Selamat Tinggal

723 27 0
                                    

Siang nanti gue sudah berangkat ke menuju bandara. Karena pesawatnya berangkat jam 2 siang.

Sejak jam 8 si Elvan sudah berada di rumah gue. Datang-datang langsung ngasih gue hadiah.

"Wow ini apa isinya, gedhe banget."ucap gue penasaran.
"Jangan di buka dulu nanti kalau sudah nyampe Malang aja bukanya, wanti-wanti ucapnya.

"Sebel " ucap gue menjulurkan lidah.
"Ngambekan" katanya cuek.
"Suka-suka gue dong week?"ejek gue.
"Ha ha ha lucu banget kamu kalau lagi ngambek,"katanya.

Tiba-tiba papa datang nyamperin kami dan bilang
"eh nak Elvan sudah datang, kenapa gak di bikinkan minum?"Fara tanya papa gue langsung cabut ke dapur.

Sambil cium tangannya papa gue
"Saya barusan datang om,"

"Nih minumnya,"kata gue dingin.
"Jangan gitu ama tamu yang sopan," peringatan papa.
"Alah ama Elvan aja harus sopan pa, biarin aja," kata gue malas.

Elvan hanya tersenyum-senyum aja liat gue di ceramahin papa .

"Sudah jangan di dengarin ya nak Elvan maafin Fara ya," kata papa lagi.

"Gak pa pa om sudah terbiasa di cuekin sama Fara om,"kata Elvan.

"O gitu ya, ya udah di lanjut papa mau ke depan dulu nunggu ajudan papa."ucap papa gue.
"Silakan om," kata Elvan ramah dan santun.

Papa gue seorang jendral angkatan darat, gue juga punya kakak laki-laki juga seorang tentara angkatan darat berpangkat sertu, kakak gue sekarang ditugaskan di Malang. Jadi selama gue di Malang gue tinggal bersama kakak gue di batalyon.

"Kamu di Malang tinggal sama siapa?"tanya Elvan antusias.
"Sama abang gue,"jawab gue.

"Jaga hati sama mata kamu kalau di sana ya jangan biarkan hatimu ternodai, terus kamu jangan suka lihat om tentara
.. ganteng ya ,"peringatan Elvan lembut tapi tegas.

"Kalo di ajak jadian sama tentara ganteng boleh,"ucap gue cekikikan. Seketika mata Elvan melotot ke gue dan gue malah tertawa puas melihat ekspresi wajah Elvan.

"Sayang di sana gak boleh main-main harus fokus," ucapnya penuh penekanan.

"Iyaaa,  insyallah gue bisa jagain hati sama mata ini dari cogan," kata gue nakal.

"Lo juga gak boleh cari cewek lain, gak boleh ngombalin cewek lain, kalau gue chat langsung di balas gak pakai lama, kalau lama tanggung sendiri akibatnya, jangan lupa sholat, jaga kesehatan, jaga hati, jaga mata pokoknya yang baik-baik aja ok," kata gue panjang dan lebar.

Elvan hanya mengangguk-angguk tanda setuju.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah 1 mama menyuruh gue buat mengecek semua barang-barang gue yang mau gue bawa selama 3 tahun di Malang.

Setelah selesai gue langsung bawa koper gue ke bagasi mobil, yang akan membawa gue ke bandara Ahmad Yani.

"Nak barang kamu sudah kamu cek?"tanya mama penuh perhatian.
"Sudah mama ku sayang,"jawab gue sambil mencium pipi mama.

Pin pin

Klaksok mobil berbunyi menandakan kalo mobil sudah siap untuk mengantar gue ke bandara Ahmad Yani.

"Tu mobilnya dah siap sono berangkat,"ucap Elvan.
"Ngusir, emang yang punya rumah siapa?"ucap gue sambil membawa hadiah yang diberi Elvan tadi.

Elvan hanya tersenyum manis.

"Nak Elvan gak mau ikut nganterin Fara ke bandara,"ucap papa.
"Tidak om terima kasih tawarannya"ucap Elvan sopan.

"Mama papa Fara berangkat dulu ya,"ucap gue sambil menyalami mereka. Dan setelah itu gue juga menyalami Elvan.

Saat itu juga air mata gue menetes tiba-tiba.

"Jangan nangis,"ucap Elvan sambil mengusap air mata gue.
"Nanti cantiknya hilang,"ucap Elvan, tiba-tiba gue meluk Elvan, dan Elvan pun membalas pelukan gue, "sudah sana nanti ketinggalan pesawat," katanya sambil membelai rambut gue lembut.

Gue masuk ke dalam mobil dengan  anjudan papa gue berseragam loreng. Gue membuka jendela mobil, gue melihat papa yang sedang memeluk mama yang sudah mulai menangis, sedangkan Elvan hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Hati-hati ya sayang, aku menyayangimu,"ucap Elvan lirih. Gue balas dengan anggukkan kepala dan melambaikan tangan.
Gue melihat Elvan meneteskan air mata dan cepat-cepat dia hapus.

Mobil berjalan meninggalkan batalyon dan di ikuti oleh Elvan mengendarai motor ninjanya. Gue hanya bisa tersenyum melihat Elvan sambil meneteskan air mata. Suatu saat, jika Allah berkehendak maka kita akan dipertemukan kembali batinku.

Jawa Tengah, 12.02 WIB
.
.
.
.
.
.

Takdir {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang