Para Taruna dan Taruni berkegiatan seperti biasa, kini mereka sudah jalan 6 bulan menyandang pangkat sermadatar atau sersan mayor dua taruna.
Hubungan Aliza dan Rehan benar benar berhenti dari hari itu. Rehan yang fokus pada karirnya serta Aliza yang fokus pada pendidikannya.
Teman teman Aliza merasakan berubahan pada diri Aliza, dia jarang keluar kesatria. Lebih memilih tetap di asrama walaupun libur.
Kalaupun mau pasti ada alasan khusus. Juga harus paksaan.
"Al, ayo ini pesiar sekian kalinya kamu cuma di asrama. Ngak bosen apa?"
"Ngak kalian aja yang keluar, aku mau baca novel"
"Ayolah, kalau ngak gitu kita pesiar ke rumah ibu yuk"
"Atau kerumah ayah kamu deh"
Aliza menimbang permintaan Aisya, sepertinya boleh juga berkunjung ke rumah ayah dan bundanya. Dia juga sudah lama tidak kesana
"Boleh deh, pesiar sampai jam berapa?"
"Jam 22:00 WIB"
Akhirnya dia bangun dan mengganti pakaian olahraganya dengan seragam PDL. Mereka keluar dari asrama setelah melaksanakan apel. Sekarang tujuannya adalah kerumah ayah dan bundanya.
Sesampainya disana mereka mengucapkan salam tapi orang dirumah tidak ada yang menjawab. Apakah mereka tidak ada dirumah?
"Al, coba telfon aja. Siapa tahu mereka lagi pergi"
Aliza mengangguk dan mengambil ponselnya lalu mulai mencari kontak sang ayah. Berdering
"Halo assalamualaikum, ayah. Ayah ada dimana?"
"Waalaikumsalam nak. Ayah lagi keluar ini sama semuanya. Ada apa?"
"Aku ada di depan rumah, tapi kosong. Hari ini ada jadwal pesiar"
"Wah yaudah kalau gitu kamu kerumah ibu dan bapak aja ya. Kita bentar lagi kesana"
"Oke deh, bye yah"
Setelah telefon itu terputus, Aliza dkk segera memesan gocar untuk ke rumah ibu dan bapaknya.
"Eh coba lihat story ignya bang Rehan deh!" kata Rahma antusias
Mereka pun kompak membuka instagram dan melihat story yang dimaksud oleh Rahma itu. Seketika mata Aliza membulat dan berpikir macam macam. Apa apaan ini?
"Ehem, kayaknya malam ini ada surprised yaa" kata Aisya menggoda
"Iya nih jangan jangan----" kata Xania sengaja menggantungkan kalimatnya
Aliza tak tinggal diam, lalu dia mengotak atik ponselnya entah akan menelfon atau mengchat siapa. Sesekali dia meminta pada supir gocar untuk menaikkan kecepatan dan bilang ini genting. Supirnya pun menurut saja.
"Hallo, dirumah bakal ada apa?" kata Aliza dengan Bahasa Mandarin yang membuat teman temannya tidak tahu dia bicara apa apalagi ditambah dia ngegas ngomongnya
"Gada apa apa mbak" kata orang diseberang sana
"Dia mau lamar mbak?"
"Kok diem aja? Bener ya? Kok ngak bilang dulu?! Yang mau jalin hubungan itu siapa sih? Heh jawab!"
"Iya iya, dia udah dateng dari bulan lalu ke rumah sama orang tuanya terus minggu ini mau ngajak mbak tunangan. Kata dia kalau mau ditolak ya oke, diterima alhamdulillah, katanya"
"Ssserius?"
"Hum, dia serius lho sama mbak. Mbak ngak kasihan sama dia? Dia udah nunggu mbak. Keluarga juga suka sama dia, embah aja udah kasih restu. Keluarga besar juga udah setuju, tinggal mbak aja. Ett btw tahu dari mana info ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Tarunaku (REVISI)
Teen FictionBerawal dari pertemuan sang Taruna dan adik sepupunya, setelah hampir 10 tahun tak berjumpa dari waktu sang adik berusia balita dan berkat takdir Allah mereka dipertemukan lagi. Di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Setelah Aliza menempuh pendidi...