Setelah mereka menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Magelang ke Yogyakarta, akhirnya mereka sampai di terminal, mereka mulai mencari kendaraan roda 4 yang akan mengantarkan mereka ke rumah masing masing untuk beristirahat. Bukan para gadis yang mencari tapi lebih tepatnya para laki laki yang umm... Gagah dimata para pecinta Taruna hihi.
"ayok girls, kita udah dapet taxi dan 1 ojek" kata Zyn mengajak Aliza dan Nisya
"kok pake ojek? Siapa yang naik ojek?" tanya Aliza bingung
"Vano, dia pengen naik ojek katanya, biar kalian berdua bisa bebas naik taxi"
"Gapapa bang?" tanya Aliza pada vano dan diangguki oleh Vano tanda tak apa apa
"yuk naik" Vano membukakan pintu depan untuk Aliza dan Nisya dibukakan pintu oleh Rafli dan sepertinya akan tumbuh benih benih cinta diantara mereka haha.
Cukup 15 menit saja mereka sampai dirumah Aliza, Vano sudah belok di per-4an tadi dan kini Aliza turun dari taxi Zyn pun membantu mengeluarkan koper dan tas Aliza.
"Gak usah dibantu sampe rumah Zyn, kalian pulang aja antar Nisya dulu ya, aku gapapa udah deket juga kok" Zyn pun hanya mengangguk lalu masuk ke dalam taxi. Aliza dengan sekuat tenaga menyeret kopernya dan membawa tasnya yang um... Cukup berat, setelah menyebrang jalan raya ia menaruh koper disamping pintu dan tas di atas kursi panjang depan rumah.
"Assalamualaikum, ibuk bapak Liza pulang" kata Aliza sambil berteriak dan kedua orang tua Aliza keluar dengan tersenyum menyambut kepulangan putri tercinta mereka
"Akhirnya anak gadis e ibuk kelingan omah"
"Ihh... Ibuk aku gak kabur ya, terus tiba tiba pulang ke rumah" gerutu Aliza kesal
"hahahha"
"wes bali koe, za"
"Bang Zafran!" teriak Aliza sambil memeluk abangnya ini. Ada rasa berbeda pada diri Zafran saat Aliza memeluknya, dia akan diam. Dia tidak akan bicara pada adiknya sebelum waktu yang telah ditentukan. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan Aliza saat tahu yang sebenarnya. Dia tak ingin adiknya menangis, sudah cukup selama ini adiknya menangis gara gara Raiyan, sekarang jangan karena cinta pertamanya, jangan sampai. Jika Aliza tahu semua bisa kacau.
Untuk siang ini Aliza diam di rumah setelah tadi menaruh barangnya, ia hanya membantu ibunya ini dan itu, ibu tidak memperbolehkan Aliza mengerjakan pekerjaan yang berat padahal sehari hari ia melakukan yang berat berat di Akmil. Rencananya Aliza nanti sore akan menemui teman desanya di Pondok Pesantren Mafaza Bantul dan malamnya dia ingin pergi sendiri, tidak dengan ke-5 teman dekatnya. Kenapa? Karena selama ini Aliza belum pernah berpergian sendiri, kemana mana selalu berdua dengan Naura teman SDnya. Nanti malam mungkin 7sky akan menjadi tujuannya dikarenakan dia memakai baju pesiar, dia tidak bisa bebas keluar sendiri. Lagi pula 7sky tidak jauh, hanya di atap mall Lippo Plaza, bagi orang Jogja Lippo mall dekat bukan? Naik trans jogja juga akan sampai dengan naik bis nomor 1A. Sore haripun tiba, dia mandi dan berdandan secukupnya setelah itu memakai seragam kebanggaannya yang didapat dengan susah payah dan butuh perjuangan. Teman yang akan ia kunjungi ini sebenarnya sudah kuliah jurusan Pendidikan Agama Islam di UGM dengan jalur beasiswa tapi dia tetap tinggal di pondok yang ditinggalinya sejak SMA, karena ia ingin memperdalam ilmu agamanya yang menurutnya masih cetek. Ya biarkan saja lah lagipula ilmu pengetahuan dan ilmu agama harus seimbang bukan? Itu kata dia. Bahkan saat ia mengunjungiku di Magelang waktu itu dia menceramahiku
"kamu ini ya za, harusnya seragamnya bisa menutup aurat, gak kelihatan kayak gini. Ini apa? Rok selutut tapi baju lengan atas panjang, terus itu rambut kaya anak cowok, duh"
Hanya membayangkan omelan temannya itu Aliza sampai tersenyum dan dipastikan dia akan mengomeli Aliza lagi apalagi dia masuk area pondok putri tapi pakaiannya seperti itu, padahal ya ini itu sudah paling sopan, hanya karena peraturan dia tak bisa berhijab. 30 menit saja ia menempuh perjalanan, ia sampai di gerbang pondok yang bertuliskan "MAFAZA" dengan indah dan kokoh, Aliza disambut oleh penjaga yang menatapnya bingung, Aliza hanya tersenyum dan mengangguk lalu melanjukan motornya. Banyak santriwati yang menatapnya heran karena ia hanya memakai rok selutut, ya bagi mereka itu sudah sangat melanggar aturan agama tapi bagi seorang Taruni ini masih batas wajar. Aliza memarkirkan motornya di parkiran khusus tamu dan langsung turun setelah melepas masker, kaos tangan, jaket dan juga menyisir rambutnya yang agak berantakan gara gara memakai helm tadi, setelah itu ia mengambil handpond nya dan mencari kontak seseorang yang dicarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Tarunaku (REVISI)
Roman pour AdolescentsBerawal dari pertemuan sang Taruna dan adik sepupunya, setelah hampir 10 tahun tak berjumpa dari waktu sang adik berusia balita dan berkat takdir Allah mereka dipertemukan lagi. Di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Setelah Aliza menempuh pendidi...