16 • Mungkin Memang Bukan Dia

17 7 3
                                    

"Jangan merasa seolah paling tersakiti, hanya karena lukanya terlihat. Karena yang terlihat, belum tentu lebih sakit di bandingkan dengan yang tidak terlihat."

Kata-kata Garda terus terngiang di telinga Nadia. Sampai membuat siempunya merasa pening, dan lelah karena terus menerka-nerka apa maksudnya.

"Apasih maksud dia sebenarnya? Arghhhhhhhhh."
Nadia mengacak-acak rambutnya prustasi.
Rasanya ini lebih rumit dari rumus matematika, sudah hampir satu jam ia berpikir namun tak kunjung menemukan jawaban.

Entahlah sudah berapa kali ia merubah posisi rebahannya, mulai dari terlentang, tengkurap, miring ke kanan, miring ke kiri, sampai guling-guling dan loncat-loncatpun jawabannya tetap belum berhasil ia temukan.

"Kayaknya gue tau harus tanya siapa."
Nadia kembali bermonolog

Ia mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian meraih ponselnya di atas nakas.
Menyalakan benda pipih itu, mencari nomor seseorang dan memencet tombol telepon.

"Halo, Dar. Lo lagi dimana?"
Gadis itu mengarahkan ponselnya ke telinga.

"Waalaikumsalam ukhty."
Jawab seseorang, di seberang sana.

Nadia menepuk keningnya sendiri.

"Iya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Nah gitu dong salam dulu!"

"Hehe, maaf lupa. Lo di rumah? Gue kesana ya?"

"Hua ... Huhu. Pokoknya gue sebel banget sama tuh orang, awas aja ya. Bakalan gue jadiin nasi pecel ayam kremes besok!"

Nadia menautkan alisnya, mendengar suara ribut-ribut di seberang sana.

"Halo, Dar? Lo lagi sama siapa?"

"Eh ... Halo Nad, gue lagi di rumah sama Fiona."

"Hah? Fiona? Itu kripik singkong ngelabrak lo lagi?"

"Enggak, udah beda cerita. Lo kesini aja deh, entar gue ceritain."

"Oke-oke. 10 menit lagi."

Tut. (Nadia memutuskan sambungan telepon sepihak)

Ia bergegas turun dari ranjangnya, menyambar hoodie abu-abu di gantungan baju kamarnya.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, mencari-cari keberadaan adiknya.
Senyumnya merekah ketika mendapati Axel yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Xel!!"
Serunya.

Yang dipanggil menoleh.
"Apa?"

"Anterin gue ke rumah Dara dong!"
"Lo ngapain malem-malem gini kesana?"
"Ya ada hal penting lah, ini masih jam setengah 7 kok belum malem."

Axel memutar bola matanya malas.
"Lo bawa aja motor gue."
"Nggak mau, gue males nyetir."

Axel mendengus.
"Yaudah iya-iya."

"Makasihhhh. Adikku yang ganteng."

~Catatan Nadia~

Catatan NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang