"Pinjem hape dong" Pinta gracia pada Shani sambil menadahkan tangannya.
"Buat apa?" Tanya Shani
"Telfon mami" Jawab gracia
Shani mengeluarkan handphone dari dalam tas sekolahnya.
"Aku bakal kasih kamu pinjem, tapi jawab dulu pertanyaan aku yang tadi. Kamu dari mana semalem, terus kata pak Wisnu pulang-pulang kamu nangis. Kamu kenapa, hmm?" Pertanyaan itu sudah ketiga kalinya gracia dengar, dan akhirnya ia pun jengah sendiri mendengarnya.
"Cuma jalan-jalan malem aja, terus aku nangis karena di kejar-kejar anjing. Cici tau kan aku takut banget sama anjing"
Ya, Shani tau akan hal itu. Gracia memang takut sekali dengan anjing, dan gracia juga punya pengalaman buruk dengan anjing sewaktu dulu masih tinggal di panti asuhan.
"Tapi kan semalem waktu aku mau pamit pergi, kamu udah tidur dek" Kata shani yang mengingat semalam gracia tidak meresponnya saat ingin pamit pergi.
"Oh itu, aku sebenernya lagi berusaha buat tidur. Maka nya waktu cici masuk ke dalam kamar, aku pura-pura budek aja biar bisa merem. Tapi ternyata setelah cici pergi, aku malah gak bisa tidur. Ya udah deh akhirnya aku jalan-jalan malem sendiri aja naik sepeda sampe dikejar-kejar anjing" Jawab gracia yang tentu saja semua itu tidak lah benar.
Shani menatap gracia, berusaha mencari kebenaran dari ekspresi gracia saat ini.
"Apaan sih ci ngeliatin aku nya kaya gitu? Mana sini pinjem handphone nya, aku kan udah jawab tadi" Gracia yang melihat Shani menatapnya intens agak sewot sambil menadahkan lagi tangannya di depan Shani.
"Ya udah nih, emang mau ngapain sih telfon mami?" Shani memberikan handphone nya pada gracia
"Mau minta ijin ke mami kalo aku mau nginep di apartemen mama"
"Eh!" Kaget Shani, lalu buru-buru mengambil handphonenya lagi.
"Ih, kok diambil lagi sih!" Gracia kesal, dan berusaha untuk mengambil nya lagi. Tapi dengan cepat Shani memasukannya ke dalam tas.
"Cici balikin aku mau pinjem"
"Gak!""Ih, kenapa sih?!" Gracia semakin kesal, tangannya ia lipat di depan dada karena terlalu lelah merebut handphone milik Shani yang sudah ada di dalam tas.
"Pokoknya gak boleh!"
Perdebatan keduanya pun akhirnya berakhir karena ternyata mobil yang dikendarai pak Wisnu sudah sampai di depan gerbang sekolah.
Gracia lebih dulu turun dari Shani, dan dengan cepat Shani menyusulnya setelah berterimakasih pada pak Wisnu yang sudah mengantarkan mereka ke sekolah.
"Kalo gue punya handphone sendiri juga gue gak bakal pinjem" Gracia mendumel sepanjang jalan menuju kelasnya. Dan mengabaikan panggilan dari Shani yang beberapa kali ia dengar.
"Dek tunggu!" Akhirnya Shani bisa menyusul gracia dengan cepat, meskipun harus membuatnya ngos-ngosan.
Gracia hanya diam ketika Shani menatapnya dengan wajah yang kelelahan. Gracia bisa melihat dengan jelas keringat yang ada di kening, pelipis, dan leher jenjang sang kakak.
"Kenapa lagi sih ci? Aku mau masuk ke kelas" Kata gracia dengan sedikit acuh melihat Shani yang kelelahan. Padahal sebenarnya gracia khawatir, dan ingin sekali mengelap keringat Shani.
Cup!
Dengan cepat Shani mencium pipi gracia sebagai rutinitas nya setiap pagi di sekolah.
"Seperti biasanya" Kata Shani yang seperti mengingatkan gracia.
"Hemm, makasih" Senyum tipis terukir di bibir gracia, walaupun tipis Shani bisa melihatnya dengan jelas.