Gangguan Legendaris yang Masih Menghantuiku

6 4 0
                                    

Hari Senin yang tidak ditunggu oleh siapapun, namun tetap datang, kegiatan belajar-mengajar berjalan seperti biasanya.

XI MIA 4 yang makmur—mungkin sedikit 'tidak' untuk Alisha—tetap beraktivitas sebagaimana mestinya. Guru pun memasuki kelas setelah jam istirahat pertama usai, membuat seisi kelas yang sedang tidak tertata kembali ke tempat duduknya masing-masing. Halim terlihat berjalan menuju keluar kelas untuk membuang sampah, lalu terdengar suaranya memanggil seseorang, "woy, masuk! Ada guru!" Kemudian, Halim masuk setelahnya.

Alisha melihat sekeliling kelas, tempat duduk yang kosong...

'Halah, Aston dan kawan-kawan,' pikirnya. Memang, sosok Aston dan teman-temannya sedikit berandalan dibanding anak laki-laki yang lain.

Setelah berdoa masing-masing sebelum belajar, guru itu memulai presensi. Satu per satu nama dalam table disebutkan, membuat yang terpanggil mengangkat tangannya ataupun sekadar menjawab, "hadir."

Setelah selesai presensi, datanglah Aston dan ketiga temannya, bersalaman dengan guru tersebut.

"Oh... ini yang tadi gak diabsen," sang guru pun bertanya, "dari mana kalian?"

"Dari kamar mandi, Bu," jawab Aston, diiringi beberapa siswa yang menyahut, halah..."

"Masa Ibu percaya sih kamu dari kamar mandi?" kata sang guru, guru yang satu itu cukup akrab dengan murid-muridnya walaupun usianya tidak lagi muda.

"Terus saya harus jawab apa dong biar percaya? 'Nyiapin resepsi pernikahan saya sama Alisha?'"

Gurauan Aston membuat seisi kelas tertawa, Alisha terkejut dengan apa yang dikatakan Aston.

Bu Guru yang merasa salah dengar pun bertanya, "hah? Resepsi? Sama siapa tadi?"

Kini teman-teman Aston yang menjawab, "Alisha, Bu."

"Noh, yang belakang sendirian," jawab salah satu dari mereka.

"Oh, halah, Aston, masih kecil udah nikah omongannya," celetuk Bu Guru. "Neng, emang kamu mau sama Aston?" lanjutnya.

Alisha enggan menjawab, dan hanya tersenyum paksa dengan dahi yang mengerut.

***

"Oke, kita bikin kelompok ya. Sekretaris mana? Tolong tuliskan nama-nama kelompoknya ya di papan tulis," perintah Bu Guru, nama-nama kelompok telah dituliskan di kertas sang guru, sekretaris kelas hanya tinggal menyalin saja ke papan tulis.

Setelah ditulis semua, sang guru bertanya, "udah ya? Fair ya? Gak boleh ada yang protes, ini biar kalian gak kubu-kubuan. Fair gak?"

Semua serentak menjawab, "FAIR, BU!" termasuk Alisha.

"Fair...eh?" Alisha menyadari sesuatu.

Di bawah tulisan 'kelompok 4,' terdapat nama-nama yang menyatakan kalau Alisha mendapat kelompok yang sama dengan Aston.

"Yah..." seru Alisha spontan.

Seluruh kelas mendengarnya dan tawa pun pecah ketika mereka paham. Dita dan Sofia pun menoleh.

"Hayoloh... kamu sekelompok sama Aston, hihihihi..." Sofia hanya memperburuk suasana.

Aston menoleh juga dari kejauhan, tersenyum mantap seperti tanpa dosa dalam ekspresinya yang terlihat semangat.

'Aston lagi... Aston lagi...' keluh Alisha dalam hati. Hal ini seperti mimpi buruk jangka panjang baginya.

Alisha: The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang