Pembaretan

782 25 0
                                    

Ternyata kak Surya marah-marah gak jelas ketika tau gue ikut penerbangan ke Papua, bukan ikut penerbangannya ke Bukittinggi sama dia. Rencananya Gatot( gagal total).

Gue sudah bikin komitmen gak bakalan balik sama dia titik, pokoknya gue harus bisa jaga jarak sama dia titik, apalagi dia mau menjadi seorang ayah.
_._._

Hari ini Elvan melaksanakan pembaretan seneng banget sudah kelar masa sekolahnya, sekarang memasuki masa dinasnya. Dan ini yang paling gue nanti cepat-cepat di halalin sama sang pujaan hati siapa lagi kalau bukan ELVAN terkasih.

Seneng bangat liat Elvan pakai baju lorengnya terlihat tambah ganteng dan gagah ha ha ha.

Pembaretan dilakukan oleh ortu masing-masing, betul-betul cogan ku ganteng banget. Gue hanya melihat dari kejauhan aja tanpa mau untuk mendekati keluarga nya yang lagi memasang baretnya dan bersujud syukur, berpelukan sambil bertangisan karena Elvan berhasil meraih apa yang di cita-citakannya .

Melihat gue dari kejauhan tanpa ba bi bu dia langsung berlari menuju arah gue, dan memeluk gue erat banget, sampai-sampai gue gak bisa bernafas, saking eratnya.
Gue terbatuk-batuk dan memukuli punggungnya ingin terbebas dari pelukannya.

"Van gue gak bisa bernafas"kata gue serak.
Akhirnya di lepas juga pelukannya sambil cengengesan dia bilang
"Ha ha ha sorry terlalu seneng liat kamu ikut ke sini yank" sambil mengelus pucuk kepala gue.

"Gue seneng banget Van lo berhasil, bikin gue bangga sama lo Van"kataku bangga.
"Seneng dong kan bentar lagi bisa halalin kamu yank, sudah gak sabar ya yank" mengerling nakal.

"Idiiiih apa an sih Van," kataku malu-malu.
"Pipinya kenapa kok merah ya" katanya jahil sambil mencubit pipi gue.
"Aduh Van sakit" kata gue marah.
"Yuk" dia menarik tanganku dan menggenggamnya erat.

"Malu Van di liatin keluargamu malah merangkul pinggang gue segala" gue berusaha melepaskan tangannya tapi Elvan malah menggenggam erat pinggang gue.

"Udah diam kalau gak bisa diam malah tak cium kamu disini biar tambah malu," katanya sadis.

"Gila lo ya malu gue Van lo merangkul pinggang gue posesif yang liatin banyak tambah malunya bertingkat pingin kabur aja?" Kata gue menahan malu tingkat dewa. Elvan malah tenang-tenang saja. Malahan senyum-senyum gak jelas mendengarkan tuturan gue.

Gue hanya bisa menunduk aja karna malu banget.

Gue di kenalin sama keluarga besarnya.
Bener-bener malu gue nya Elvan gak hanya memeluk pinggang gue posesif tapi juga merangkul bahu gue di depan orang tuanya.

"Pa ma ini kenalin calon Elvan yang sering Elvan ceritain ke papa dan mama," katanya pelan tapi tegas.

"Oh ini anaknya Van cantik ya ma," puji papa Elvan.
"Iya pa manis banget, cocok sama Elvan," kata mamanya Elvan.

Gue langsung mencium punggung tangannya kedua orang tuanya Elvan.
Tersipu malu gue mendengar obralan kedua orang tuanya Elvan.

"Ya ma pa Elvan pingin cepat-cepat ngikat dia ma biar gak di tikung jomblo, paling nggak tunangan dululah ma," sambil melirik gue nakal.
"kamu manggilnya mama papa juga ya kayak aku" terang Elvan.

Gue yang diliriknya jengah banget.
"Gak langsung nikah aja Van," katanya papa e Elvan.
"Gak pa pa masih terlalu muda kalau nikah sekarang masih sama-sama 23 th
nunggu 2 tahun lagi pa," katanya Elvan menjelaskan.

"Ya terserah kamu Van, papa pingin kamu langsung nikah Van biar papa cepat menggendong cucu," kata papa Elvan sumringah.

Membuat gue sudah malu malah malunya tambah bertingkat lagi, apalagi mamanya hanya tersenyum saja melihat gue tertunduk malu.

"Sudah pa anaknya malu banget nih, kata mama e Elvan sambil menarik gue dan memeluk gue sambil mengelus punggung gue lembut, dan berbisik.
"Maafin papanya Elvan ya sayang jangan di masukin dalam hati ya?"

Gue tersenyum malu-malu mendengar perkataan mama e Elvan.
"Gak pa pa kok ma, saya ikhlas kalau sekarang di nikahi sama Elvan," kata gue tak terbata kan.

Papa Elvan dan Elvan hanya cengengesan gak jelas, mendengar perkataan gue barusan.

"Asyik Alhamdulillah langsung minta dinikahin pa" Elvan malah senyum-senyum jail.
"Mending gitu Van langsung nikah, pacaran sambil nikah lebih berkah daripada tunangan dulu baru nikah, kata papa e Elvan" menjelaskan.

"Terus enaknya gimana pa," tanya Elvan pada papanya.
"Kita menemui keluarga besarnya dulu rembukan gimana enaknya, mumpung kamu sudah lulus sekolahnya."

"Jangan di gantung terus anak orang kasihan lebih cepat lebih baik Van," kata papa e Elvan.
"Ya pa Elvan tau kok, ini masih minta persetujuan dari mama dan papa dulu, baru nanti Elvan minta persetujuan papanya Fara," cicit Elvan.

"Nah tunggu apalagi sana temui keluarga besarnya Fara," saran papanya .
"Apa gak langsung aja kita menemui keluarga besarnya Fara pa jadi gak bolak-balik," terang Elvan.

"Nah itu juga bagus idenya, apa langsung habis ini kita menemui keluarga besarnya" tanya papanya.
"Jangan sekarang pa saya belum siap," gagap gue.

"Katanya tadi sudah ikhlas dinikahi Elvan kok sekarang belum siap" tanya papa Elvan.
"Aduuuuh gimana nih mati gue sekarang juga pinginnya ngibrit aja malunya amit-amit." Kata gue lirih banget.

Mama dan papa Elvan, serta Elvan tertawa mendengar perkataan gue super duper lirih, tapi masih bisa mendengar kata-kata gue.

"Sabar ya sayang ya, nikah itu ibadah kok, jalani aja dengan ikhlas pasti bisa kok," kata mama Elvan.

"Ya ma insyaallah saya ikhlas walau masih agak sedikit gak ikhlas mau menikah sekarang masih pingin main-main dulu" senyum gue tertahan.

Ha ha ha meledak juga tawanya papa, mamanya Elvan dan Elvan sendiri gak kalah keras tertawanya.
Sambil masih tertawa si Elvan bilang
"Nggak pa pa nikah sekarang aku nggak akan terlalu mengekang, kamu masih bisa main sama teman-teman kamu asalkan nggak melupakan kodratnya sebagai seorang istri bagaimana?"
Gue menganggukkan kepala tanda setuju.
" Yes pa langsung nikah aja nggak sabar pingin bertemu papa mertua," teriak girang si Elvan.

Orang tuanya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku si Elvan.

Jawa tengah, 11.04 WIB
.
.
.
.
.
.
Yeay sebentar lagi Elvan dan Fara nikah, aku ikut seneng🥳🥳

Takdir {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang