Hari-hari tanpa warna berikutnya pun terus bergulir hingga sampailah pada bulan berikutnya, Oktober. Sebagian besar siswa SMA Mandiri telah menunggu sejak lama akan kedatangan bulan ini, karena sekolah mereka mengadakan pensi di pertengahan bulan.
Ketika sedang berjalan kaki menuju ke rumah seusai sekolah, Alisha berpapasan dengan Luis yang baru saja membeli makanan ringan di sebuah warung.
"Eh, Lisha, baru pulang lo?"
"Ya... elo ngeliatnya gue dari mana emang? Hahaha."
"Oh, gue kira dari pelabuhan lo."
"Garing gila."
Setelah Luis selesai membeli makanan ringan, mereka akhirnya berjalan pulang, Luis pun membicarakan sesuatu dengan Alisha. Ya, Luis kerap kali menceritakan apapun kepadanya.
"Sha, gue mau curhat dah."
"Tentang apa?"
"Hmm... lo jangan bilang siapa-siapa."
"Ya elah, kayak gak tau gue aja lo."
"Lo kenal Vina gak?"
Dia pun berpikir sejenak, "Vina? Vina yang mana ya?"
"Anak IPA 2."
"Hmm... gak kenal tuh. Kenapa? Lo dekat sama dia?"
"Ya... begitulah, asik banget njir dia, gimana gak suka gue."
"Oh, baper ceritanya, hahaha. Udah lama?"
"Baru akhir September kemarin sih."
"Oh... kok tapi gue gak pernah lihat lo sama dia ya?"
"Iya, kita masih ngumpet dulu, hehehe, dia juga katanya gak mau terang-terangan."
"Masih malu ya? Ya... gak apa-apa sih. Masih perkenalan ya? Hahaha."
Setelah hening sesaat, Luis pun bertanya, "kalo lo? Adem-adem aja nih, udah punya pacar?"
"Eh? Umm..."
"Atau lagi dekat sama orang gitu? Kalo udah punya mah kali aja gue kenal."
Alisha pun menjawab apa adanya, "kemarin dekat sama orang, ya... teman dekat aja sih, ngerti kan? Tapi ternyata dia suka, gue gak mau. Setelah gue tolak, eh, lost kontak."
"Oh... kenapa? Kok gak mau?"
"Gue punya rencana lain soalnya."
"Rencana apa?"
"Ada deh..."
"Kirain bakal bilang 'mau fokus belajar.' Itu tuh, mereka yang nolak dengan alasan fokus belajar tuh bullshit, besoknya juga nempel sama yang lain."
"Ih, apaan sih? Gak gitu!" protes Alisha.
"Lah? Lo apaan, gue gak ngomongin lo," kata Luis sembari tertawa.
***
Hari yang ditunggu pun tiba, inilah saat-saat digelarnya pensi SMA Mandiri. Panggung berukuran sedang pun berdiri kokoh, menampilkan seorang penyanyi yang cukup terkenal di atasnya. Stand-stand sponsor yang mendukung acara ini telah bertebaran di tepi lapangan. Sesekali ada siswa yang mendatangi stand-stand tersebut, baik itu membeli produknya, ataupun sekadar melihat-melihat.
Hari itu, Alisha berkumpul bersama Dita dan Sofia di bagian yang tidak padat penonton, alias di belakang.
"Ke toilet sebentar yuk," ajak Dita.
"Sebentar lagi, Dit," Sofia menunda ajakan itu.
"Aku gak tahan woy, ayo sebentar doang," kata Dita memohon.
"Haha, kasihan banget temen aku, ayo, Fi," kata Alisha yang mengajak Sofia juga.
Ketika tengah berjalan di tepi lapangan yang berhadapan dengan panggung, Alisha menahan sebentar, "eh, bentar."
Dia melihat seseorang yang dikenalnya dan berdeham, "ekhemmm..."
Rupanya itu Luis, dia dan gadis di sebelahnya menoleh ke belakang.
"Cie... Oh, ini toh Vina?" ledek Alisha.
"Yeh, ngapain lo, Lisha?" Luis memutar bola matanya malas. Vina tersenyum ketika melihat Alisha. Sementara di belakangnya, Dita kecewa karena Alisha menunda-nunda panggilan alam yang sedang menunggu Dita.
"Dah woy! Gangguin orang pacaran aje kamu!" protes Dita, dan Sofia hanya tertawa melihat malangnya Dita.
"Iya, iya, Dit. Dah ah, lanjut lo berdua, haha," Alisha pun berlalu bersama kedua temannya tersebut.
"Lo kenal Alisha?" tanya Vina kepada Luis.
Luis pun menjawabnya, "iya, dia tetangga gue."
"Oh..."
***
Selepas keluar dari toilet, Alisha dan kedua temannya pun beranjak ke kantin terlebih dahulu sebelum kembali ke lapangan. Mereka lebih memilih tetap membeli minuman di kantin daripada stand sponsor karena kantin murah meriah.
Lalu, gangguan legendaris itu datang lagi. Yap! Siapa lagi kalau bukan Aston? Dia tidak sengaja melihat Alisha. Dan sialnya, mereka berada di warung kantin yang sama.
"Alisha!"
"Apa?" jawab Alisha ketus.
"Cantik banget sih lo hari ini, gila lo."
"Hmmm? Cantik? Makasih," Alisha memaksakan senyumnya, namun tetap manis bagi siapapun. Lalu, senyumnya lenyap seketika, "iya, tapi 'gila'nya buat lo."
"Kok gitu?" Aston nyengir kuda.
"Iya, kan elo gila!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Alisha: The Memories
أدب المراهقين[COMPLETED] [Buku kedua dari The Vanished Smile] Ini adalah sisi lain dari perjalanan hati Damar. Hal-hal yang sudah maupun belum diceritakan sebelumnya, dan sebagian besar berada pada sudut pandang Alisha. Kalian bisa menyebut ini prequel, sequel...