Nadia sudah siap dengan seragam sekolah lengkap miliknya.
Langkahnya sedikit terburu-buru."Makanya kalau alarm bunyi tuh bangun! Jangan dimatiin terus tidur lagi."
Ucapan seorang wanita paruh baya menghentikan langkah Nadia.Ia menoleh ke sumber suara, dan mendapati sang mama tengah menatapnya dengan tangan bersedekap didepan dada.
Gadis itu hanya mengeluarkan cengiran kuda.
"Abisnya Nadia ngantuk."Kadira~ ibu Nadia mulai memasukan sepotong sandwich kedalam sebuah kotak makan berwarna biru tua.
Ia mulai menghampiri anak gadis semata wayangnya Itu, dengan sebuah kotak makan berisi sandwich di genggaman.
"Nih, bawa! Nanti kelaparan, makin kurus kamu kayak sapu ijuk."
Ujarnya, sembari memberikan kotak makan itu pada Nadia."Ihh mama!!! Aku tuh nggak kurus, tapi ideal. Udah ya ma, aku keburu telat, Assalamualaikum"
Nadia menerima kotak makan itu, disusul dengan mencium tangan mamanya.
Kemudian berlari menuju sepedanya di depan rumah.Untung saja kemarin Garda menolongnya membawa sepeda kesayangannya itu ke bengkel.
Kalau tidak, mungkin saat ini ia harus berdiri dipinggir jalan menunggu kendaraan umum yang lewat.
Dan untung saja ini hari Jumat, bukan Senin yang ada kegiatan Upacara bendera.
Ia menggoes sepedanya penuh semangat, berharap gerbang sekolah belum ditutup saat ia tiba.
Beberapa menit kemudian, ia telah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi.
Mata indahnya menanatap sendu kearah gerbang sekolah yang sudah terkunci rapat itu.
Ia mulai turun dari sepeda kesayangannya.
Dan berjalan mendekati pintu gerbang yang sudah ditutup.Ia melirik kearah pos satpam yang nampak kosong, tidak ada tanda-tanda pak Jaelani disana.
"mungkin pak Jae lagi ngapel ke kantinnya mbak Siti"
pikir NadiaKedua tangannya mencoba membuka kunci gerbang itu, namun tentu saja tidak bisa.
Memangnya Nadia manusia super? Bisa mematahkan gembok besi.
Dasar, Nadia."Aaaaaa. Ini gimana."
Otaknya sedang bekerja mati-matian mencari cara agar bisa masuk kedalam.Namun tak kunjung menemukan jawaban.
Namun tiba-tiba.
Tin ... tinnnn.
Suara klakson motor mengejutkannya.
Sontak ia membalikan badan, dan mendapati seorang cowok berseragam sama dengannya.
Mengenakan helm full face yang menutup sebagian wajahnya, menyisakan mata elang yang kini menatap tajam kearah Nadia .
"Udah tau dikunci ngapain masih goyang-goyangin gerbang? Nungguin keajaiban gerbangnya bakal bisa lo buka? Iya? Halu."
Tunggu.
Suaranya.
Sepertinya Nadia mengenali nya.Ohh yaaa, suara cowok yang menyebabkan ia pingsan kemarin.
Tidak salah lagi, ia pasti si pirang menyebalkan yaitu Sagara GeonarendraNadia menatap nyalang kearah cowok itu.
"Heh diem lo! Emang lo bisa buka gerbangnya? Sana buka kalo bisa! Bisa nyinyir doang aja bangga banget."Saga membuka helm full facenya dengan santai.
Tanpa beranjak turun dari motor ninja hitam miliknya.Ia tersenyum remeh pada Nadia, yang sedang berdiri di depan gerbang dengan raut wajah sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Nadia
Teen FictionSagara terlalu sibuk mengejar senjanya yang terus berlari. Sampai rasa tau diri akhirnya menghampiri dan membuatnya mundur dengan hati-hati. Nadia terlalu sibuk berlari. Sampai lupa sang pemburu senja tak lagi mengejarnya. Sampai lupa kalau yang cob...