39

673 24 4
                                    

Kembali ke rutinitas biasa, kali ini Sermatutar Pnb Aliza Jauza Najwa akan melakukan latihan terbang. Walaupun dirinya sudah berkali kali terbang tetap rasa gugup menghantuinya.

Berkali kali dirinya menyakinkan bahwa tidak akan terjadi hal buruk, tapi dalam hati kecilnya tetap rasa takut itu datang. Berbagai cara sudah ia lakukan agar rasa takut dan traumanya hilang, hasilnya nihil.

Disaat seperti inilah seorang Aliza akan membutuhkan seorang Rehan. Tapi mengingat kegiatan Rehan membuatnya mengurungkan niatnya. Fyi guys, Rehan mengambil S2nya di luar negeri sambil menunggu sang tunangan selesai pendidikan di AAU dan pendidikan penerbang.

Kemarin sekembalinya Rehan dari tugas negara Rehan bilang pada Aliza akan meneruskan S2. Dirinya tidak mau LDRnya sia sia hanya dengan merindu, paling tidak ia punya kesibukan entah itu kuliah atau bekerja.

Aliza juga setuju akan hal itu, malah menurutnya bagus. Gadis itu bahkan tidak merasa terbebani, dia malah bisa fokus pada skripsinya.

Iya, selain sibuk latihan terbang dan kuliahnya Aliza juga disibukkan dengan skripsinya. Otak pas pasannya membuatnya pusing setengah mati, kenapa sekarang terasa sulit?

Suara ketukan pintu kamar membuyarkan lamunan Aliza. Ia menjawab panggilan itu sambil membuka pintu, terlihat Aisya tersenyum padanya. Tanpa mempersilahkan masuk Aisya sudah masuk terlebih dahulu, dirinya duduk di sofa yang tersedia di kamar Aliza dan Xania.

Aisya melihat sekeliling dan fokusnya beralih pada layar laptop yang menyala. Di sana terlihat Aliza menyalakan skype tapi tak ada panggilan apapun kecuali nomor Rehan yang tertera disana. Bisa Aisya tebak bahwa temannya ini merindukan tunangannya.

Ia bisa mengerti, karena sekarang mereka LDR beda benua wajar jika merindu.

"Kamu nggak ada niatan untuk hubungi Bang Rehan duluan?"

Aliza menggeleng, "Kau benar benar!" jari telunjuk Aisya mengarah ke wajah Aliza

Aliza terkekeh, "Biar kangennya ngumpul seratus persen dulu baru telefon, sekarang belum full."

"Gila."

Aisya mulai fokus mengerjakan skripsinya, anak itu mengerjakan sambil mendengarkan musik terlihat dari earphone yang terpasang di telinga kanan dan kirinya.

Sedangkan Aliza mulai mengambil baju terbangnya dan berganti di kamar mandi. Jangan lupa dia ada latihan terbang selama dua jam penuh! Ia harus mengingat kembali materi minggu lalu tentang tombol tombol yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya dahulu.

Mulai saat memasuki Akademi Angkatan Udara hal itu akan menjadi santapan sehari harinya, terlebih Aliza masuk Korps Penerbang. Sudah tidak bisa menghindar lagi.

Aliza berjalan ke Bandara Adisujipto bersama dengan rekan rekannya, di sana juga ada Vano. Saat seperti inilah Vano sangat terlihat serius. Rupanya dia benar benar menepati janjinya untuk menjadi penerbang sejati, perjuangannya baru dimulai.

Selesai dengan latihan terbangnya Aliza kembali ke kamarnya, ia teringat tadi Aisya datang. Dirinya lupa berpesan pada Aisya bahwa hari ini jadwalnya padat. Mengenai jadwalnya yang padat karena korps mereka berbeda, entah apa yang dilakukan anak itu terlihat santai sekali. Padahal rekan sekorpsnya terlihat sangat sibuk, anak itu terlampaui santai.

Aliza kembali untuk mandi dan berganti pakaian PDL, dia harus bimbingan skripsi hari ini. Beruntung waktu yang dibutuhkannya untuk bersiap tidak lama, Aliza segera bergegas untuk menemui dua rekan taruni sesama korps Pnb.

Mereka janjian untuk bimbingan langsung. Omong omong soal bimbingan skripsi dirinya dan Vano beda pembimbing. Walaupun korps mereka sama tapi dosen mereka beda kali ini. Setiap tema skripsi akan diisi lima orang taruna-taruni. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok, penyelesaian skripsi pun tidak bersama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abang Tarunaku (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang