Day 19 Eating Ice Cream Together

12 3 0
                                    

Karoke sudah, memandang matahari terbenam dari ketinggian sudah. Namun Anindita merasa perjalanannya kali ini ada yang kurang. Setelah berpikir keras, akhirnya ia mendapatkan jawabannya. Es krim. Usut punya usut, moto hidup Anindita adalah es krim for life.

"Kak, es krim." Rengek Anindita. Tidak lupa lengan baju Dyo ia tarik-tarik. Sampai Dyo dibuat bingung melihat kelakuan gadisnya yang tidak beda jauh dengan anak kecil.

"Iya. Mau yang mana?" tanya Dyo sembari menunjuk beberapa kedai es krim di sekeliling mereka.

"Aku ingin gelato. Boleh?" Anindita menatap Dyo. Pandangan mata Anidnita berbinar yang membuat Dyo menghembuskan nafas lembut. Tidak sanggup menolak.

"Boleh. Pilih yang mana aja."

"Horee!!!" teriak Anindita sembari melompat, lalu berlari menuju kedai es krim yang diinginkannya. Sedangkan Dyo hanya berjalan pelan. 'Gue kencan apa bawa anak kecil jalan-jalan sih?' batin Dyo.

"Kak mau rasa apa?" Dyo menatap etalase dihadapannya. Menilik, rasa apa yang akan ia pilih.

"Rocher Gelato." Putus Dyo pada akhirnya.

"Oke, aku mau pesan Hot Strawberry Sorbet." Ujar Anindita pada pramusaji. Sang pramusaji hanya tersenyum melihat interaksi antara Anindita dan Dyo.

"Adiknya ya mas? Lucu banget." Ujar pramusaji sembari memberika pesanannya.

"Siapa?" tanya Dyo.

"Itu adiknya mas. Lucu ya. Jarang lho ada yang akur banget kalau punya adik cewek." Tunjuk pramusaji pada Anindita yang sedang duduk di pojok ruangan.

"Mohon maaf mas, dia pacar saya." Bantah Dyo dingin. Pramusaji itu hanya dapat menelah ludahnya kasar lalu tersenyum kikuk.

"Oh maaf mas kalau begitu. Silahkan dinikmati." Dyo mengambil gelatonya lalu menatap pramusaji itu dingin.

"Lama." Rengek Anindita, mengambil gelatonya dari tangan Dyo.

"Mau makan dimana?" tanya Dyo menyendok gelatonya.

"Ayo kita ke tempat yang lagi hits itu kak. Deket kok. Jalan bentar aja dari sini." Dyo hanya mengangguk menyanggupi permintaan Anindita. Toh ia tidak akan bisa sesering pasangan lain. Ia bahkan harus mengambil cuti jika ingin bertemu dengan pacarnya ini. Derita LDR memang. Apalagi cuti tidak akan sering diberi mengingat orang sakit bisa datang kapan saja tanpa pemberitahuan. Ia pun harus selalu siap sedia untuk hal itu. Beruntung dirinya mendapat pasangan yang satu profesi dengannya. Setidaknya Anindita akan mengerti sibuknya menjadi dokter. Apalagi di pedalaman yang minim dokter.

Lamunan Dyo dihentikan oleh lembayung senja sore itu. Ia bahkan tidak dapat melepaskan pandangannya dari anugerah Tuhan yang satu ini.

"Aku pengen coba gelato punya kakak." Anindita menyendok gelato yang digengggam Dyo, lalu meresapi rasanya.

"Manis banget. Enak punya aku coba. Asem-asem seger gitu." Dyo terdiam. Senyumnya mengembang beberapa detik selanjutnya.

"Memang ya kamu, sisi romantisnya ambyar." Dyo mengacak pelan puncak kepala gadisnya.

"Ini kita lagi romantis lho kak. Makan es krim bareng sambil ngelihatin senja di ketinggian." Balas Anindita, tidak terima dikatakan bahwa ia tidak mempunyai sisi romantis. Walaupun kenyataannya mengatakan demikian.

"Iya. Kamu romantis banget sampe bikin gue nggak mau berangkat lagi." Dyo terkekeh. Lalu melanjutkankegiatannya lagi. Memandang langit senja kota Bandung sembari menikmati es krim.

Locked by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang