"Kamu sayang banget ya sama adek?"
"Sayang banget ma, aku gak bisa jauh dari dia. Itu sebabnya, dulu aku minta ke mami untuk mengadopsi gracia juga. Supaya aku dan gracia gak akan terpisahkan, dan aku makasih banget karena mami dan mama mau mengabulkan nya"
Kata-kata yang cici ucapkan di mobil tadi terus berputar-putar di ingatanku. Seperti kaset kusut yang berputar berulang-ulang.
Ternyata selama ini pengadopsianku karena permintaan cici pada mami, bukan karena ketulusan dari hati mami. Apakah itu yang membuat ku sejak kecil sampai sekarang selalu dibeda-bedakan dengan cici?
Sejak kecil, aku dan cici memang sudah mengenal mami lebih dulu sebelum kami diadopsi. Dulu Mami selalu datang ke panti dan mami datang tidak dengan tangan kosong. Mami datang selalu membawa mainan, makanan, ataupun baju. Aku senang sekali saat itu, walaupun aku hanya mendapat satu dari beberapa yang mami bawa. Karena yang lebih banyak dibawa oleh mami ternyata untuk cici. Dan ketika itu aku tidak mempermasalahkannya, karena setelah mami pulang cici pasti akan membagi ku lagi.
Dan sekarang aku baru menyadari sesuatu, kalau sejak kecil yang mami inginkan hanyalah cici tidak denganku.
Cici memang selalu beruntung, tidak hanya mendapat perhatian lebih dari mami. Tapi dia selalu beruntung dimana pun dan kapanpun. Termasuk urusan teman dan percintaan. Banyak yang mengagumi cici dan menyukai cici. Baik itu perempuan ataupun laki-laki, dan salah satu diantara mereka adalah aku. Aku selalu mengagumi cici dan juga menyukainya.
Aneh atau tidak tentang aku yang menyukainya, aku tidak peduli. Karena melihat hubungan mami dan mama yang menurutku itu aneh, aku sendiri tidak mempermasalahkannya. Justru aku sempat berfikir, apakah aku bersama cici bisa seperti mami dan mama? Mungkin iya, tapi tidak dengan cici. Mengingat dia hanya menyayangi ku sebagai seorang adik. Beruntung sekali laki-laki yang bisa memiliki cici.
"Dek"
"I-Iya ci"
"Mama panggil kamu tuh"
Aku yang sempat melamun langsung melihat ke arah mama, yang katanya memanggilku. Aku tentu saja tidak mendengar, mungkin karena terlalu menghayati lamunanku.
"Kamu kenapa melamun? Apa yang kamu lamunkan sayang?" Tanya mama lembut, selalu lembut. Dia tidak seperti mami, mungkin hanya mama yang tulus mengadopsiku dan tidak pernah membeda-bedakan ku dengan cici
"Gak ada ma, aku seneng aja ngelamun" Jawabku asal, karena tidak mungkin aku mengatakan apa yang ku lamunkan tadi.
"Jangan keseringan melamun ya sayang, gak baik. Sekarang kamu mandi ya, udah sore. Cici udah selesai tuh mandinya" Aku melihat ke arah cici, rambutnya basah. Ternyata benar, dia sudah mandi dan selalu cantik.
Aku mengangguk
"Iya ma" Setelah itu bangun dari duduk dan menuju kamar mandi.
⏩
Setelah selesai mandi, gracia duduk di pinggir tempat tidur sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Kebetulan shani yang ada di atas tempat tidur dan sedang memainkan ponselnya tiba-tiba mendekati mendekati gracia.
"Sini, aku bantu keringin rambut kamu" Diambil alih nya handuk dari tangan gracia oleh shani. Tanpa menunggu persetujuan dari gracia, shani pun mengeringkan rambut adiknya itu dari belakang.
"Liat sini" Perintah shani, lalu gracia memutar balik badannya menghadap ke arah shani.
Dikeringkan nya lagi rambut gracia dari depan, dan tak lama aktivitas itu selesai.
"Ini piyama nya kenapa belum kamu kancingin sih dek" Kata shani ketika melihat piyama yang sama persis dengan yanh shani pakai belum gracia kancingi. Tangan shani pun dengan telaten mengkancingi nya satu persatu.