Mala Rindu

590 20 0
                                    

"Wow," hanya itu yang keluar dari mulut Maruna.

"Saya jadi rindu dengan istri saya, hmm bagaimana kalo kita video call dengannya, bagaimana kalian setuju?" Tanya Elvan.
"Setujuuuuu," mereka semua serempak mengatakan kata setuju.

Sedangkan di tempat lain....
Gue dan para crew sedang menaiki bus menuju pesawat yang akan kami tumpangi.

Gue dan Icha sedang asik berbincang-bincang bukan terpingkal-pingkal dah jangan dengerin author nya *ok back to story.

Tiba-tiba suara handphone membuyarkan keasyikan kami berdua.

Gue mengambil handphone di tas selempang dan melihat siapa yang menelepon Fara di siang bolong.

Gue tersenyum lebar ketika yang menelepon itu Elvan, duh dia pake video call gimana nih, batin Fara.

Gue angkat dan nampaklah wajah tampan Elvan, eh tapi seperti ada yang aneh. Elvan gak sendirian tapi dia bersama anak-anak kecil.

"Hai kak namaku Maruna, aku pingin jadi kayak kakak," ucap Maruna sumringah. Itu kata yang gue dengar saat gue mengangkat video call.

"Oh ya bagus itu," jawab gue sambil mengacungkan ibu jari.

"Hai sayang kamu lagi dimana?" Tanya Elvan.

"Aku lagi di Manokwari mau terbang ke bandara Sentani, Jayapura (author nya ngawur lagi 😂)," ucap gue.

"Oh kamu mendarat di Jayapura, aku lagi tugas disini, kamu mau aku jemput!" Ucap Elvan dengan menawarkan jemputan.

"Kalo kamu gak keberatan boleh dah, perjalanan dari sini ke Jayapura 1 jam 30 menit (author nya ngawur lagi),"

"Ok dah nanti kamu hubungi aku aja kalo dah sampe, aku standby di bandara, ok," kata Elvan sambil menyatukan ibu jari dengan jari telunjuk.

"Ok, udahan dulu ya aku mau masuk ke pesawat dulu ya,"

"Nanti dulu, tolong liatin dalam pesawat nya,"

"Ok,"

Gue mengganti kamera depan menjadi kamera belakang nampaklah banyak kursi-kursi yang berjejer rapi berwarna coklat dan biru, sekarang gue berada di kelas ekonomi.

"Waw, jadi seperti ini ya dalam pesawat," ucap Maruna.

"Sekarang kamu kembali ke tempat duduk mu," ucap Elvan sambil membelai rambut Maruna.

"Siap pak," ucap Maruna sambil memberi hormat dan Elvan balik membalasnya.

Fara mengubah kamera belakang menjadi kamera depan.

"Sayang hati-hati ya, safe flight," ucap Elvan.

"Iya sayang, kamu juga hati-hati ya," ucap gue sambil melambaikan tangan.

Gue mematikan video call dan gue segera menaruh koper gue ke cabin(author nya ngawur lagi). Dan gue segera menuju ke galley untuk membantu Renita membersihkan galley.
_._._

Akhirnya gue bisa ketemu Elvan walau ketemunya harus di pulau orang, batin Fara.

Mata gue melirik sana sini mencari seseorang yang gue rindukan selama ini. Mata gue tertuju ke arah laki-laki berseragam loreng bertubuh tegap nan gagah tapi dia tidak sendirian dia bersama anak perempuan dan anak laki-laki.

Gue menghampirinya dan tanpa sadar air mata berhasil meluncur tanpa aba-aba. Gue memeluk tubuh itu, tubuh itu juga membalas pelukan gue. Siapa lagi kalau bukan Elvan yang gue peluk.

"Kakak kenapa menangis?" Tanya polos si Maruna. Gue melepaskan pelukannya lalu gue berjongkok dan mengelus pipi tembem milik Maruna.

"Kakak tidak menangis, kakak hanya rindu dengan suami kakak,"ucap gue yang masih setia mengelus pipi tembem milik Maruna.

Takdir {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang