New Class

15 4 0
                                    

Hari pertama yang masih terbebas dari teror tugas dan semacamnya pun dimulai. Seragam putih abu-abu mendominasi area sekolah, khususnya mading yang menampilkan daftar kelas beserta siswa-siswinya. Namun, Alisha selalu tidak tertarik, dia memilih untuk menemui teman-teman yang sekiranya dikenal olehnya dan bertanya. Alisha memang tidak mempunyai sahabat tetap selain Echa. Akibatnya, setelah Echa pindah ke luar pulau, Alisha harus membiasakan diri berjalan-jalan sendirian seperti ini, walaupun tidak menutup kemungkinan kalau teman-temannya mengajaknya ke kantin bersama atau sejenisnya.

Selama berjalan kaki itu, sesekali teman-temannya menyapanya, dengan dialog yang nyaris sama.

"Alisha!"

"Eh, iya!"

"Kamu di mana?"

"Gak tau nih aku masih nyari, hahaha. Kamu di mana?"

"Sana, kelas pojokan."

"Oh, oke, aku duluan ya.."

"Iya, Sha, dahhh.."

Alisha melanjutkan berjalan kaki, keliling-keliling tidak jelas, duduk di koridor, setelah tiga kali melakukan dialog tersebut, kemudian kembali berjalan menuju tepi lapangan, menjauhi koridor.

Dari kejauhan, muncullah seorang siswa, dan Alisha mengenalnya. Dialah Aston, salah satu 'penggemarnya.' Bisa dibilang, Alisha mempunyai banyak penggemar lantaran parasnya yang bisa dikatakan 'mirip artis bule.'

"Hei, sendirian aja lo, Sha. Echa mana? Biasanya barengan."

"Umm... dia pindah," jawab Alisha memasang wajah agak tidak nyaman, seperti yang biasa dia lakukan terhadap orang-orang seperti Aston.

"Lah, pindah? Gue temenin deh!" tawar Aston semaunya.

"Ih, maunya lo, dah ah."

Baru saja hendak berlalu, Aston menahan lengan Alisha sejenak lalu Alisha menghempaskannya, "apaan sih lo?"

"Emang lo tau kelas lo di mana?"

Alisha baru ingat akan hal itu, dan dia terpaksa bertanya, "hhhh, di mana emang?"

"XI MIA 4, di sana," tunjuk Aston ke koridor kelas lantai dua, kelas yang berada di ujung kanan koridor.

Alisha kembali menoleh dengan malas kepada Aston, "oh, oke makasih." Alisha pun berlalu, mengabaikan Aston, dan juga keramaian yang ada. Dia hanya berharap bertemu teman-teman sesama perempuannya sembari berjalan ke kelas yang dimaksud Aston.

Di depan kelas, telah ada beberapa siswa, Alisha mengenal salah satunya, dan orang itu menyadari kedatangan bintang sekolah tersebut.

"Hei, Alisha! Di sini?" Dia adalah Halim, dia tidak gatal seperti penggemar-penggemar illegal Alisha, dia juga akrab dengan siapapun, sehingga Alisha pun tidak merasa risih dengannya.

"Iya, lo di sini juga, Lim?"

"Yoi! Hmm, noh, Sha, sisa belakang."

"Lah, iya?" Alisha menoleh ke dalam kelas sejenak untuk memastikan. Memang benar, tempat duduknya telah terisi penuh, menyisakan dua bangku paling belakang. "Ya udah lah, gak apa-apa."

"Atau mau tukar sama gue? Biar bisa agak depanan."

"Gak usah, makasih, kesiangan nih gue datangnya. Lo semua rajin-rajin banget."

"Namanya juga rebutan bangku, Sha, hahaha."

"Oke, gue masuk ya."

"Oke, Sha!"

Alisha berlalu memasuki kelas, beberapa teman yang pernah sekelas ataupun mereka yang mengenal pun menyapa Alisha. Senyum balasan Alisha tak pernah lenyap, dia memang pribadi yang ramah.

Alisha: The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang