly kehidupan keluarganya benar-benar berubah mereka jauh lebih bahagia daripada dulu. Semuanya terasa begitu indah setelah kehadiran Prilly terutama untuk Ali.

Hanya saja saat ini dia tidak bisa berbuat banyak untuk kembali menyatukan menantu dan putranya, dia hanya bisa berdoa semoga Tuhan memberikan jalan untuk anak-anaknya kembali bersatu dalam kebahagiaan.

Amiin.

Aminah sudah memasukkan pakaian dan segala macam keperluan anak-anaknya dirumah sakit ke dalam satu tas jinjing. Dia yakin sesampainya disana nanti Ali putranya pasti akan mengomeli dirinya yang nekad kembali kerumah sakit.

Amina memeriksa jendela kamar Mona sebelum keluar dan berniat menuju kamarnya, hari sudah sangat sore dan Aminah harus buru-buru kerumah sakit kalau tidak ingin menghabiskan waktu berjam-jam didalam angkot karena macet.

Namun langkahnya terhenti ketika seseorang mengetuk pintu rumahnya. Aminah segera berjalan menuju pintu rumahnya dan dia sedikit bingung ketika melihat bayangan Ibu Ratna didepan pintu rumahnya lewat jendela dekat pintu.

Menghalau kebingungannya Aminah tetap membuka pintu rumahnya, "Silahkan masuk Bu Ratna. Tumben sore-sore kemari ada apa ya Buk?"Aminah menodong Ratna dengan pertanyaaan setelah mempersilahkan Ratna masuk dan duduk nyaman diruang tamunya.

Ratna menoleh menatap ke sekeliling rumah pria yang sangat dicintai putrinya, jika bukan karena keinginan Ratih dia mana sudi menginjakkan kakinya dirumah ini. Dia hanya akan menerima Ali menjadi bagian keluarganya jika Ali benar-benar menikahi putrinya tidak dengan yang lain termasuk Ibu dan Adik Ali yang bawel dan nyebelin itu.

"Langsung ke intinya saja Buk Aminah. Kedatangan saya kemari tidak lain tidak bukan hanya untuk meminta Buk Aminah agar segera meminta Ali menikahi putri saya Ratih dan ceraikan istrinya itu."

Aminah tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Ibu Ratih itu.

"Maaf Buk. Apa Ibu Ratna waras?"Tanganya sarkas.

Ratna menatap tajam Aminah yang sama sekali tidak gentar. "Ibu capek-capek datang kerumah saya hanya untuk membicarakan omong kosong ini?"Aminah bertanya sekaligus menyindir. "Lebih baik Ibu pulang saja! Karena sampai kapanpun saya nggak akan pernah membiarkan rumah tangga anak saya hancur termasuk dengan kehadiran Ratih yang seperti hama didalam keharmonisan rumah tangga anak saya."Tembak Aminah tanpa memperdulikan wajah merah padam Ibu Ratna.

Amina mengangkat tangannya ketika Ratna ingin membuka mulutnya kembali. "Cukup Buk! Lebih baik Ibu pulang, jangan mempermalukan Ibu dan keluarga Ibu hanya karena permintaan konyol anak Ibu."Kata Aminah sebelum beranjak dari duduknya.

Dengan tegas Aminah berkata, "Jangan langkahkan kaki Ibu kembali kerumah saya kalau hanya untuk membicarakan omong kosong seperti tadi! Tolong tutup pintu rumah saya dari luar Buk. Permisi!"

Aminah akan beranjak ke kamarnya namun perkataan Ratna membuat langkahnya kembali terhenti. "Jangan sombong kau Aminah! Dulu anakmu ngemis-ngemis cinta sama anakku!"Kata Ratna yang ternyata sudah berjalan mendekati pintu rumah Aminah.

Aminah segera berbalik, dia benar-benar tidak menyangka Ibu Ratna yang dulu-dulu pernah datang memohon kepadanya agar mempertemukan Ali dengan putrinya kini bisa berkata sekasar itu. Mungkin Ratna merasa besar kepala karena selama ini Ali berada disekitar putrinya.

Dan sampai matipun dia tidak akan membiarkan Ali berhubungan kembali dengan keluarga tidak tahu diri itu. Katakan dia kejam! Katakan dia manusia jahat karena dia sudah cukup bersabar selama ini dan tidak pernah sekalipun keluarga itu menghargai keluarganya.

Cukup sudah!

"Dan Ibu juga lupa! Beberapa waktu lalu Ibu Ratna datang memohon-mohon pada saya agar Ali menemui putri Ibu yang nyaris gila karena hamil diluar nikah?"Aminah memohon ampun pada Tuhan karena berkata sekasar itu pada Ratna, tapi dia manusia biasa dia tidak akan tinggal diam jika martabat keluarganya diinjak-injak terlebih dengan lancang Ratna menghina putranya yang dulu pernah menaruh hati pada putri wanita itu.

Wajah Ratna sontak kembali memerah karena malu dia tidak menyangka Aminah bisa seberani ini melawan dirinya. Dengan kasar Ratna  berjalan lalu menutup pintu rumah Ali dengan keras hingga terdengar dentuman yang mampu membuat Aminah mengusap dadanya.

"Luar biasa sekali keluarga Pak Rw itu."

**

Prilly terus meremas jarinya ketika Reza dan yang lain berjalan bersisian menuju lantai dimana Ali dirawat.

Reza dengan pelan mendorong kursi roda Adiknya sedangkan Mona terus mencerocos menceritakan apa saja yang dia alami pada semuanya namun hanya Rega yang selalu setia menanggapinya.

Sedangkan Prilly sudah terlanjur gugup dan Reza sendiri mulai memikirkan cara agar hubungannya dengan Ali tidak canggung satu sama lain.

Prilly menyentuh tangan Reza lalu diletakkan di bahunya. "Aku benar-benar gugup saat ini Bang."katanya sambil menggengam tangan Reza yang bertengger di bahunya.

Reza meremas lembut bahu adiknya. "Tenang saja. Abang yakin tidak akan terjadi apa-apa lagiankan kamu mau jumpai suami sendiri bukan suami orang."Canda Reza berusaha mencairkan suasana.

Mona dan Rega sudah berjalan terlebih dahulu di hadapan Prilly dan Reza. Sepertinya mereka sama-sama tahu kalau Prilly harus diberi waktu lebih banyak sebelum bertatap muka dengan Ali.

Dan Mona sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Mas-nya jika melihat kedatangan istrinya. Mona sudah berjanji akan melakukan apapun selama dia mampu asal Mas dan Kakak iparnya tidak berpisah terlebih sekarang ada calon keponakannya yang harus turut difikirkan nasibnya.

Bagaimana jadinya jika keponakannya lahir sedangkan Mas dan Kakak iparnya sudah berpisah. Tidak. Mona tidak rela keponakannya harus berada ditengah keluarga yang tidak utuh maka dari itu mulai sekarang dia akan berusaha sekuat tenaga agar Mas dan Kakak iparnya tetap bersama.

Semangat Mona!

"Kamu kenapa sih dari tadi geleng-geleng terus angguk-angguk begitu. Ada apa?"Rega yang sedari tadi melihat semua gerakan aneh Mona.

Mona hanya tersenyum lebar tanpa menjawab pertanyaan Rega. Mereka sudah sampai didepan pintu kamar Ali dengan perlahan dia membuka pintu kamar Masnya itu.

"Kak Prilly siapkan?"katanya setelah melihat keberadaan Prilly di belakangnya.

Prilly mengangguk pelan, "Mona masuk duluan ya biar Mas Al nggak tahu biar kejutan Mona ini berhasil."Katanya dengan cengiran lebar khas Mona.

Rega menggelengkan kepalanya, "Yaudah buruan gih masuk! Keburu magrib nanti Dek."Kata Rega setelah melihat jam di pergelangan tangannya.

Mona menganggukkan kepalanya dan begitu dia membuka pintu kamar Ali seketika teriakannya terdengar, Prilly juga tak kalah kaget dan ketakutan ketika melihat tubuh Ali yang tergeletak begitu saja dilantai.

"Ya Tuhan Mas Al.."

*****

After Wedding (Mas Al nikah Yuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang