"What? Kan, apa gue bilang? Dia tuh nggak serius sama lo!"
Suara lantang Adara membuatnya mendapatkan tatapan membunuh dari Nadia dan tatapan malas dari Fiona yang sedang asik makan kripik singkong.
Ketiga sahabat itu sedang bercengkrama di kamar Nadia. Adara duduk di tepi ranjang, Fiona duduk di kursi kayu yang berada di sebelah Adara dan Nadia berbaring di atas ranjang kecil miliknya.
Sore ini, Fiona dan Adara yang mendapat kabar Nadia baru saja tertimpa musibah langsung saja menuju kerumahnya. Mengabaikan absen di mata pelajaran terakhir dan mengendap-ngendap keluar dari pintu belakang sekolah.
"Harus lo teriak-teriak kayak gitu? Gue sama Nadia nggak ada riwayat budeg kalau lo lupa."
Ujar Fiona.Adara meringis, tangan kanannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Nadia, ia hanya mendengus. Volume Adara memang tidak pernah pelan.
"Tapi benar kan, Nad? Nggak mungkin kak Garda diam aja lihat lo dalam bahaya, kalau dia cinta sama lo."
Ucapan Adara mendapat anggukan setuju dari Fiona.
"Nah! Kan gue udah bilang dia itu temannya Dave, jadi kemungkinan Garda sama Dave itu spesies yang sama yaitu fuck boy. Mulut doang manis, dalamnya busuk.""Ya, nggak gitu juga kali."
Kedua bola mata Fiona membulat sempurna, bahkan nyaris keluar dari kelopaknya.
"Setelah itu semua lo masih belain dia, Nad? Wah, sinting lo."Adara menyahut.
"Iya, nih! Dia itu nggak cinta sama lo, Nad. Benar kata Fio, dia tuh manis mulutnya doang. Depan lo aja ngirim-ngirim puisi bucin, tapi pas lo beneran butuh dia nggak ada! Itu tandanya dia nggak cinta!""Nad, yang sok-sokan bilang cinta di mulut belum tentu hatinya juga cinta!"
Jleb.
Ucapan Fiona seakan menusuk tepat di hati Nadia.
Apa yang ia ucapkan benar dan Nadia masih berusaha menolak semua itu, sampai dirinya sendiri kehabisan alasan untuk berpikir positif pada Garda.Sakit.
Itu yang Nadia rasakan saat ini. Di tampar kenyataan bahwa yang ia cintai tak mencintainya.Fiona kembali bersuara.
"Lagi pula, dia itu udah punya pacar, Nad. Jadi, apa yang lo harapin dari dia? Coba lo bayangin, kalau lo yang ada di posisi pacarnya! Pasti sakit, Nad. Jadi secara nggak langsung lo itu udah nyakitin banyak orang dengan terus berharap sama Garda, yaitu diri lo sendiri, pacarnya Garda dan Kak Saga.""Kok lo manggil kak Garda namanya doang sih, Fi. Tapi kalau Kak Saga pakai embel-embel 'Kak'."
Sungguh, pertanyaan Fiona super-duper tidak berguna. Ingin rasanya Fiona menenggelamkan cewek itu ke rawa-rawa. Bisa-bisanya di suasana yang menjengkelkan seperti ini kebodohnya masih saja muncul, menambah panas kamar minimalis yang hanya terdapat kipas angin kecil sebagai penyejuk ruangan.
"Penting banget ya, Dar?"
Adara kembali meringis, entah kenapa dirinya begitu bodoh hari ini.
"Gue juga nggak tau, tapi yang namanya cinta nggak bisa di pikir pakai logika kan? Gue suka sama kak Garda itu emang murni suka, bukan karena dia baik sama gue atau enggak."
"Terserah lo, deh. Ngomong sama orang jatuh cinta emang susah."
Fiona menyerah, ia sudah kehabisan kata untuk mengetuk otak Nadia yang sudah di kunci rapat oleh cinta."Nad, lo boleh cinta sama siapa aja termasuk kak Garda. Tapi ingat, nggak semua cinta bisa di lanjutin. Nggak semua cinta bisa di paksain. Lo juga harus punya rasa sadar diri, sadar posisi! Jangan jadi orang jahat dan egois cuma gara-gara cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Nadia
Fiksi RemajaSagara terlalu sibuk mengejar senjanya yang terus berlari. Sampai rasa tau diri akhirnya menghampiri dan membuatnya mundur dengan hati-hati. Nadia terlalu sibuk berlari. Sampai lupa sang pemburu senja tak lagi mengejarnya. Sampai lupa kalau yang cob...