22. Perjanjian -계약.

195 31 6
                                    

Happy Reading🌷

***
Author's Pov

'Bruk'

Lee ana terlambat untuk menyelamatkan dirinya sendiri karna mobil tersebut terlebih dahulu menabraknya. Dan membuat tubuh mungilnya terpental dan bersimbahan darah.

Hoseok kaget, benar-benar kaget.

Mobil yang menabrak lee ana tadi sempat berhenti dan berjalan kembali. Hoseok mengejar mobil tersebut dengan air mata yang sedari tadi sudah tumpah membasahi pipinya.

"Berhenti...."

"Berhenti...."

"BERHENTI BAJINGAN!!!" Teriak hoseok sambil mengejar mobil tersebut. Namun sekuat apapun tenaganya ia akan tetap dikalahkan oleh sebuah mobil.

Karna mengejar mobil tersebut terasa sia-sia. Hoseok kembali berbalik dan melihat keadaan lee ana. Sesampai di samping lee ana. Tubuh hoseok lemah dan seketika hoseok jatuh dengan posisi bertekuk lutut di aspal. Dan memandang yeoja chingunya nanar.

"Ana-ya, gue mohon buka mata lo! Ana-ya buka mata lo!" Pinta hoseok sambil memeluk tubuh mungil lee ana berharap gadis tersebut sadar.

Jalanan raya saat ini sangat sepi karna ini adalah jalan yang tidak terlalu sering dilewati.

"Tolong, hiks, tolong!!" Pinta hoseok berteriak agar ada seseorang yang menolongnya.

Pipi hoseok sudah dibanjiri oleh air mata yang sedari tadi tak henti mengalir. "Ana-ya gue mohon, jangan tinggalin gue, gue mohon!!"

Hoseok menghapus darah yang keluar dari mulut dan kepala lee ana. Kini baju hoseok juga sudah dipenuhi oleh bercak darah. Dan ia tidak peduli itu.

Lee ana mendengarkan semua yang di katakan hoseok. Namun ia lemah dan merasakan sekujur tubuhnya remuk. Ia berusaha membuka matanya untuk menenangkan hoseok. Bahkan di detik-detik terakhir di kehidupannya. Ia masih saja mengkhawatirkan hoseok.

"Sa-lang-hae Jung Hoseok" ucap lee ana lemah dan meletakkan tangannya di pipi hoseok sambil menghapus air mata hoseok.

Hoseok kaget sekaligus senang mendengar suara lee ana. Kemudian ia mengenggam tangan lee ana. "Ana-ya, jangan bergerak. Lo harus bertahan karna sebentar lagi ambulance akan datang"

Hoseok sudah menelfon rumah sakit dan memberi tahu lokasinya dan pihak rumah sakit mengatakan ambulance akan segera datang.

Lee ana tidak menjawab ia hanya terseyum dengan mata yang sayu. Ia tak kuat lagi. Tapi ia tidak ingin membuat hoseok menangis harna karna dirinya. Perlahan kesadaran lee ana mulai menghilang. Tangan yang tadi memegang pipi hoseok kini jatuh ke tanah menandakan bahwa ia sudah sepenuhnya tak sadar.

"Ngk, lo ngk boleh ninggalin gue, lo ngk boleh pergi..hiks...gue mohon...hiks" isak hoseok sambil memohon.

Namun sayangnya lee ana tak menanggapinya lagi.

****

"Lee ana lo harus bertahan" ucap hoseok sambil mendorong tandu yang di naiki lee ana menuju ICU.

"Sus, cepat sus!" Pinta hoseok dengan tangis yang dari tadi membanjiri pipinya.

"Tolong tunggu disini" ucap sang suster menahan hoseok saat tiba di ruangan ICU.

"Tapi sus--"

"Anda harus menunggu disini, karna tidak ada yang boleh masuk kecuali suster yang bekerja dan dokter yang menanganinya" lalu suster tersebut masuk dan menutup pintu.

"Denyut nadinya" tanya sang dokter.

"Denyut nadinya sangat lemah dok"

"Pasien terlalu banyak kehilangan darah dok" ucap sang suster.

Why Me? | JHSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang