🐺 chapter 22

9.1K 1K 148
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

Changbin baru saja tiba di apartemennya, pemuda tampan itu baru menyelesaikan rapat dengan anggota tim futsal untuk membahas persiapan lomba futsal yang akan berlangsung 2 minggu lagi.

Changbin memang berasal dari keluarga berada, kebetulan saat ayahnya menawarkan untuk memilih kos atau apartemen, Changbin lebih memilih apartemen dengan alasan lebih privasi dan berkapasitas cukup luas untuk menampung teman-temannya yang ingin berkunjung.

Changbin tidak terlalu dekat dengan tetangga sekelilingnya, yang ia tahu hanya tetangga yang berada di unit sebelah kiri kamarnya berasal dari kampus yang sama dengannya.

Begitu lift yang mengantarkannya ke lantai 3 berhenti dan pintu lift itu terbuka, Changbin segera keluar dan berjalan santai sembari memasang sebelah headsetnya.

Changbin sebenarnya tidak pernah tertarik atau penasaran sedikitpun dengan hal-hal di sekitarnya jika menurutnya itu tidak penting, namun kali ini berbeda...

Changbin yakin penghuni apartemen yang berada di sebelah kirinya patut dicurigai untuk saat ini. Pasalnya, meskipun setiap unit di gedung itu sudah dilengkapi peredam suara, namun samar-samar Changbin dapat mendengar teriakan suara minta tolong yang berasal dari kamar itu.

Changbin merasa jantungnya berdegup, ia tidak pernah merasa segugup ini hanya karena mendengar permintaan tolong dari seseorang. Changbin ragu, hendak memilih melanjutkan langkahnya dan segera masuk ke unit apartemennya untuk beristirahat, atau memilih ikut campur dengan 'hal mencurigakan' yang sedang terjadi di apartemen tetangganya ini.

Akhirnya Changbin pun melangkah perlahan, menempelkan sebelah telinganya ke pintu apartemen si tetangga agar dapat mendengar lebih jelas apa yang sedang terjadi di dalam sana.

'J-jangan! Gue gak mau! Hiks...'

'Lepasin gue tolol!'

DEG

Baik, ini tidak baik-baik saja.

Setelah mengumpulkan segenap keberaniannya, Changbin pun memilih untuk ikut campur dengan mengetuk pintu kamar tetangganya itu.

Seketika hening.

Di dalam apartemennya, Hendery mengumpat kesal dan segera mengambil sebuah lakban hitam untuk membungkam mulut Minho yang tak hentinya berteriak.

"Diem lu, awas kalo macem-macem." Hendery mengancam Minho. Pemuda itu segera menyelimuti tubuh telanjang Minho dan segera turun membenahi penampilannya agar terlihat wajar saat bertemu tamunya nanti.

CKLEK!

"Ada apa ya?" Hendery bertanya to the point, membuat Changbin di hadapannya mengeryit bingung.

"Sorry, tapi tadi kalo gak salah denger... Ada orang teriak dari kamar lu?" Ujar Changbin. Manik pemuda itu memandang berkeliling ke ruang tamu apartemen Hendery yang terlihat normal, seakan tidak ada apapun yang terjadi.

"Oh." Hendery tersenyum. "Gue lagi nonton film, kayanya volumenya kekencengan."

"Really?" Changbin tampaknya curiga. "Boleh gue masuk?"

"GAK." Raut Hendery berubah dingin.

Seketika Changbin pun memasang ekspresi yang sama, tatapannya tajam memandang kedua manik Hendery.

"Ada yang gak beres, tolong ijinin gue masuk." Pinta Changbin.

Hendery tersenyum miring.

"Sopan banget sih, dateng-dateng minta masuk ke apartemen orang?"

OVERBOARD #1 || banginho (coмpleтe ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang