Alisha

4 3 0
                                    

Senang rasanya bisa tetap bertahan seperti ini.

Tidak sia-sialah usahaku selama ini.

Ya, jika suatu saat nanti aku masih ada di hadapannya, aku akan membuka memori ini lagi sebagai canda tawa kita.

Tuhan, izinkan aku untuk terus menemaninya, setidaknya sampai dua kemungkinan datang:

Sesuatu yang berakhir bahagia, ataupun yang berakhir dengan terpaksa.

***

"Kamu baca itu lagi?" tanya Eli.

"Eh, iya nih, baru aja selesai baca diary terakhirnya dia," jawab Damar sambil menutup buku harian Alisha dan meletakkannya di sela-sela deretan buku seputar ekonominya.

Buku catatan tersebut diberikan oleh ibu Alisha kepada Eli empatbelas tahun lalu, tepat satu hari setelah sang bintang dikebumikan.

Lalu, anak mereka yang juga bernama sama—Alisha—pun menghampiri mereka setelah bermain sendirian di kamarnya, usianya telah menginjak enam tahun saat ini.

"Mama, Mama," katanya sambil menepuk-nepuk punggung ibunya.

Eli pun menoleh kea rah putri sulungnya yang lebih akrab disapa Caca itu, "iya, saying?"

"Jadi jalan-jalan? Ayo, Ma."

"Duh, anak Papa gak sabar ya mau jalan-jalan?" giliran Damar yang berbicara dengan buah hatinya. Mereka memang sudah mengenakan pakaian khas liburannya.

"Nanti ya, kita nunggu Om Joni dulu."

"Om Joni siapa, Ma?"

"Yah, Caca lupa nih..."

Tak lama, terdengarlah suara klakson mobil yang masih sama seperti pertemuan pertama mereka empat tahun lalu. Keluarga Damar pun beranjak keluar rumah, Damar segera menyiapkan mobilnya.

"Jon, siapa yang mau ditaruh di mobil gue?" tanya Damar, agar mobil Joni tidak kehabisan oksigen saat sempit oleh manusia.

"Gue aja deh," Difan pun keluar mobil dan memberikan kejutan.

"Wih, Dif! Nikah juga lo!" seru Damar senang. Istrinya masih cukup diam karena tidak pernah dikenal sebelumnya oleh pasukan Damar dan teman-temannya.

"Nih, anak gue, lucu ya?" Difan memamerkan anaknya.

"Umur berapa itu?" Eli pun turut bertanya.

"Beda dua tahun sama anak lo, namanya Findy."

"Wow, iya, berarti lo gak ngabarin selama dua tahun kalo lo nikah. Wah, kacau lo gak ngabarin," gerutu Damar kepada Difan. Difan hanya bisa nyengir kuda bersama istrinya.

"Woy! Say hello to Lorenzo!" Seseorang memanggil mereka dari mobil Joni, dan itulah Eko, yang memamerkan putra kecilnya mencuat keluar kaca mobil.

Shanti yang juga di dalam pun mengomel, "wey, kasian anak aku nanti gak ngakuin bapaknya!"

Tawa pun pecah di sana. Ada yang belum Damar tanyakan, "mana, Jon, si Vansa?"

"Nih, sama emaknya," Joni menunjuk ke Fitrah yang duduk di sebelahnya.

"Oke, ayo Dif, masuk, siap-siap. Tapi antar gue dulu."

"Kemana?"

"Lo udah paham lah."

Joni berpikir sejenak, "oh? Serius lo masih mau ke sana?"

"Eli juga ini yang minta," jawab Damar.

"Oke, oke."

***

Komplek pemakaman yang masih sama seperti saat terakhir kali melihatnya, namun mungkin ada yang berbeda: pagar, cat dinding batas komplek pemakaman, lingkungan sekitar, dan sebagainya. Dan tujuan mereka tetaplah berada di posisi yang sama.

'ALISHA JULIANSHA'

Begitulah namanya, tertera di atas batu nisan yang berbahan keramik.

"Papa, namanya sama kayak aku ya," Alisha kecil memberitahukan ayahnya tentang apa yang dilihatnya hari ini.

Eli memperingatkannya halus, "ssstt, berdoa, sayang, gak boleh berisik."

Mereka, khususnya Damar, mendoakan apapun yang terbaik untuk Alisha di alam sana. Kenangan-kenangan yang telah lalu silih berganti memenuhi pikiran Damar, juga yang lainnya.

Mulai saat pertama kali Damar terkejut betapa disukainya dia oleh Alisha, atau pada saat pertama kali Alisha mengutarakan maksud hatinya. Bahkan saat Alisha mengiriminya selembar kertas yang disangkutkan pada pagar rumah Damar pun masih diingatnya.

Juga pada saat hari ulang tahun, baik ulang tahun Damar maupun Alisha. Terlebih lagi pergantian tahun, antara ada dan tidaknya Alisha, hingga drama antara Aston dengannya. Serta terakhir kalinya Damar menatap wajahnya secara langsung, sebelum tragedi terjadi.

Damar tau, masa mudanya lebih berwarna dibanding yang lain, walau terkesan pahit dan sedikit tidak menyenangkan. Pun Damar tau, keluarga kecilnya saat ini telah menggantikan segala sedih menjadi sesuatu yang lebih bahagia.

Alisha: The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang