"Gimana di sana? Udah dapat teman baru?"
"Iya, udah, tapi mereka lagi ke kantin."
"Kamu gak ikutan, Cha?"
"Nggak, aku males keluar kelasnya, hahaha. Kamu gimana? Duduk sama siapa?"
"Aku sendirian, Cha, duduknya."
"Ya ampun... Alisha, segitunya kamu."
"Hah? Segitunya apa?"
"Masa gara-gara aku pindah doang kamu jadi duduk sendirian gitu?"
"Nggak, nggak, aku agak siangan datangnya jadi aku kebagian paling belakang ini."
"Oh gitu, kasian banget teman aku yang satu ini. Mana teman-teman kamu?"
"Ya... sama, lagi ke kantin."
"Kamu gak ikutan?"
"Kan kamu tau sendiri aku kayak apa."
"Hehe, iya, iya, eh, udah dulu ya, kuota aku mepet nih."
"Oke, Cha, see you!"
Begitulah Alisha mengakhiri video call dengan Echa melalui Whatsapp. Jam istirahat kedua yang agak panjang ini dimanfaatkan mereka untuk itu. Alisha pun membuka kotak bekal yang selalu dibawakan ibunya. Alisha masih terbayang dengan masa saat dia makan bekal bersama Echa, dia masih belum terbiasa sendiri seperti itu. Begitu jauh dirinya dengan sahabatnya itu sekarang.
Di tengah nikmatnya makan siang hari itu, si biang kerok menyebalkan pun datang lagi menghampirinya, "hei, sendirian aje lo!"
"Aston, lo bisa diam gak? Gue mau makan!" omelnya.
"Santai aja, gue numpang duduk doang," Aston pun duduk di sebelah Alisha, tanpa izin.
Alisha memutar bola matanya malas, menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Setelah sedikit tenang, dia pun melanjutkan makannya.
Aston memang tidak mengganggunya, dia duduk dan bermain game online di ponselnya. Tak lama, Dita dan Sofia kembali dari kantin, menuju ke bangkunya masing-masing.
Dita pun menyeletuk, "oh, Aston sama Alisha fix nih?"
Alisha menggantung sendok yang mengangkut makanannya itu di udara, "ih, apaan sih kamu!" omelnya.
"Eh, Dita, Sofia, kalian gak bisa diam ya, fans lagi nemenin idolanya makan!" sahut Aston tanpa menoleh.
"Gak jelas," ucap Alisha ketus.
Untunglah kesialan Alisha segera berakhir, setidaknya untuk hari ini, karena salah satu teman Aston menghampiri kelasnya dan berdiri di area pintu, "woy, Aston!"
Aston pun menoleh, "oy! Bentar!"
"Godain Alisha mulu lo, bego! Ayo ke kelas gue!"
Aston terpaksa berdiri. "Ah rese lo!" protesnya. Sesaat sebelum meninggalkan kelas, dia berkata pelan, "Alisha, lo cantik banget tiap ha—"
"Bodo amat! Pergi lo!" bentaknya, Aston begitu menyebalkan bagi Alisha.
"Pengen cepat-cepat lulus ajalah aku!" gerutu Alisha yang membuat Dita dan Sofia tertawa—begitupun beberapa warga kelas lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisha: The Memories
Teen Fiction[COMPLETED] [Buku kedua dari The Vanished Smile] Ini adalah sisi lain dari perjalanan hati Damar. Hal-hal yang sudah maupun belum diceritakan sebelumnya, dan sebagian besar berada pada sudut pandang Alisha. Kalian bisa menyebut ini prequel, sequel...