Prilly memaksa kedua orang tuanya untuk mengantar dirinya ke rumah sakit malam itu juga. Dia benar-benar tidak bisa menahan rasa cemasnya ketika Mona menghubungi dirinya dan mengatakan kalau Ali kembali di rawat di rumah sakit.Abi dan kedua orang tuanya mengantar Prilly minus Reza yang masih bergalau ria dikamar bahkan pria itu tidak tahu kalau Adik dan keluarganya sedang bergerak menuju rumah sakit.
Prilly meremas kuat jemarinya, dia sangat khawatir dengan kondisi Ali meskipun Mona mengatakan Ali baik-baik saja. Tapi Prilly tetap tidak bisa menenangkan hatinya sebelum melihat Ali secara langsung.
"Mami tahu kamu cemas tapi jangan terlalu dibawa fikiran Nak kasihan janin kamu."Soraya yang duduk di samping Prilly meremas lembut tangan putrinya yang terasa begitu dingin.
"Iya Mi."Jawab Prilly seadanya.
Dia berusaha tenang dia tidak boleh merasa tertekan, Dokter Nana sudah mewanti-wanti agar dirinya tetap rileks dan tenang. Walaupun usia kandungannya sudah 3 bulan dan dalam keadaan baik-baik saja tapi Prilly tetap harus hati-hati agar kejadian seperti dulu tidak terulang lagi.
Kandungan Prilly sehat hanya saja sedikit lemah dan itu mengharuskan Prilly menjaga kandungannya ekstra hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak inginkan.
"Ali pasti baik-baik aja Mas yakin."Abi bersuara setelah mobilnya berhenti dilampu merah.
"Prilly nggak bisa tenang kalau belum liat Mas Al langsung Mas."Kata Prilly sambil menundukkan kepalanya.
"Mami tahu Nak. Hanya saja kondisi kamu dan kandungan kamu juga masih rawan bukan? Jadi kamu harus tetap rileks Nak."Soraya ikut memberi pengertian pada putrinya.
"Mi, Prilly berniat menerima Mas Al kembali dan memulai semuanya dari awal lagi. Prilly sadar kalau di Prilly nggak bisa terlalu lama lagi memberi jarak dengan Mas Al. Bagaimana menurut Mami?"Tanya Prilly menatap serius sang Ibu.
Soraya tersenyum begitu pula dengan Imran dan Abi, mereka sudah sejak awal menginginkan kembali keharmonisan rumah tangga Prilly dan Ali hanya saja mereka tidak bisa terlalu ikut campur dan membiarkan Prilly memutuskan semuanya.
"Tentu saja itu hal baik Sayang. Mami senang dengarnya dan Mami yakin buah cinta kalian yang ada didalam sini juga akan merasa bahagia karena Ayah dan Bundanya kembali bersama. Benarkan Pi? Mas Abi?"Ujar Soraya ceria mencari pembenaran pada suami dan putranya sambil mengusap perut Prilly.
"Tentu saja. Papi sangat setuju dan mendukung keputusan kamu Nak."Imran memiringkan sedikit badannya lalu menoleh memberikan senyuman hangatnya pada sang putri yang duduk di kursi belakang bersama istrinya.
"Mas juga Dek. Kebahagiaan kamu adalah prioritas utama Mas."Jawab Abi sebelum menjalankan mobilnya kembali.
"Terima kasih Pi. Terima kasih banyak Mas."ucapnya penuh keharuan.
Prilly memeluk Maminya dengan perasaan membuncah luar biasa. 'Kamu senangkan Nak? Kamu bahagiakan jika Ayah dan Bunda kembali bersama?'Prilly berucap di dalam hati.
"Tapi jangan senang dulu Dek. Belum tentu Reza setuju keputusan kamu dengan mudah bukan?"Celetuk Abi tiba-tiba dan seketika raut ceria di wajah Prilly memudar secara perlahan.
Dia lupa pada sosok yang tengah bergalau ria itu. "Ck Abang Eja!!"Dengus Prilly kesal sontak membuat Abi dan orang tuanya tertawa.
Sedangkan jauh di kediaman Imran, terlihat Reza yang terbatuk-batuk setelah tersedak ludahnya sendiri. "Siapa sih yang berani ngomongin gue di belakang gini?"
**
Prilly dan yang lain tiba di rumah sakit hampir pukul setengah 12 malam. Prilly merapatkan jaket yang membungkus tubuhnya yang hanya mengenakan piyama dan sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar dimana Ali di rawat.
Mona sudah mengiriminya pesan memberitahu dimana kamar Ali sehingga Prilly mudah mencarinya. Begitu memasuki lift yang akan membawanya ke lantai di mana Ali berada, dengan manja Prilly memeluk lengan Mas-nya.
Abi mengusap pelan kepala adiknya yang bersandar manja di bahu lebarnya. "Ngantuk?"
Prilly menggelengkan kepalanya, "Deg-degan Mas."jawabnya singkat yang membuat Abi tertawa geli.
Soraya dan Imran yang berada didepan Prilly dan Abi terlihat berbincang tanpa mempedulikan apa yang sedang dibicarakan anak-anak mereka.
Abi mengecup gemas rambut Adiknya, "Deg-degan gimana sih Dek? Orang mau ketemu suami sendiri kok deg-degan. Aneh deh!"
"Entahlah Mas. Mungkin karena kami mau memulai semuanya dari awal jadi aku sedikit deg-degan."Kata Prilly tak begitu yakin, hanya saja dia benar-benar berdebar sekarang layaknya remaja yang akan bertemu dengan sang pujaan hati.
Tring!
Tak berapa lama pintu lift terbuka dan mereka tiba di lantai 3 rumah sakit. Imran dan Soraya terlebih dahulu melangkah keluar disusul Abi dan Prilly yang belum melepaskan belitannya pada lengan Abi.
"Kayaknya yang ujung lorong tuh deh kamar Ali. Iya nggak sih Dek?"Soraya menoleh menatap putrinya. "Kayaknya iya Mi, soalnya kata Mona kamar Ali paling ujung dekat jendela besar."jawab Prilly.
Soraya dan Imran melangkahkan kakinya menuju kamar dimana Ali berada di susul Prilly bersama Abi. Prilly melepaskan pelukannya pada leher Abi ketika mereka sampai didepan kamar Ali di rawat.
Prilly dengan tidak sabaran segera membuka pintu setelah mengucapkan salam dan hal pertama yang dilihat olehnya adalah Ali yang memuntahkan isi perutnya dengan posisi berbaring di ranjang dengan Mona yang berdiri di sisinya sambil memegang wadah untuk menampung muntahan Ali.
Aminah yang sedang memijit tekuk Ali segera menoleh dan menatap menantunya. "Prilly. Silahkan masuk Nak, eh Mbak silahkan masuk."Aminah sedikit terkejut dengan kedatangan keluarga besannya.
Ali ingin mendongak menatap istrinya namun belum sempat dia lakukan perutnya kembali bergejolak dan dia kembali memuntahkan isi perutnya yang berupa cairan kekuningan.
Ali benar-benar tidak tahu harus menggambarkan bagaimana sakitnya dada dan tenggorokannya saat ini tapi bersyukur ketika rasa mual dan muntah ini dialaminya bukan Prilly, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kesakitannya Prilly jika hal itu terjadi.
"Mas.."Prilly segera menghampiri suaminya.
Aminah segera menyingkir dan membiarkan Prilly mengambil alih tugasnya tadi. Aminah memilih duduk berbincang dengan besannya yang terlihat begitu khawatir dengan keadaan Ali.
Prilly memijit lembut tekuk suaminya, "Udah?"Tanyanya ketika Ali menjauhkan kepalanya dari wadah di tangan Mona.
Ali mengangguk pelan sebelum berbalik dan menenggelamkan wajahnya di dada Prilly. "Tenggorokan Mas sakit sekali."Adunya begitu manja, namun hanya Prilly yang dapat mendengarnya karena suara Ali teredam di dadanya.
"Mona bersiin wadah dulu ya Kak."Mona segera berlalu setelah mendapat anggukan kepala dari kakak iparnya.
"Sabar ya Mas."Prilly melabuhkan kecupan di kepala suaminya.
Soraya dan Aminah serta Imran dan Abi tersenyum bahagia melihat keharmonisan Ali dan Prilly mulai kembali terjalin. Semuanya memilih bercerita kecuali Abi yang lebih memilih memainkan game online di ponsel miliknya membiarkan Ali dan Prilly saling melepas rindu walaupun hanya lewat pelukan saja.
*****
Selamat malam..
Promo 6pdf 90k hanya akan berlaku sampai jam 12 malam yaaa..
Ayok yg blm punya pdf aku silahkan list ke wa aku 081321817808 ..
Terima kasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding (Mas Al nikah Yuk)
RomanceGk tau gimana alurnya, yang penting nikmatin aja karena setelah nulis Mas Al nikah Yuk! Ide semua Mentok ke cerita ini. Jadi bagi yang penasaran ayokk dibaca..😉