Hari-hari yang Bermula

17 3 0
                                    

Toko buku terkenal yang terkadang ramai, hari itu benar-benar ramai lantaran hari-hari sekolah akan segera dimulai kembali. Banyak yang hendak membeli buku dan alat tulis di sana. Tak terkecuali seorang gadis, yang baru saja naik ke kelas XI. Dia sedang melihat-lihat deretan rak buku yang ada. Mulai dari keperluan sekolah, novel, sampai buku-buku ensiklopedia. Entahlah, cuaca yang agak terik hari itu membuat gadis tersebut ingin berlama-lama di toko buku tersebut ketimbang langsung mengambil apa yang diperlukannya dan pergi.

"Alisha, kamu udah nemu?" gadis itu memanggil temannya, ternyata dia tidak sendiri, dan ada sesuatu yang mereka cari.

"Eh, Echa! Kamu di mana tadi? Aku nyariin..." omel Alisha.

"Ya elah, aku gak bakalan pulang," jawab gadis yang disapa Echa itu sambil memutar bola matanya.

Alisha pun menunjukkan sebuah novel yang didapatnya, "ini bagus gak? Aku penasaran, soalnya orang-orang udah pada baca gitu."

"Ah, aku aja belum dapat sama sekali novelnya, lama-lama aku ambil dongeng Cinderella aja ini!" celoteh Echa yang matanya kembali fokus kepada rak buku di hadapannya.

"Ini lihat dulu novelnya, Cha.."

Echa pun menoleh ke novel yang ditunjukkan Alisha dan mengambilnya, "oh, ini ya... iya nih beli aja, kalo gak seru ya buat aku, gampang kan?"

"Iya juga sih, tapi enggak ah kalo buat kamu."

Mereka pun berkeliling lagi. Setelah lima menit berputar-putar, mereka berhenti dan Alisha berkata, "udah ah sekarang cari buku tulisnya, gila kita di sini mondar-mandir doang!"

Echa pun tertawa, "hahaha, iya tau nih, ngakak aku." Alhasil, mereka berdua akhirnya tertawa, "dah ah, malu."

Echa dan Alisha sudah bersahabat cukup lama, mereka saling mengenal sejak tahun terakhir di bangku SMP.

Setelah membeli buku tulis dan sebuah novel, mereka pun meninggalkan toko buku yang masih ramai itu dan Echa harus mengantar Alisha pulang.

Sesampainya di rumah Alisha, Alisha pun turun dari motor milik Echa. Suasana menjadi haru saat mereka sadar pertemuan mereka hanya sisa satu hari lantaran Echa harus pindah ke luar pulau.

"Cha, satu hari lagi nih aku bakal lihat kamu," kata Alisha dengan nada murung.

Echa teringat hal itu, "eh, jangan gitu dong nanti aku nangis," Echa tertawa untuk menghibur sahabatnya tersebut. "Aku kalo libur main kok, saudara aku kan ada yang di sini."

"Kamu kenapa gak dititipin di rumah saudara kamu aja?"

"Gak bisa, Sha, aku ngerepotin nanti."

"Atau di rumah aku?"

"Waduh, apalagi itu, Lisha. Aku main kalau liburan nanti."

Alisha pun memeluk Echa yang masih berada di atas motornya, dia terharu, tidak siap dengan kenyataan itu, "aku bakalan kangen, Cha."

Echa tak kuasa melihatnya, lambat laun dia ikut terbawa suasana, "ah, kamu... iya, Sha, aku juga bakalan kangen. Alisha, nanti ditelpon aja akunya ya, aku udah dicariin ini hehe," dan Echa tertawa kecil di sela suasana haru mereka.

Alisha pun melepas pelukannya, menghapus air matanya, membiarkan Echa pulang dan dia pun tersenyum, "hati-hati, Cha!"

"Iya, Sha, bye..." dan Echa pun berlalu, dibalas lambaian Alisha.

Hari-hari di tahun ajaran baru, tanpa sahabatnya, Echa, dimulai dari sini.

Alisha: The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang