Kedua remaja itu kembali berkeliling. Nadia masih berfikir, ia harus membelikan apa untuk Guntur.
Sagara dari tadi hanya diam, tidak banyak ngoceh dan aneh-aneh seperti biasanya. Entahlah apa sebabnya, Nadia juga tidak mengerti.
Ia sesekali melirik kearah cowok jangkung disebelahnya itu. Semua masih sama, Sagara masih mempertahankan muka datarnya.
Awalnya Nadia bersyukur karena cowok itu tidak menyebalkan kali ini, tapi lama-lama ada yang kurang kalau Sagara tidak memancing emosinya seperti biasa."Ga, lo kenapa sih?"
"Hm."Hanya deheman saja.
Iya, Sagara hanya menjawab pertanyaan Nadia dengan deheman singkat."Kan tadi yang galau gue, kok sekarang jadi lo sih yang aneh."
"Enggak."
"Tuhkan aneh."
"Aneh gimana sih?"
"Lo nggak cerewet lagi!"
"Cerewet salah, diem salah."Nadia mendengus.
"Apa sih mau dia sebenernya?"
Ia bertanya-tanya dalam hati."Sagara, kalau gue ada salah gue minta maaf."
Keadaan seperti terbalik sekarang, beberapa menit lalu Sagara yang mengatakan itu pada Nadia, dan kini sebaliknya.
"Iya di maafin."
"Yaudah kalau gitu, cerewet lagi dong!"
"Dih kok gitu."
"Dunia gue sunyi tanpa kecerewetan lo."Sagara menghentikan langkahnya. Ia mencekal tangan kanan Nadia, membuat langkah Nadia terhenti.
Mereka saling pandang.1... 2 ... 3....
Hahahahahahahahaha.
Gelak tawa berhasil lolos dari mulut keduanya.
"Katanya kemarin gue bikin lo pusing, sekarang gue diem lo suruh cerewet lagi. Dasar nggak konsisten."
Sagara mencibir, membuat Nadia mengerucutkan bibirnya sebal."Ya kan mulut gue keram nggak ada yang diajak ngomong.Ini gue beli apa, jadinya?"
"Kenapa jadi tanya gue?"
"Ya kan gue nggak tau. Lo kan temennya, siapa tau lo bisa ngasih saran."
"Beliin note book aja."Nadia menautkan alisnya, menatap heran kearah Sagara yang nampak biasa saja.
Ia berpikir dalam hatinya.
"Ini cowok lagi ngelucu apa gimana?""Kok note book?"
"Karena Guntur nggak pernah punya buku catatan matematika. Hahahahahah."
Tawa Sagara meledak saat itu juga, tapi tidak dengan Nadia.
Gadis itu malah menatap bingung kearah Sagara yang bahkan tawanya belum berhenti."Apanya sih yang lucu?"
Tanyanya dalam hati."Woi! Kok lo nggak ketawa sih. Hahahahah."
"Haha ... Iya ... Hahah, lucu."
Nadia tertawa sumbang, sesekali meringis prihatin dengan kondisi kejiwaan manusia yang berdiri di sebelahnya itu.Dengan susah payah Sagara menghentikan tawanya dan akhirnya kini berhasil juga.
"Yaudah ayo beli note booknya."Nadia mengangguk, mereka berdua berjalan ke sebuah toko buku.
Sebuah rak buku novel menarik perhatian Nadia, ia berjalan menghampiri barisan buku-buku itu.
Di susul dengan Sagara di belakangnya.Tangan kanannya terulur untuk melihat satu persatu novel-novel itu.
Gerakan tangannya berhenti, saat menemukan sebuah novel karya salah satu penulis terkenal di Tanah air.Ia mengambil buku itu, membaca judulnya.
AYAH.Dadanya mulai terasa sesak, segelintir memori tentang sang ayah terlintas di otakknya.
..
"Ayo tangkap Nadia ayah,ayo tangkap Nadia!Hahahahahahah."
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun terlihat begitu antusias berlari ditengah guyuran hujan sore itu.
Menghindari pria berusia 32 tahunan yang berusaha mengejarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Nadia
Teen FictionSagara terlalu sibuk mengejar senjanya yang terus berlari. Sampai rasa tau diri akhirnya menghampiri dan membuatnya mundur dengan hati-hati. Nadia terlalu sibuk berlari. Sampai lupa sang pemburu senja tak lagi mengejarnya. Sampai lupa kalau yang cob...