"Mentang-mentang lama tinggal di luar pulau, jadi kulkas di rumah nggak diisi apapun selain air mineral ya." Cibir Anindita saat melihat isi kulkas Dyo.
"Ya kalau diisi juga mau apa? Toh malah busuk. Mending air mineral. Nggak akan busuk." Protes Dyo tidak ingin disalahkan.
"Belanja dong kak. Aku lapar. Sok-sok ngajak ke rumah eh kirain mau dikasih makan. Ternyata malah dijadiin pembantu." Ujar Anindita dramatis.
Hari ini adalah hari libur Dyo, dan ia ingin mengajak Anindita ke rumahnya setelah sekian lama dirinya yang selalu datang ke rumah gadisnya itu.
"Lebay deh." Dyo mengacak rambut Anindita sembari mengambil dompetnya.
"Ikut nggak? Ada supermarket di lantai bawah apartemen." Ajak dyo.
"Gue nggak tahu apa yang mau dimasak." Lanjutnya. Awalnya Anindita malas untuk pergi. Ia hanya ingin rebahan sembari menunggu Dyo berbelanja tapi ia juga ingin membeli camilan. Akhirnya, dengan terpaksa ia ikut.
___
"Kakak cuci terus kupas sayurannya. Nanti yang potong-potong biar aku aja. Aku mau olah dagingnya dulu." Perintah Anindita. Setelah hampir satu jam berputar di supermarket karena bingung harus memasak apa. Akhirnya ia menyerah pada keinginannya untuk memasak sup yang segar. Lalu pilihannya adalah ayam garang asam. Dyo hanya berpasrah diri. Toh dirinya tidak pernah rewel soal makanan, asal rasanya enak, ia akan makan. Setelah membeli bahan-bahan untuk membuat menu hari ini, Anindita juga tidak lupa untuk memilih beberapa sayuran segar untuk di buat salad dan juga buah-buah segar untuk Dyo. Tentunya ia juga membeli banyak camilan yang pastinya akan membuat perempuan di luar sana melempar protes karena camilan yang ia beli disinyalir akan membuat program diet hancur dalam sekejap.
"Nggak ada side dish nya gitu Di?" tanya Dyo sembari mencuci sayuran.
"Mau apa? Aku nggak tahu kalau ayam garang asam nyambungnya kemana. Perkedel mau?" tanya Anindita.
"Mau banget." Dyo ini adalah penggemar berat perkedel. Apapun jenis perkedelnya. Mau kentang atau jagung pasti akan dilahap olehnya.
"Oke deh. Untung tadi aku beli kentangnya."
Memasak bersama Dyo itu menyenangkan. Karena Dyo sudah terbiasa untuk tinggal sendiri, tentunya ia juga sudah terbiasa untuk menyiapkan makanannya sendiri. Dyo sendiri bukan orang yang suka memesan makanan siap saji. Ia harus menjaga pola makan dan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Ia tidak ingin menjadi buncit di umurnya yang masih muda. Jadi memasak sudah menjadi kebiasaannya walaupun bukan masakan yang rumit tapi setidaknya ia tidak terlalu awam soal memasak. Anindita merasa benar-benar terbantu dengan adanya Dyo. Pekerjaannya jadi lebih cepat. Semakin cepat ia memasak maka akan semakin cepat mereka makan. Perut Anindita sudah meminta untuk diisi.
Dyo memandang takjub makanan yang tersedia di meja makan. Walaupun hanya ada ayam garang asam dan perkedel, namun cukup untuk membuat cacing di dalam perutnya berdemo. Air liurnya bahkan hampir menetes. Jangan lupakan aroma manis yang terkuar dari nasi yang masih panas itu. Uh ia harus seger makan.
"Diii cepetan, gue udah laper. Sini makan!" teriak Dyo karena Anindita masih sibuk merapikan dapur.
"Dapurnya nanti aja sama gue. Sekarang makan deh." Perintah Dyo. Anindita membuka apronnya, lalu duduk di hadapan Dyo. Masing-masing menyendok makanannya. Dyo merasa makannya hari ini adalah yang terbaik. Selain ikut memasak, ia juga dapat makan bersama seseorang yang ia kasihi. Memang ya, hidup itu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked by You
RomanceDrabble singkat dalam rangka mengikuti #drabbletober Prompts list by @dwikipan Anindita bilang, dia mau move on. Move on? Apa itu move on kalau 'Hi!' dari dia masih aja bikin kamu jatuh cinta? Move on hanyalah sebuah wacana belaka. Lemah memang.