Taman Bunga

696 24 0
                                    

Elvan ngajak gue ke taman bunga, disana pemandangannya indah banget.
Ada air mancurnya dan bunga-bunga yang lagi bermekaran. Cantik banget gak besar amat sih tamannya tapi sungguh memanjakan mata, adem banget liatnya.

"Gimana cantik gak tamannya" ucap Elvan.
"Wow cantik banget, gue suka banget lama-lama disini, inginnya ngadem aja di kolam itu," kata gue cengengesan.

"Oo mau nyebur kolam, sini," sambil menarik tangan gue menuju kolam.
"Elvan," teriak gue memohon lepasin tangan gue kata gue sebel.

"Katanya mau ngadem, diajak ngadem malah sewot"
"Lo gila ya, gue hanya bercanda, lo seriusin."kesel banget.

"Ha ha ha,"meledak tawanya.
"Kukira kamu belum mandi sekalian mandiin kamunya," katanya jail.

"Ooo shiiiit lo makin hari makin gila ya,"gue sewot banget.
"Kamu yang tiap hari bikin aku gila?"

"Udah a jangan bikin gue jijik ama lo" gue ngambek dan ninggalin Elvan sendirian, belum jauh dari Elvan tiba-tiba tangan gue di tarik ke belakang.

"Jangan marah,"ucap Elvan sembari memegang tangan gue dan mencium tangan gue. "Idih apaan sih, gak malu apa diliatin orang,"ucap gue sembari melepaskan tangan gue. Elvan malah senyum denger celotehan gue.

Gue sama Elvan duduk di salah satu taman bunga, sambil cerita-cerita, dan gue tahu kalo si Elvan itu gak pendiam banget, malah cerewet banget kalo dah cerita tu kaya kereta gak bisa berhenti ngerocos terus, gue gak peduli Elvan ngomong apa gue, ke inget waktu ketemu sama kak Surya di Si Kembang, sedih rasanya, pengen nangis.

"Kamu kenapa, dari tadi nglamun terus,"tanya Elvan membuyarkan lamunanku.
"Gak pa pa, pulang yuk dah siang,"ajak sambil melihat jam tangan gue.

"Ayuk pulang, kemana?" Senyumnya jail
"Ke kuburan,"ucap gue ngambek.
"Yaelah ngambekan,"jawab Elvan sembari menggendeng tangan gue.

Jawa Tengah, 11.32 WIB
.
.
.
.
.
.

Takdir {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang