🐺 chapter 10

9.4K 1.3K 330
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

Sebenarnya Minho punya sebuah alasan pribadi mengapa ia ingin berkuliah di kota yang jauh dari tempat tinggalnya dan memilih meninggalkan bunda serta teman-teman dance covernya.

Memang menjadi mahasiswa Hubungan Internasional merupakan mimpinya, namun Minho masih memiliki 1 mimpi lain yang belum terwujud hingga saat ini:

Bertemu ayahnya.

Yang Minho ingat, terakhir kali ia bertemu dengan sang ayah adalah saat ia masih duduk di bangku SMP. Dan sejak itu, ayahnya pergi entah kemana. Tidak pernah kembali.

Jika Minho bertanya:

"Bunda, ayah kapan pulang?"

Bukan jawaban yang didapatnya dari sang bunda, melainkan pengalihan topik pembicaraan yang melenceng jauh dari pertanyaannya.

Namun saat Minho mulai duduk di bangku SMA dan akan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir, barulah sang bunda berani terbuka padanya.

"Ayah kamu udah nikah lagi, udah punya keluarga sendiri." Ujar sang bunda dengan senyum lembut yang sangat Minho benci.

Iya, Minho benci saat wanita yang melahirkannya itu tersenyum seakan semuanya baik-baik saja padahal tidak.

Padahal Minho sudah cukup dewasa, Minho merupakan seorang anak laki-laki yang selalu siap menjadikan pundaknya sebagai sandaran saat memang bundanya ingin menangis.

Tapi sang bunda tidak pernah melakukannya.

Yang selalu Minho lihat adalah sang bunda yang tersenyum padanya, tidak pernah mempermasalahkan hal apapun yang sudah terjadi di keluarga mereka.

Minho tidak marah pada ayahnya, Minho juga tidak pernah membenci ayahnya. Menurut Minho, kehidupan itu seperti air sungai. Terkadang air sungai itu melewati jalur yang tenang, namun adakalanya air sungai pun melewati bebatuan terjal yang menyebabkan air tersebut bergejolak. Semua sudah diatur dan memiliki porsinya masing-masing, Minho pikir jika ia membenci ayahnya pun tidak akan merubah apa-apa.

Jadi, satu hal yang Minho inginkan adalah:

Setidaknya ia bisa melihat sang ayah meskipun dari kejauhan.

*****

"Eh?!" Minho menoleh dengan terkejut saat merasakan benda dingin menyentuh kulit lehernya.

"Bengong mulu, nih minum." Bang Chan mendudukkan diri dan menyerahkan sekaleng minuman bersoda padanya.

Minho menerimanya, meneguk minumannya dan kembali bersandar di sandaran bangku yang tengah didudukinya.

"Masak apa di kos?" Tanya Bang Chan sambil menyampirkan poni kekasihnya.

"Nasi doank, lauk ntar beli. Lagi males masak." Jawab Minho.

"Prasaan minggu ini jajan terus, lagi banyak duit? Papa lu kalo ngirimin brapa?" Tanya Bang Chan lagi.

Minho menunduk, tersenyum tipis sebelum menarik nafas panjang.

"Bunda yang ngirim duit. Bukan ayah." Jawabnya lirih.

Bang Chan mengeryit bingung.

"Emangnya ayah lu..." Bang Chan menggantung pertanyaannya, Minho tiba-tiba menatapnya dengan tatapan sendu.

"Gue gak tau ayah ada dimana." Ujar Minho tanpa Bang Chan pinta. Seperti sudah bisa menebak pertanyaan dari dominannya tersebut.

Bang Chan langsung sadar, ia sudah membahas topik yang sensitif.

OVERBOARD #1 || banginho (coмpleтe ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang