"Ganti!!! Jangan yang itu. Gue nggak suka." Anindita meniup keras poninya, lalu berjalan gontai menuju tumpukan baju lainnya yang ia harus coba pakai. Saat ini Anindita sedang berada di sebuah mol besar di Bandung. Tadinya ia berniat untuk membeli sebuah terusan untuk menghadiri undangan seniornya di rumah sakit, tapi sepertinya Tuhan sedang menguji kesabarannya hari ini. Karena entah bagaimana, ia dan Dyo bertemu. Dan sialnya, Dyo malah dengan baik hati menawarkan diri sebagai seseorang yang akan menemaninya belanja. Awalnya ia merasa senang tapi sekarang ia menjadi kesal. Dyo tak ubahnya perempuan di luar sana yang superduper menyebalkan dan merepotkan. Sudah belasan potong baju yang ia coba dan tidak ada yang cocok satupun di mata Dyo.
"Kak ini terakhir ya, kalau yang ini nggak cocok juga aku bakal pulang. Nggak apa-apa, aku pakai bajuku yang ada di lemari aja. Aku udah capek." Keluh Anindita sembari mengambil satu potong baju yang menurutnya lebih baik daripada yang lain.
"Yang ini bagus, tapi kayaknya kurang cocok." Komentar Dyo. Anindita menengadahkan kepalanya. Ia ingin marah dan menjerit, tapi tidak elit jika ia melakukannya di dalam sebuah butik mewah.
"Kak.aku.mau.pulang.aja." Suara gadis itu terputus-putus saking kesalnya pada pemuda yang berada di hadapannya.
"Oke. Mbak, baju yang tadi dicoba sama dia tolong bungkus ya." Pelayan wanita tersebut mengangguk, ternyata ada gunanya juga ia menunggui pelanggannya yang satu ini. Walaupun awalnya ia sangsi karena banyaknya potongan baju yang sudah pria tersebut ambil. Toh akhirnya dibayar juga.
"Buat siapa baju-baju itu kak?" tanya Anindita bingung. Pasalnya Dyo tidak mempunyai saudara perempuan. Lalu pikirannya melanglangbuana pada kemungkinan bahwa Dyo sudah memiliki kekasih, atau paling tidak seseorang yang sedang ia sukai. Jika tidak, mana mungkin pria tersebut akan membelikan begitu banyak pakaian wanita.
"Buat siapa aja yang mau." Jawab pria tersebut singkat. Anindita mengendikkan bahunya singkat. Tidak mau memikirkan terlalu keras mengenai kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Anindita yang sedang menikmati interior mol sama sekali tidak menyadari bahwa pria di depannya sudah menghentikan langkahnya. Dan sebagai akibatnya, hidung mancung Anindita harus bertubrukkan dengan punggung Dyo.
"Kak, kalau mau berhenti bilang-bilang dong. Sakit nih." Protes gadis itu sembari mengelus hidungnya yang terasa sakit sekali. Merasa tidak ada tanggapan, ia mencoba melihat apa yang Dyo lihat. Hanya sebuah butik dengan kesan vintage yang kuat.
"Ikut gue!" Perintah pria itu, lalu langsung masuk ke dalam butik yang sedari tadi dilihatnya sembari menarik lengan Anindita.
"Mbak, baju yang di display itu masih ada?" tanya Dyo ketika sang pelayan menghampirinya.
"Masih kak. Butuh ukuran berapa ya?" tanya sang pelayan wanita dengan nada ramah.
"Err saya nggak tahu. Ukurannya dia aja. Coba mbak kira-kira aja." Dyo menunjuk gadis disampingnya yang masih menatap bingung Dyo.
"Sebentar, saya ambilkan dulu." Si pelayan undur diri. Meninggalkan Dyo dan Anindita.
"Untuk yang terakhir, cobain yang ini. Kalau yang ini nggak cocok juga kita pulang ya." Anindita ingin sekali menolak, tetapi melihat wajah memelas Dyo yang jarang sekali diperlihatkan membuat Anindita luluh juga.
"Terakhir ya kak." Dyo mengangguk setuju bertepatan dengan datangnya pelayan yang tadi sembari membawa baju yang tadi Dyo pesan.
"Ini bajunya kak." Anindita menerima baju yang diberikan pelayan untuk selanjutnya ia coba.
"Gue tunggu disana ya." Tunjuk Dyo pada sebuah kursi tunggu yang berada tepat di depan ruang ganti.
Setelah beberapa menit menunggu, perhatian Dyo beralih saat mendengar pintu ruang ganti terbuka. Dyo menatap gadis dihadapannya. Pilihannya yang satu ini memang sudah tepat. Gaun selutut berwarna baby blue benar-benar cocok dipakai Anindita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked by You
RomanceDrabble singkat dalam rangka mengikuti #drabbletober Prompts list by @dwikipan Anindita bilang, dia mau move on. Move on? Apa itu move on kalau 'Hi!' dari dia masih aja bikin kamu jatuh cinta? Move on hanyalah sebuah wacana belaka. Lemah memang.