Di sebuah taman di dalam komplek, terdapat Geng Jedar—Damar dan ketiga temannya, Eli, dan Fitrah yang sedang duduk-duduk.
"Ingat gak waktu lo ulang tahun?" tanya Joni kepada Damar, membuka topic.
"Yang mana nih?"
"Yang sama Lisha."
"Hmm, ingat kok, kalian bego tiba-tiba nginep di rumah gue," protes Damar sambil terkekeh.
"Tapi aneh sih, kenapa lo gak nyadar gitu, padahal si Difan bilang udah izin sama mama lo," kata Eko.
Difan pun menyahut, "itu di luar rencana loh, gue keceplosan bilang itu. Si Joni udah nyenggol-nyenggol gue habis gue bilang gitu."
Seketika mereka pun tertawa ketika mengingat apa yang terjadi di balik momen tersebut.
"Ah, gue mah gak tau apa-apa," kata Fitrah.
"Kasihan kamu ya, hehe," ledek Joni yang berada di sebelahnya.
"Berisik ah, aku sumpel mulutmu pakai akar beringin ya?" canda Fitrah.
Difan pun protes terhadap pemandangan di depannya, "ah, berisik nih berdua, gue gak punya gandengan."
"Gue juga gak ada," sambung Eko.
Eli yang sejak tadi menyimak pun akhirnya turut berbicara, "terus tuh Damar waktu kecil sukanya mbak-mbak Indoapril."
Semua pun tertawa lagi.
"Hahaha, iya, iya, El, gue baru ingat," kata Eko.
Damar pun menggerutu lagi, "ah, Eli, kenapa kamu ingat bagian itunya, ampun dah.."
"Gak apa-apa, Mar, udah berapa tahun itu? Eli masih ingat," kata Fitrah. "Tapi gue baru tau, hahaha, ngakak."
"Apa, Mar, hadiahnya? Lupa aku," tanya Eli sambil menepuk lengan Damar pelan.
"Yeh, masa lupa? Baju, El, tapi kardusnya tebal, tuh ulah mama aku." Damar kembali mengingat saat dia membuka kardus di kamar pada malam harinya. Empat lapis kardus membungkus dua buah baju di dalamnya.
"Masih ada kan?" tanya Eko.
"Masih lah gila. Hadiah dari mama gue tercinta."
"Oh, Alisha gak ngasih?" tanya Fitrah.
"Ayah gue bilangnya dari Alisha, iya sih, tangan dia yang ngasih ke gue, hahaha. Tapi, ya gak apa-apa lah."
"Terus waktu ulang tahun Alisha tuh, bisa banget modusnya Damar, hahaha," Difan membuka memori yang lain.
"Itu udah masuk belum sih?"
"Belum, kan Juli agak awal dia ulang tahunnya, pas liburan."
"Modus kenapa?" Fitrah bertanya lagi, dia memang tidak pernah bermain dengan geng ini sebelumnya.
Joni pun menjawab, "meluk-meluk anak orang, di rumah orang pula."
"Tapi beneran deh, Alisha jago banget bikin lo 'smile' lagi, Mar, sabar banget," ujar Eko.
Difan pun mengomel, "heh, iya udah, bener sih, tapi ada Eli tuh!"
"Apaan sih?" sambar Eli, "kenapa aku?"
"Nggak... nggak..."
"Udah deh ya, kamu sama Eko jadian aja sana!" Kata-kata Eli memecah tawa yang lain.
Damar pun menertawakan Eko dan Difan, "hahaha, makan tuh, dibully sama Eli!"
Saat itu, mereka telah mengawali masa-masa di dunia perkuliahan sebagai mahasiswa baru. Dan hari itu, mereka masih bisa berkumpul, tepat satu tahun sejak peristiwa tragis terjadi. Namun, setahun berlalu sudah sangat bisa membuat siapapun melepas dan merelakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisha: The Memories
Teen Fiction[COMPLETED] [Buku kedua dari The Vanished Smile] Ini adalah sisi lain dari perjalanan hati Damar. Hal-hal yang sudah maupun belum diceritakan sebelumnya, dan sebagian besar berada pada sudut pandang Alisha. Kalian bisa menyebut ini prequel, sequel...