Day 4 Hugging

16 2 0
                                    

Sesuai janjinya pada Dyo kemarin, hari ini ia akan mengantar kepergian pria tersebut. Gadis itu sudah siap dengan sebuah terusan berwarna baby blue, dan sneaker putih, tidak lupa ia mengikat kuda rambutnya. Ia sudah memantapkan hatinya bahwa kejadian kemarin bukanlah perkara penting. Anggap saja Dyo sedang khilaf saat melakukan hal tersebut. Maka ia akan tetap teguh pada pendiriannya, yaitu move on dari Dyo. Pria yang namanya sudah melekat pada hatinya. Anindita tahu bahwa hal ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi perasaannya sudah tumbuh bertahun-tahun yang lalu. Bukan perkara mudah untuk melepaskan cinta. Tidak pernah ada yang mudah dengan move on, tapi ia percaya jika ia sudah berhasil, hatinya akan dapat merasakan cinta lainnya.

Anindita mengenali sosok yang sedang berjalan ke arahnya. Dia Dyo. Pria yang menjadi bahagianya pun deritanya. Gadis itu meringis. Kapan sih Dyo akan terlihat jelek? Bangun tidur saja tetap tampan apalagi saat ini pria itu memakai kaos lengan pendek yang dipadukan dengan celana jeans panjang tidak lupa dengan sepatu kets warna putih andalannya. Sederhana tapi tetap membuat pria itu terlihat menakjubkan.

"Hai. Kita couple hari ini?" tanya Dyo setelah menyapa gadis di hadapannya.

"Hai kak. Couple apanya ya kak?"

"Baju kita." Tunjuk Dyo pada baju yang ia dan Anindita pakai. Warnanya jelas sama, yang berbeda hanyalah modelnya.

"Oh kirain apa kak. Udah siap semua kak?"

"Udah. Tinggal berangkat aja." Jawab Dyo. Hening. Tidak ada lagi pembicaraan. Sibuk dengan pikirannya masing-masing sampai akhirnya pemberitahuan bahwa pesawat menuju Kalimantan akan segera terbang.

"Gue udah dipanggil." Ujar Dyo memecah keheningan.

"Iya kak. Hati-hati ya. Safe flight. Semoga selamat sampai tujuan tanpa kurang sedikitpun."

"Iya. Nggak ada yang mau lo omongin ke gue dulu sebelum gue pergi?" tanya Dyo membuat Anindita bingung. Semua yang harus dikatakannya sudah ia katakan tadi. Lengkap dengan doa. Lalu apa lagi yang harus ia katakan?

"Nggak akan minta gue buat setia dan nggak ngelirik cewek lain?" lagi. Pertanyaan Dyo menimbulkan rasa heran Anindita. Untuk apa ia mengatakan hal itu? Dia kan bukan siapa-siapa Dyo. Ia tidak punya hak untuk mengatakan hal itu.

"Nggak lah kak. Kakak bebas kok buat deket sama cewek manapun. Itu hak kakak." Jawab gadis itu.

"Cepet kak, itu daritadi udah dipanggil-panggil kak. Nanti ketinggalan pesawat." Bukannya pergi menjauh, Dyo malah mendekat. Menghapus jarak yang tersisa. Dengan tiba-tiba dan seenak jidatnya, Dyo membawa Anindita ke dalam pelukannya. Mendekap gadis itu erat. Anindita yang masih kaget dengan apa yang terjadi hanya bisa melebarkan kedua bola matanya.

"Kalau lo nggak mau bilang, gue yang bakalan bilang. Jangan deket sama cowok lain selain gue. Bisa 'kan? Saingan gue udah banyak. Jangan ditambah lagi." Bisik Dyo tanpa melepaskan pelukannya. Merasa tidak ada respon dari gadis di dekapannya itu membuat ia terkekeh.

"Inget pesen gue ya. Gue pergi sekarang. Pulangnya hati-hati." Pria itu melepas pelukannya. Lalu berjalan menjauh, meninggalkan Anindita yang masih terdiam. Mencoba memproses apa yang tadi dikatakan Dyo.

"KAK DYO BRENGSEK!!!" teriak gadis itu pada akhirnya, tidak peduli tatapan para pengunjung bandara saat itu. Ia kesal pada pria yang dengan seenak jidatnya menggagalkan niatnya untuk move on. Apa maksudnya ia mengatakan hal itu, hah? Kalau seperti ini kapan ia akan bisa melupakan Dyo?

Locked by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang