"Kak! Ada tamu!" suara ibu Alisha memanggil dari ruang keluarga. Alisha segera beranjak ke luar kamar.
"Iya, Ma?"
"Itu cowok, kok? Siapa?" tanya ibu Alisha tanpa nada curiga.
"Cowok?" Alisha segera memeriksanya, dan ternyata itu Luis.
"Oh, itu loh, Ma, si Luis."
"Oh... udah samperin sana."
Alisha segera keluar rumah, menghampiri pagar, di sana terdapat Luis dengan motornya.
"Ngapain malem-malem gini?"
"Nggak, gue mau cerita aja."
"Kenapa gak besok? Atau... kenapa gak nge-chat gue aja?"
"Gak apa-apa, sebentar doang."
"Ya udah cepetan."
Luis pun mulai bercerita lagi, "Vina ternyata di luar dugaan, Sha, masa dia post status WA-nya screenshot chat sama orang."
"Siapa? Ada namanya gak?"
"Ada, cowok pokoknya, udah pakai love-love-an. Ampun dah, gak ngerti lagi gue."
"Lah terus gimana? Udah jauhin aja lah, Luis."
"Iya, emang, gue mau samperin Damar di taman, dia biasa main jam segini, gue kadang lihat gitu."
Alisha mulai mengira yang tidak-tidak, "eh, mau ngapain lo? Jangan balas dendam lo!"
"Apaan sih? Enggak, anjay, gue mau minta maaf. Kita sama-sama korban dia soalnya."
"Oh, bener lo ya?"
"Iya, emang kenapa sih? Kok jadi lo yang wanti-wanti?"
Seketika dia pun terpaku sejenak. Benar juga, mengapa Alisha menunjukkan kekhawatirannya terhadap Damar di depan Luis? Alisha pun memikirkan jawaban lain, "ya... lo kan teman gue, dan teman gue gak ada yang boleh kayak gitu."
Untunglah, Luis percaya dengan kalimat itu karena cukup masuk akal, "hmm... iyalah, santai. Udah sih gitu doang, dah ah gue mau cabut."
"Ya udah, sana."
Luis pun berlalu dengan motornya dan Alisha kembali ke dalam rumahnya. Dia masih memikirkan betapa kasihannya Damar. Alisha pernah mendengar bahwa sebelum Vina, Damar juga memiliki seseorang yang istimewa, namun bernasib sama. Ini kedua kalinya orang yang disukai oleh Alisha menghadapi kenyataan pahit.
***
Hari Minggu yang cukup santai, karena tersisa satu lagi pekerjaan rumah yang belum dikerjakan. Hari ini, Alisha sedang berada di rumah Fitrah, yang agak jauh dari komplek. Alisha mengendarai motor sendiri menuju rumah Fitrah. Mereka mengerjakan tugas itu berdua, ini hanya inisiatif Alisha.
Setelah mengerjakan tugas, Alisha banyak bercerita tentang hal-hal yang bersangkutan dengan Damar—berdasarkan yang dia alami selama ini.
"Jangan kamu yang nembak deh, nanti kamu di mata orang malah jadi apa gitu," saran Fitrah.
"Terus gimana dong? Aku gregetan gitu pengen punyain dia, aku tau sih kurang pantas kalo aku yang mulai, tapi aku ngeri deh kalo dia nanti ke ulang lagi yang dua kemarin."
Fitrah berpikir sejenak, mencerna maksud Alisha, lalu dia pun paham.
"Oke, aku paham, tapi sabar sedikit dong, hahaha kamu mah."
"Aku pendam dulu ah semingguan, nanti aku meluncur!" Alisha benar-benar merencanakan hal ini, Fitrah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.
'Teman gue udah demen banget gini nih, hahaha,' gumam Fitrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisha: The Memories
Teen Fiction[COMPLETED] [Buku kedua dari The Vanished Smile] Ini adalah sisi lain dari perjalanan hati Damar. Hal-hal yang sudah maupun belum diceritakan sebelumnya, dan sebagian besar berada pada sudut pandang Alisha. Kalian bisa menyebut ini prequel, sequel...