Gue ada di Bandung hari ini. Mau ketemu?
Hanya sebaris, terdiri dari dua kalimat, delapan kata yang diakhiri oleh kata tanya. Hanya pesan yang memberitahu bahwa si pengirim sedang berada di kota yang sama untuk hari ini. Tapi cukup membuat Anindita bersorak girang. Gadis itu berkali-kali memandang ponselnya, membaca pesannya berkali-kali. Takut bahwa apa yang ia lihat hanyalah sebatas khayal. Mencoba memantapkan hati, Anindita membalas pesan singkat tersebut.
Boleh kak. Mau ketemu dimana?
Sent. Pesannya sudah terkirim. Gadis dua puluh enam tahun itu mencoba untuk menghiraukan pesan masuk. Tapi apa daya, hati tak bisa berbohong. Ia bahkan tidak dapat berhenti untuk mengecek ponselnya setiap detik.
"Lepas itu mata Di. Ngapain sih ngelihatin ponsel lu mulu? Masang nomor togel lu?" tanya Aditya, yang sedari tadi dibuat bingung oleh sikap kembarannya itu. Mulai dari bangun tiba-tiba setelah menerima pesan, lalu berteriak girang, sampai mengetik pesan sembari memasang mimik wajah aneh. Dan sekarang kembarannya ini sedang memandang—memelototi—layar ponselnya.
"Lu ya, kalau ngomong kadang nggak pake rahang!!! Yakali gue masang nomor togel. Nggak level!!!" Jawab Anindita sewot.
"Ya terus lu kenapa sampe kayak orang bego gitu, huh?"
"Dyo lagi di Bandung. Ngajak gue ketemuan." Jawab Anindita santai, namun tidak dengan hatinya.
"HAH? LO NGGAK LAGI BERCANDA KAN? SETELAH BERABAD-ABAD LAMANYA?!!!" teriak Aditya. Kalau boleh jujur, teriakan kembarannya ini hampir saja membuat dirinya harus diperiksa ke dokter THT.
"Mohon maaf suaranya tolong dikondisikan. Telinga gue bisa rusak gara-gara lu teriak." Anindita mengusap kedua telinganya yang mendadak pengang setelah mendengar teriakan dari Aditya.
"Oh sorry. Shock aja gitu gue dengernya. Jadi lu jawab apa ke dia?"
"Gue bilang kalau gue setuju buat ketemu, dan nanya ketemu dim—" pesan singkat di ponselnya mengentikan kalimatnya.
Boleh gue sebut date nggak? Kita ketemunya hari Sabtu soalnya hahaha Dan karena ini date, gue jemput lo ya satu jam lagi. Cukup kan buat siap-siap? Tunggu di rumah.
"Lu kenapa? Dia bales lagi?" Aditya mencondongkan badannya guna melihat pesan yang diterima kembarannya.
"Hati lu nggak apa-apa?" tanya Aditya lagi setelah melihat balasan dari pria itu.
"Gue sedang mencoba baik-baik aja. Gue harus nyari tahu perasaan gue ke dia."
"Gue nggak masalah asal hati lu baik-baik aja."
"Hati gue nggak pernah baik-baik aja kalau sama dia Dit." Final. Anindita sudah memantapkan diri bahwa dirinya akan bertemu dengan makhluk yang selama ini menghantuinya. Memegang seluruh hatinya sampai ia tidak dapat merasakan jatuh cinta lagi pada orang lain. Dia, Dyo Ardhana Abiputra. Teman kakaknya, yang dulu sempat ia lamar.
___
"Hai, masuk. Apa kabar?" tanya pemuda itu saat Anindita membuka pintu mobilnya.
"Hai kak, seperti yang terlihat. Baik. Kakak apa kabar?"
"So and so. Nggak ada yang mau diceritain gitu?" Dyo tersenyum, matanya tetap fokus pada jalanan di hadapannya.
"Apa coba yang mau aku ceritain kak?" tanya Anindita sembari terkekeh kecil.
"Misalnya, lagi deket sama siapa gitu."
"Duh sekalinya ketemu, langsung berat gini ya bahasannya." Tertawa, gadis itu mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.
"Nggak ada kak. Mau deket sama siapa emang? Gini gini aja perasaan dari dulu." Lanjut gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/202245371-288-k44261.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked by You
RomanceDrabble singkat dalam rangka mengikuti #drabbletober Prompts list by @dwikipan Anindita bilang, dia mau move on. Move on? Apa itu move on kalau 'Hi!' dari dia masih aja bikin kamu jatuh cinta? Move on hanyalah sebuah wacana belaka. Lemah memang.