29

197 10 6
                                    


Tepat pukul tiga sore kelas dibubarkan. Langit kian mendung.

"Mau pulang bareng gak?" Tanya Zidan siang itu.

"Engga usah,mau di jemput." Jawabku tanpa melihat Zidan dan sibuk memainkan handphoneku.

"Di jemput siapa?" Tanyanya lagi.

Aku melirik ke arahnya.
"KEPO!"

Aku memerhatikan keadaan di sekelilingku,sekolah kian sepi karena satu persatu murid mulai meninggalkan sekolah ini. Jalanan masih sedikit ramai,walau tidak seramai 10 menit yang lalu.

Zidan yang masih diam berdiri sembari memasukan kedua tangannya kedalam saku celana,dia sedang memerhatikan keadaan sekitar juga.

"Kenapa gak pulang?" Tanyaku.

"KEPO!" Jawabnya lalu memberikan sebuah cengiran yang memamerkan deretan gigi putihnya.

Aku mendengus geram "yang bener Dan,kamu ngapain masih disini?" Tanyaku kembali.

"Nemenin kamu."

Jawabannyaa membuatku mengernyitkan keningku.

"Ngapain nunggu aku?"

"KEPO!"

"Zidannnnnnnn!" Teriakku saat itu. Sementara Zidan malah tertawa puas melihatku kesal.

Awan yang sedari tadi menahan sebuah beban kini mulai pasrah,satu persatu air mulai turun,disusul dengan gemuruh petir. Aku berlari menuju tempat yang mampu melindungiku dari hujan.

"Aihhh pake hujan segala."

"Hujan gak boleh di hujat,hujan itu berkah Kay." Lagi lagi suara Zidan yang terdengar.

Aku menatap wajahnya,sementara ia sibuk memerhatikan jalan yang sudah mulai basah terkena air.

Sudah pukul setengah empat dan abangku masih belum datang juga. Mungkin karena hujan dia tidak kunjung datang.

"Yakin masih mau nunggu?"

Belum sempat ku jawab pertanyaan itu, ponselku berbunyi.


Humanity
Maaf ga bisa jemput,pulang naik ojek online ya! I love you my sistahhhhh:*


Sungguh menyebalkan,kenapa orang seperti dia menjadi kakakku? Oh tuhan.

"Kenapa?gak bisa jemput ya?" Sungguh, Zidan seperti cenayang. Aku mengangguk pasrah.

"Bentar lagi juga hujannya reda." Ucapnya lagi.

Keheningan menyelimuti kami berdua selama beberapa menit. Ini membuatku merinding. Dan lebih merindingnya lagi perkataan Zidan 15 menit yang lalu perihal hujan akan reda itu terjadi.

"Hujannya reda,mau pulang gak?" Ucapnya sambil berjalan mendahuluiku.

Aku sempat diam sejenak,lalu tersadar kala Zidan sudah jauh melangkah.

"Tunggu ih Zidan!"

Zidan menoleh ke belakang lalu mengedipkan satu matanya,itu membuatku merinding.

"Cepet!lama!" Ucapnya.

Zidan menghampiri motor hitamnya,lalu memakai helm dengan warna senada. Sepertinya Zidan juga membawa satu cadangan helm berwarna hitam pula.

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang