Day 7 French Kiss

23 2 0
                                    

Demam Anindita sudah turun pagi ini. Kepalanya pun tidak terasa pening seperti sebelumnya. Gadis itu kemudian memandang sisi kanan tempat tidurnya. Pria tersebut masih terlelap. Ia yakin bahwa saat bangun pria itu akan mengeluh sakit pinggang atau leher karena posisi tidur yang salah. Enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya, Anindita hanya fokus memperhatikan sang pujaan hati. Memperhatikan dari dekat guna menelaah wajah Dyo lebih jauh. Lalu tanpa sadar, jemarinya menyentuh pipi Dyo pelan.

"Lembut." Gumam Anindita yang tidak mengetahui bahwa Dyo sudah bangun daritadi. Awalnya pria jangkung itu akan membuka matanya namun urung ketika melihat wajah Anindita mendekat.

Rasa terkejut tidak dapat dipungkiri lagi saat dengan tiba-tiba tangan yang tadi menyentuh pipi Dyo malah ditarik oleh si empunya pipi. Jemarinya dibawa ke bibir tipis pria itu. Lalu dikecupnya ringan. Anindita sepertinya harus memeriksakan jantungnya ke rumah sakit karena kinerja jantungnya lebih cepat dari biasanya. Oh ayolah, pagi ini tidak akan terjadi adegan erotis ala cerita dunia oren ataupun film tentang CEO dan editor seksi itu bukan? Jangan sampai, hatinya masih belum kuat jika diserang oleh kegiatan erotis itu. Bisa mati muda dia.

"Ka-kak, ka-kak ngapain? Demam nggak bikin gila kan kak?" tanya Anindita takut-takut, pasalnya saat ini Dyo sedang memperhatikannya dengan pandangan sayu yang dapat membuat semua wanita waras melemparkan dirinya agar dapat melihat tatapan sayu nan seksi itu.

"Lo tahu nggak salah satu cara bikin demam turun dalam sekejap?" tanya Dyo dengan suara serak khas bangun tidur.

"Ap-apa kak?" Sumpah deh Anindita tidak akan menjadi warga Negara yang julid lagi setiap melihat wanita yang tiba-tiba menjadi sulit berbicara saat berada di dekat gebetannya dengan menyebut mereka 'memalukan'. Ia merasakan sendiri bagaimana sulitnya untuk mengeluarkan suaranya.

"Ciuman, bertukar saliva." Okay, kata-kata Dyo terdengar menjijikkan bagi seseorang yang belum pernah merasakan apa itu ciuman.

"Err kak, that's gross. Disgusting. Ewwh." Anindita menirukan mimik wajah menjijikkan sembari berpura-pura ingin muntah.

"Wanna try?" tanpa menunggu persetujuan Anindita, Dyo sudah menarik tengkuk gadis itu mendekat lalu mengecup singkat bibir Anindita.

'Sialan!!' gadis itu memaki dalam hati. Tolong bawa dirinya ke rumah sakit sekarang juga karena jantungnya mulai berulah lagi.

"Mau coba yang lebih?" tanya Dyo sembari menarik tengkuk Anindita lagi.

Tolong ya, akan ia kemanakan semua penghargaan dan medali emas yang ia dapatkan dari kejuaraan beladiri jika ditarik tengkuknya saja ia tidak bisa membalas dan hanya bisa menutup matanya. Tapi sampai dua menit selanjutnya ia tidak merasakan apapun. Perlahan, Anindita membuka matanya. Pemandangan yang ia lihat sungguh mengejutkan. Pria itu, sedang terkekeh sembari memegang perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

"K-kak." Cicit Anindita. Dyo menghentikan tawanya, lalu tersenyum lembut.

"Yang itu nanti aja, kalau udah resmi. Gue bisa dipanggang Erlangga kalau ketahuan berbuat asusila sama adik kesayangannya." Jelas Dyo sembari menepuk ringan puncak kepala Anindita.

"Gue ke bawah dulu ambil sarapan." Lanjut Dyo. Meninggalkan Anindita yang masih terpaku pada kata-kata Dyo sebelumnya. Berhubungan dengan Dyo memang membuatnya harus banyak mengingat Tuhan. Pasalnya ia akan lebih sering mengumpat saat di dekat Dyo.

'Kenapa sih suka banget gantungin status orang bang? Saya juga butuh kejelasan biar bisa move on.'

Locked by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang