"Vin, lo jadi nikah sama ve?"
Viny yang sedang mengunyah bakso nya mengangguk sebagai jawaban untuk Saktia.
"Jadi lah sak, masa iya gak jadi" Kata viny, mengingat semua nya sudah dipersiapkan dengan matang dan pikiran yang jernih. Meskipun pernikahan mereka terdengar tabu untuk sebagian orang yang tidak memahami hubungan viny dan ve.
"Terus orang tua lo gimana? Setuju gitu?"
"Yup, mereka setuju!" Jawab viny mantap
Saktia menghela nafas, ia mengucap syukur jika orang tua viny menyetujui pernikahan sahabatnya itu.
"Ya syukur deh, gue ikut seneng dengernya" Ucap saktia
Viny tersenyum sebagai ucapan terimakasih nya pada saktia.
Setelah itu tidak ada lagi obrolan dari keduanya, viny sendiri sibuk menghabiskan bakso. Sedangkan saktia sibuk dengan pikiran dan perasaannya pada viny yang tak berbalas.
"Oh ya sak, gue mau kasih tau lo sesuatu nih" Kata viny yang membuka Obrolan lagi setelah selesai menghabiskan semangkok bakso nya.
Saktia yang tadi nya sedang sibuk dengan pikiran dan perasaannya, langsung menatap serius ke arah viny. Sepertinya apa yang mau viny katakan lebih menarik dari pada memikirkan perasaannya yang tak berbalas sedikit pun dari viny. Ya itu karena salah saktia sendiri yang tidak bisa jujur tentang perasaannya selama ini pada viny.
"Sesuatu apaan vin?" Tanya saktia dan viny yang ingin menjawab dengan antusiasnya mengenggam tangan saktia.
"Gue sama ve udah punya rencana kalo setelah kita menikah, gue sama dia mau adopsi anak di panti asuhan" Jawab viny
"Panti asuhan?" Saktia mengulang ucapan viny sambil menatap heran
"Heem, panti asuhan"
"Kenapa harus adopsi sih vin, dijaman yang udah canggih kaya gini kenapa lo gak program aja. Kan ada tuh program suntik sperma ke rahim. Jangan adopsi lah" Ucapan saktia jelas tidak setuju jika viny mengadopsi anak dari panti asuhan.
"Ya gpp dong sak, gue sama ve udah punya rencana itu dari lama. Dan kita juga udah nemuin anak yang mau kita adopsi kok"
Ya, viny dan ve memang sudah mendapatkan anak untuk mereka adopsi di salah satu panti asuhan yang biasa ve datangi setiap sabtu dan minggu.
"Ah terserah lo deh vin, udah ah gue mau balik dulu takut Shania nyariin gue dikost-kostan" Tanpa menunggu balasan dari viny, saktia sudah pergi begitu saja.
"Dasar kutu kupret. Katanya ikut seneng, tapi kenapa kaya gak seneng coba gue mau adopsi anak. Seharusnya kan dia dukung gue" Viny jadi marah-marah sendiri, untungnya keadaan sepi. Tidak ada orang yang melihat dirinya tadi sedang marah-marah.
🔽🔽🔽
Akhirnya, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh viny dan ve tiba. Pernikahan keduanya berjalan sangat lancar tanpa ada hambatan sedikit pun.
Kini viny dan ve sedang menikmati makan malam bersama anggota keluarga viny dan beberapa sahabat viny yang turut hadir di pernikahan mereka. Lalu di mana keluarga ve sendiri dan teman-temannya? Ve tidak ambil pusing dengan keluarga dan juga teman. Karena sejak kecil ve tidak memiliki keluarga, ia tumbuh dan berkembang di panti asuhan. Sedangkan untuk teman, ve tidak memiliki teman yang dekat seperti viny yang memiliki banyak teman. Ve sendiri cenderung menjadi seorang yang penyendiri dan tidak mudah untuk bergaul. Dengan teman-teman viny saja ve masih terlalu canggung hanya untuk sekedar mengobrol.
"Vin, kamu sama ve jadi adopsi anak?" Tanya sang mama pada viny, putri tunggalnya.
"Jadi ma, setelah pulang dari sini aku dan ve langsung ke panti jemput mereka" Jawab viny sambil tersenyum ke arah ve yang duduk di sebelahnya.