3 • Lukisan di Balik Buku Sains

66 28 2
                                    

"Lo serius, Nad? Senior yang gantengnya diatas rata-rata air itu pernah lo siram pake minuman?"

Seorang gadis SMA berambut panjang yang diikat kuncir kuda, terlihat begitu histeris dan antusias mendengarkan cerita dari sahabatnya.

Ia adalah Adara Alea.
Sahabat karib Nadia.
Sebaliknya dari Nadia, Dara adalah anak yang serba berkecukupan.
Tapi Dara sangat menyayangi Nadia, bahkan terinspirasi darinya.

Mereka bersahabat sejak kelas 1 SMP, saat itu keadaan Nadia belum sesulit sekarang.
Dan terbukti, Dara tidak meninggalkan Nadia meskipun ia telah jatuh miskin.
Ia tetap berdiri disamping Nadia dalam keadaan apapun, begitupun sebaliknya.

"Jangan kencang-kencang Dara oon!
Apa perlu gue ambilin toa mushola ha?"

Dara seketika menutup mulutnya, ia hanya menjawab ucapan Nadia dengan cengiran kuda.
Membuat Nadia memutar bola matanya malas.

Saat ini mereka sedang makan siang di kantin sekolah yang sedang ramai-ramainya.

"Tapi, Nad. Seriusan? lo tadi pingsan di tolongin sama dia?"
"Bukan nolongin! Tapi tanggung jawab. Dia yang bikin gue pingsan tadi."

"Yaampun, Naaaaad. Beruntung banget sih, lo."
"Beruntung dari Hongkong ha?
Sial yang ada."

"Nad, dia tuh gantengnya maksimalllll. Kece badaiii.
Fansnya banyak, followers instagramnya bejibun. Masa iya sih lo baru tau ada cowok se kece dia di sini?"

"Serius, Dar. Gue baru lihat tampangnya hari minggu kemarin, pas mau pulang dari cafe."

"Gila, parah sih. Yang lo tau cuma si Somad sama pak Jaelani."

Nadia mendengus,ia mengaduk-aduk es jeruk miliknya dengan sedotan.
Sedangkan Dara meneruskan kegiatan makan mie ayamnya yang sempat tertunda.

"Ya wajar dong, Dar. Kita aja baru selesai MOS dua minggu lalu. Baru kenal sama lingkungan sekolah. Bukan hal aneh kan kalau gue baru kenal cowok itu?"

"Yaampun, Nad. Gue aja tau dia udah dari sebelum kita masuk sini.
Dia itu terkenal banget Nad. Terkenal ganteng."

"Asal lo tahu ya, Dar. Dia itu gantengnya nggak seberapa, tapi songongnya nggak kira-kira!"

"Nggak seberapa kata lo? Dia itu ganteng banget, Nad. Yaampun, gimana sih lo?"

"Dia tuh ngeselin banget tau nggak?!"

"Pokoknya dia ganteng!"

Nadia mulai jengah dengan perdebatan tidak berguna ini.
Ia menyeruput es jeruk miliknya yang tinggal separuh.

Dan menjawab kata-kata dari mulut Dara dengan acuh.
"Terserah."

"Lo yakin nggak ada rasa sama sekali ke dia, Nad?"
"Yakin."

"Belum kali, Nad. Dia tuh ganteng, paling bentar lagi lo ngejar-ngejar dia juga."
"Enak aja, nggak akan!"

Dara menaruh sendok garpunya diatas mangkuk mie ayam yang sudah tandas.
Kemudian meraih segelas jus alpukat di dekatnya, yang tentunya milik Dara.

"Awas aja ya, Nad. Benci sama cinta itu beda tipis. Lebih tipis dari dompetnya Somad. Apalagi dia ganteng. Mudah banget buat jatuh cinta."

"Ihhh. Ngomong apaan sih lo? Tau ah!"

Nadia bangkit, dan melenggang pergi meninggalkan Dara yang masih menertawai dirinya.

Nadia mengerucutkan bibirnya sebal, ia menggerutu dalam hati.

Menyumpahi 2 orang yang sudah membuatnya kesal hari ini.
Dara dan si ganteng yang menurutnya menyebalkan itu.

Ia berjalan cepat di koridor dengan sesekali menghentak-hentakkan kakinya sebal.

Catatan NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang