Kalau diberi kesempatan,bolehkah aku tidak melepasmu saat dulu?
Suasana pagi ini terlihat cukup sepi,apa aku datang terlalu pagi?
Aku menatap sekitarku,ada beberapa siswa yang sedang berkumpul tengah berbicara santai menunggu waktu upacara senin ini.Angin yang berhembus,berhasil menembus tulangku,aku memasukan kedua tanganku kedalam saku sweater,guna menghangatkan tangan yang sudah hampir saja membeku seperti es.
Aku berjalan gontai memasuki ruang kelasku,lalu duduk dan sedikit menyandarkan tubuhku ke kursi berwarna cokelat ini.
Kelas masih sangat sepi,ini sudah pasti aku terlalu pagi datang ke sekolah ini.Aku melipat tanganku lalu kujadikan bantal pagi ini,aku ingin tertidur sejenak.
Kalau bukan Salma yang membangunkanku mungkin pagi ini aku akan kena hukuman Pak Bandi karena tidak mengikuti upacara dan malah tertidur pulas di kelas ini.
"Kamu gak kenapa kenapa Kay?wajah kamu pucet."Salma tampak menyelidik.
Aku menggeleng,"gak kenapa kenapa,hayu upacara."
Aku melepas sweaterku dan segera pergi menuju lapang sekolah ini.Hampir seluruh murid tampak sudah berbaris rapi di lapang sekolah yang cukup luas ini.
Upacara dimulai,pembina kali ini adalah Bu Retno,pengalamanku selama mengikuti upacara selama dua tahun di SMA ini adalah guru yang berpidato dengan durasi terlama itu dimenangkan oleh bu Retno.Jika wanita ini sudah menjadi pembina,anggota PMR sekolah akan kerepotan karena banyak siswa maupun siswi yang tumbang karena terlalu lama terpapar sinar matahari.
Aku harus menyiapkan fisikku pagi ini,mengingat badanku memang sudah lemas sedari tadi,apa mungkin ini akibat tubuhku terlalu lama terguyur air hujan kemarin?sepertinya iya.
15 menit berlalu,matahari semakin naik,membuat kami semua akhirnya terpapar sinar matahari.Aku tak masalah,karena memang matahari pagi sangat bagus.
Akhirnya kini Bu Retno memulai pidatonya,aku menghembuskan nafas pelan.
20 menit berlalu,keringat dingin mulai membasahi tubuhku,nafasku terasa berat dan sesak,pandanganku mulai kabur.Aku mencoba untuk kembali menarik nafasku pelan,pandanganku semakin tak karuan aku mencoba untuk menahan tubuhku agar tak ambruk karena kehilangan keseimbangan.
Bu Retno mengakhiri pidatonya,Ada sedikit rasa lega di dalam hatiku,akhirnya aku tidak menjadi siswi ke sebelas yang ambruk.
Upacara selesai. Aku dan Salma berjalan kembali menuju kelas.
"Gimana idho?"tanyaku.
Salma menoleh "besok dia pulang."
Aku mengangguk anggukan kepala,berpura pura biasa saja. Padahal di dalam hatiku aku merasa senang,akhirnya idho pulang."Kamu tau dia sakit apa?"tanyaku pada Salma.
Dia menggeleng "mamanya idho ngerahasiain penyakit idho,katanya sih cuma kecapean." Salma tampak lesu saat ini.Memang benar,dari saat pertama kali idho masuk rumah sakit dan menjalani perawatan,mama idho masih saja menyebut bahwa anaknya itu hanya kelelahan.Sebetulnya aku sangat ingin tahu tentang apa yang terjadi kepada idho,namun ketika belum bertanya pun perasaanku sudah mengatakan bahwa mama idho tidak akan memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
Drrrrt drrrttt.
Ponselku tampak bergetar,aku melihat ada pesan apa yang masuk pagi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Acak[TAMAT] "kenapa kamu ga bilang ke aku kalo kamu juga suka sama dia?"tanya Salma dengan nada bergetar. "persahabatan kita lebih penting daripada perasaanku." Ini tentang perasaan yang rumit antara aku,kamu,dan dia.