Day 10 Kabedon

20 3 0
                                    

Pesta pernikahan Bintang berlangsung meriah. Bisa gadis itu lihat banyak teman, adik tingkat maupun senior yang datang. Maklum, Bintang merupakan salah satu the most wanted doctor di kampus maupun di rumah sakit tempat ia praktik. Bintang itu punya kekayaan, tampan dan juga pintar. Sungguh beruntung bagi siapapun yang mendapatkan hatinya Bintang.

"Duh kak Bintang ganteng banget sih." Gumam Anindita yang sedang memandangi sang mempelai pria yang tersenyum manis dan meneduhkan hati.

"Didiii, duh iri gue liat mempelai wanitanya kak Bintang. Beruntung banget sih dapet the sexiest doctor." Anindita menoleh ke arah kirinya. Aditya sudah berada di sampingnya diikuti Antares.

"Lo pikir daritadi gue ngapain? Gue sedang menikmati nikmat Tuhan lewat kak Bintang. Itu dada bidang banget. Enak kali ya kalau senderan gitu. Gila gila, gue lagi bayangin gue senderan di dada itu." Dyo mengernyit saat mendengar penuturan gadis mungil di sampingnya. Pria itu lalu menatap dada temannya itu dan membandingkan dengan dadanya. Setahunya, dada Dyo lebih bidang daripada punya Bintang.

"Dada gue lebih bidang." Bantah Dyo yang dihiraukan oleh saudara kembar yang masih dengan fantasinya pada Bintang.

"Eh Di itu perut kotak-kotak kayaknya. Keras. Ngalahin coklat batangan kayaknya. Gue ya, kalau punya suami macem kak Bintang gitu nggak bakalan gue suruh pake baju. Biarin dia shirtless aja jadi gue bisa puas merhatiin dan megang-megang itu perut." Aditya dan pikiran gilanya selalu membuat Antares kesal.

"Hun, perut aku juga kotak-kotak." protes Antares tidak mau kalah.

"Ini cowok-cowok kenapa sih? Diem deh, kita lagi jadi fangirl kak Bintang. Nggak tahu apa kalau kita itu fangirl kak Bintang dari dulu? Iya 'kan Di?" Anindita mengangguk keras demi menyetujui statement yang diajukan oleh kembarannya itu.

"Oh jadi kamu pacaran sama aku, tapi bayanginnya Bintang gitu?" tanya Antares kesal. Siapa yang tidak kesal jika pacar kesayangannya ini malah menjadi salah satu penggemar seniornya di kampus? Antares adalah pria egois dan ia tidak suka berbagi. Termasuk perhatian pacarnya ini.

"Elo bilang lo suka sama gue, kok malah diem-diem merhatiin Bintang? Harusnya lo bilang suka ke Bintang. Bukan ke gue." Sewot Dyo. Bagaimana tidak kesal jika seseorang yang pernah mengatakan suka padanya bahkan sampai melamarnya itu malah menyukai orang lain.

"Udahan Dit. Nggak asik kalau kita fangirl depan cowok-cowok resek kayak mereka. Kayaknya mereka nggak tahu kenikmatan fangirl." Protes Anindita pada kembarannya yang dijawab dengan anggukan. Sedangkan kedua pria yang tadi ia sebut resek itu malah mendengkus kesal.

"Dit ikut gue sini." Ajak Antares pada Aditya seraya menarik pergelangan tangan gadisnya. Hal tersebut juga terjadi pada Anindita. Dyo menarik lengan Anindita menuju sebuah sudut ruangan yang menjadi sudut mati dan jarang dilewati banyak orang.

Dyo menyudutkan Anindita, lalu mengungkung badan mungil gadis dihadapannya setelah sebelumnya menggebrak tembok tidak bersalah itu. Bukannya kaget, Anindita malah heran dengan sikap aneh Dyo.

"Kakak kenapa sih? Nggak salah minum?" tanya Anindita.

"Gue nggak lagi high. Ini gue lagi kabedon. Katanya lagi popular di kalangan anak muda." Jelas Dyo yang membuat Anindita tertawa terbahak-bahak hingga membuat kungkungan Dyo terlepas.

"Apaan sih? Nggak jelas banget. Apa pula itu kabedon?" Anindita mencoba untuk bertanya disela tawanya. Gadis itu bahkan harus memegang perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Sebentar ya. Gue cari dulu." Dyo mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

"Nah ini. Lihat nih. Ini yang namanya kabedon." Pria itu memperlihatkan ponselnya pada Anindita agar gadis itu tahu.

"Ya Tuhan. Kakak mau sok kayak tokoh pria posesif di komik-komik ini?" tanya Anindita tidak percaya.

"Kata orang, cewek-cewek suka kalau cowoknya kayak gitu." Anindita ingin memukul kepala siapapun yang memberitahu Dyo informasi tidak penting ini. Dan juga ingin memukul kepala Dyo yang percaya saja dengan hal remeh seperti ini.

"Diih apa pula itu? Nggak usah kayak gitu kak. Jadi diri kakak kayak biasa aja. Aku malah aneh ngelihat kakak kayak gini." Gadis itu tersenyum lalu menggamit lengan Dyo.

"Ayo ke dalam lagi kak. Aku lapar." Langkahnya harus terhenti karena Dyo menaha lengannya.

"Jangan lihat cowok lain selain gue bisa? Gue kan udah pernah bilang gitu." Tegas Dyo, sedangkan Anindita hanya tersenyum lembut.

"Iya kak. Lagian aku suka kak Bintang secara fisik aja. Nggak sampai pengen jadi pacarnya kok kak." Jelas Anindita berusaha membuat Dyo merasa lebih baik. Tapi tangannya masih ditahan Dyo yang memasang muka marah.

"Iya kak iya. Panasan banget sih jadi cowok." Protes gadis itu.

Locked by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang