Terhitung sudah 2 minggu aku mengikuti les ballet,Abah juga sudah mengetahui.
Sudah 2 minggu pula idho selalu ada di hadapanku.Saat itu,kelasku tengah mengikuti pelajaran olahraga,olahraga basket.
Kebetulan timku mendapatkan sesi ke-2 untuk bermain basket,hingga akhirnya aku memutuskan untuk menepi di pinggir lapangan.
Sedang asyik menonton pertandingan,seseorang tiba tiba duduk di sampingku,aku menghiraukannya,dan kembali menatap pertandingan bola basket."Hey."sapanya.
Aku tak menggubris,hanya memilih diam.
"Sombong amat sih neng."ucapnya lagi.
Aku menengok ke arahnya,lalu memberikan senyum malas,lalu kembali menatap ke arah lapangan.
"Pulang sekolah bareng ya?harus!"
Aku kembali menatapnya.
"Oke saya anggap itu jawaban YA dari kamu."idho tersenyum lalu pergi meninggalkanku yang masih menatapnya dengan tatapan aneh sekaligus kesal,ini pemaksaan namanya.Pelajaran olahraga berakhir dengan skor lawanku yang menang.
"Kayla hari ini kamu les?"Tanya Salma yang sedang melipat kaus olahraganya.
"Besok"jawabku.
"Oh,nanti aku gak akan pulang bareng ya,soalnya mau ke toko kue,di suruh bunda."
"Iya gapapa,aku bisa sendiri ko."
Aku dan Salma sama sama sibuk merapikan kaus olahraga,hingga pekerjaan kami selesai aku kembali membuka topik pembicaraan.
"Idho nyebelin banget ya."gerutuku.
"Kenapa sama idho?"
"Masa maksa aku buat pulang bareng dia."
"Oh."
Salma terdengar ketus,ada apa dengan Salma,atau dia memang sedang tidak mood,entahlah aku tidak tau,aku perempuan yang tidak peka sedunia sepertinya.Siang itu aku tengah berdiri di depan gerbang sekolah,berharap idho tidak tiba tiba ada di hadapanku.Aku berdiri dengan harap harap cemas.
"Hey!kamu kenapa kaya yang takut gitu,biasa aja kali."seseorang itu terkekeh,dia idho.
Aku memutar bola mata malas.
"Hayu ah cepet."ucapnya lagi.
"Gak bisa,aku takut ambu marah."ucapku.
"Tenang aja,ambu udah saya kabari tadi."ucapnya sembari tersenyum, sementara aku membulatkan mata.Idho menghubungi ambu?wah setelah pulang dari les ambu akan aku tanyai banyak pertanyaan.
"Malah bengong,hayu ah cepet."idho menarik tanganku menuju tempat parkiran.
"Mau pake helm?pake aja deh yah takut kepala kamu kenapa napa."
Jangan nanya kalo emang udah di jawab sendiri,dasar aneh.Aku pasrah saja siang itu,mau tidak mau aku harus ikut dengan idho karena kalau pun menolak,idho tetap memaksaku untuk ikut.
"Kayla pegangan,nanti jatoh."ucapnya
"Ya kamu bawanya hati hati."ucapku.
Idho malah mempercepat laju motornya,membuatku mau tidak mau harus berpegangan ke pinggang idho.
Sungguh menyebalkan aku mengomel dalam hati.Motornya ia hentikan di pinggir jalan yang bahkan tidak aku kenali dimana ini.
"Kamu bawa aku kemana,jangan jangan kamu mau culik aku,hayu pulang ih."ucapku sembari melototi idho.
"Apa sih,lagian siapa juga yang mau culik kamu.Saya laper,temani saya makan."ucapnya lalu pergi meninggalkanku,dasar menyebalkan.
Aku mengikutinya dengan malas, padahal aku ingin segera pulang dan istirahat.
"Saya ajak kamu ke restoran paling enak."
"Dimana?"
Idho tidak menjawab,dia malah terus saja berjalan tanpa memperdulikanku.
Aku menunduk melihat kakiku yang terus saja berjalan tanpa tujuan.
Tiba tiba idho menghentikan jalannya membuat kepalaku menubruk punggungnya.
"Aduh idho kalo mau berhenti tuh bilang."ucapku kesal sambil memegangi keningku.
"Siapa suruh jalan sambil nunduk."ucapnya membela diri.Kita sudah sampai di depan sebuah warung pinggir jalan.
Roti bakar?idho suka roti bakar."Bilang aja warung pinggir jalan,pake segala restoran."ucapku.
"Jangan salah,roti bakar disini enaknya lain daripada yang lain."
Setelah memesan lalu menunggu hingga roti bakar berselai cokelat dan keju itu datang.
Aku mencoba memakan roti bakar itu.Dan sungguh,rasanya beda dari yang lain."Saya yang lapar,kenapa malah kamu yang habiskan?"
Aku hanya tersenyum lalu kembali memakan roti bakar itu.Kami berdua meninggalkan kedai roti bakar itu.Idho tetap berjalan terlebih dahulu, sementara aku mengikutinya dari belakang.
Kakiku terasa ngilu,lebih tepatnya di bagian kuku kakiku.Aku memutuskan untuk duduk sejenak di trotoar jalan,sore itu jalanan sepi sehingga langkah kami berdua bisa terdengar.
Idho yang menyadari bahwa tidak ada lagi orang yang mengikutinya kini membalikan badannya.Menghampiriku yang tengah duduk kala itu.
"Masa udah lemes gitu,padahal tadi kamu habisin roti bakar saya."ucapnya.
Aku hanya diam tertunduk,mencoba melepaskan sepatuku.
"Kay,kaki kamu kenapa?"Tanya idho ketika melihat kuku kakiku banyak sekali lecet lecet.Aku masih diam, idho mengeluarkan sebuah benda,aku tidak menyangka bahwa laki laki seperti idho akan membawa plester kemana mana.
Dia menempelkan plester itu ke kuku kakiku yang terdapat lecet.
"Bisa jalan?"Tanya idho.
"Bisa lah,aku kan cuma lecet bukan lumpuh."ucapku.
"Yaudah."
Idho kembali meninggalkanku dan membiarkan aku berjalan di belakangnya.
Tempat parkirnya jauh sekali,padahal tadi sewaktu berjalan ke kedai roti bakar itu rasanya cepat,apa karena pengaruh kuku kakiku yang terasa ngilu jika berjalan?entahlah.Sadar jika aku berjalan lama,idho kembali membalikan badannya, menatapku tanpa ekspresi membuatku merasa aneh plus bingung.
"Apa?"
"Kuat jalan?kalau engga saya gendong."
"Gak usah."aku berjalan mendahuluinya,kini idho berada di belakangku.
"Lama."
Ucap idho lalu mengangkat tubuhku.
"Idhoooo turuninn ahhh."aku meronta,idho tetap diam dan terus berjalan hingga sampai ke parkiran dimana motor idho di simpan.Dia menurunkan tubuhku.Aku tertunduk.
"Kenapa lagi?"
"Engga,hayu pulang nanti ambu marah."Kemudian idho mengantarkanku pulang,di perjalanan kami tak saling bicara,hanya deru kendaraan berlalu lalang yang memberi suara.
"Makasih."ucapku,kini kami berada di halaman rumahku.
"Salam sama ambu."ucapnya sambil tersenyum lalu pergi.Aku masih melihat idho,kini wujudnya sudah mulai menghilang.
Aku masuk ke dalam rumahku,siap siap untuk memberikan banyak pertanyaan kepada ambu.Assalamualaikum wr wb
Sehat selalu yang temen temen,jangan lupa klik bintangnyaaaa heheee.I love youuuuuuu
Ajngskmaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Acak[TAMAT] "kenapa kamu ga bilang ke aku kalo kamu juga suka sama dia?"tanya Salma dengan nada bergetar. "persahabatan kita lebih penting daripada perasaanku." Ini tentang perasaan yang rumit antara aku,kamu,dan dia.