"hai"sapanya.
Aku mendekat ke arahnya.
"Hai dan."
"Ngapain?"
"Jemput kamu."
"Aku ada Les."
"Aku antar."Terlalu tiba tiba,aku naik ke atas motornya,saat Zidan hendak melajukan motornya.Salma dan idho mendahului kami,Salma menatapku sambil tersenyum,berbeda dengan pria di depannya itu,dia sama sekali tidak melihat ke arahku,pandangannya tetap lurus.
"Jangan diliat ya Kay,pegangan aku ngebut!"perintah Zidan,aku menurut.
Zidan melajukan motornya,benar benar melakukan apa yang di ucapkannya,dia melajukan motornya melebih batas wajar,membuatku tak henti terus menepuk pundaknya dan berteriak "ZIDAN JANGAN NGEBUT NGEBUT AKU MASIH MAU HIDUP!!!!"
Lelaki ini hanya terkekeh.Setelah sampai di depan gerbang sanggarku,Zidan malah menatapku sambil tertawa.
"Apa?gamau lagi deh aku di bonceng kamu."
"Jangan gitu dong Kay,ambekan banget deh."dia masih terkekeh.
"Aku tuh masih mau hidup,pengen nikah terus punya anak,gamau deh hidupku berakhir sama kamu kaya gak ada orang lain aja yang mau di ajak mati gitu."aku mendengus sebal.
"Iya iya maaf deh."ucapnya dengan cengiran kuda.
"Pulang jam berapa?"
"Kayanya sore deh."
"Aku tunggu ya,sekalian mau baca buku di sana."ucapnya sambil menunjuk ke sebuah kursi.
Aku mengangguk.Aku memasuki sanggar itu,seperti biasanya aku mengganti pakaianku,karena tidak mungkin jika aku berlatih menggunakan baju seragam.
"Eh Kayla."sapa seseorang dengan rambut tergerai se-pinggang,dia teman lesku.
"La! Baru sampe?"tanyaku.
"Iya nih,cape banget aku."kemudian perempuan itu duduk,aku menyusulnya untuk duduk."Kamu tau gak?sekarang ada seleksi buat siapa yang bakal tampil di pertunjukan 3 minggu ke depan."
"Oh iya?aku belum tahu."
"Wah kayanya Kita harus latihan sungguh sungguh deh,kita harus tampil Kay!"ucapnya antusias.
Aku mengangguk sambil tersenyum,meyakinkannya.Aku dan lala kembali berdiri,memulai latihan kami hari ini.Setelah lamanya memulai pemanasan akhirnya seleksi dimulai,coach sempat memberi pengumuman.Aku sudah dapat bocoran dari lala sedari tadi.
Awalnya coach mencontohkan gerakan demi gerakan,aku memperhatikannya dengan lekat.Takut jika ada gerakan yang terlewat.
Dentingan piano dance of the sugar plum fairy mulai dimainkan,memang sebelumnya kami pernah belajar dan berlatih gerakan ini,hanya saja takut ada gerakan yang terlewat,jadi coach memulai pertama.
Kini lala yang memulai,gerakannya sungguh indah,kaki kakinya bergerak beraturan,berputar dengan indah,menyeimbangkan satu titik dengan sempurna.Anak ini memang sungguh memiliki niat yang besar untuk tampil di pertunjukan nanti, terlihat dari seleksi yang menurutku sudah sempurna.
Kini giliranku,rasanya jantungku berdebar,entahlah aku merasakan kegugupan menjalar di tubuhku.Aku takut jika aku melakukan kesalahan,dan gagal dalam seleksi ini.
Saat pertengah musik itu dimainkan,aku sempat lupa terhadap gerakan,untung saja lala cepat cepat memberitahuku,dia sangat membantu.
Hingga musik itu selesai di mainkan,jantungku kembali normal,debarannya tidak terlalu kencang.
"Aduh la,aku takut banget gimana kalo aku gak bisa tampil?"
Lala yang sedang duduk itu kemudian menegakkan tubuhnya lalu menatap ke arahku."gak perlu takut,kamu udah berusaha semaksimal mungkin."lala meyakinkanku.
Aku mengangguk.Hari ini latihanku di akhiri dengan pengumuman bahwa lala yang berhasil lolos di seleksi ini,mungkin memang lala yang terbaik untuk tampil,dia sudah memiliki niat yang besar di performnya kali ini.
Walau kecewa masih saja menetap di hatiku,tidak apa masih ada pertunjukan lainnya,ini pelajaran bagiku untuk lebih semangat dan tidak pernah mempunyai ragu.
Aku berjalan keluar dari sanggar itu,Zidan masih setia dengan buku yang dibacanya.Aku duduk di sebelahnya,kemudian meluruskan kakiku.Sadar dengan kehadiranku,Zidan menutup bukunya kemudian menatapku.
"Cape?"
"Pertanyaan retoris."
Dia tersenyum.
"Mau langsung pulang?atau makan?"
"Makan aja deh ya,aku laper."
Dia menjawab pertanyaannya sendiri.
"Kamu kira nunggu kamu itu gak laper?itu butuh tenaga Kay."ucapnya dengan wajah yang dramatis.
"Aku gak nyuruh kamu nunggu."
"Udah ah yu,keburu sore,nanti ambu khawatir."dia menarik tanganku,badanku terasa sangat sangat sangat lemas.
"Berat banget ih,cepetan kaylaaaaaaaa."
"Iya iya."
Aku bangkit lalu kembali dibonceng Zidan.Aku tidak tahu dia akan membawaku kemana.Dia membelokkan motornya,aku tidak tahu ini daerah mana.
Aku sempatkan untuk bertanya.
"Mau kemana?"tanyaku.
"Restoran."Dia menghentikan motornya,ini terlihat bukan seperti restoran lebih tepatnya rumah.
"Rumah siapa?"tanyaku ketika baru saja turun dari motornya.
"Rumah kita nanti."jawabnya asal.
Aku mendelik tajam.
"Becanda becanda,ini rumah aku,yuk ah masuk."
Aku mengekor,Zidan mulai masuk ke dalam rumahnya itu.
"Assalamualaikum bundaaaa liat siapa yang dateng."teriaknya.
"Stttt gak usah teriak juga kali."ucapku.
Ini terlihat seperti kejadian yang sama saat Zidan pertama kali datang ke rumahku.Aku menatap ke seluruh ruangan rumah ini,rumah ini bercat putih dengan walpaper hitam bermotif,ditambah furniture yang selalu serasi dengan warna cat dinding,sudah diketahui bahwa penunggu rumah ini menyukai monokrom.
"Siapa sih sampe teriak gitu."ucap seorang perempuan yang baru saja datang menghampiri kami berdua.
"Siapa ini?"Tanya perempuan itu.
"Bunda udah tua kayanya,masa gak inget?"
Perempuan itu terlihat sedang berfikir mencari sedikit memori tentangku."Oh ini mah anak yang suka kamu jailin yah,ya ampun siapa sih namanya?bunda lupa lagi deh."
"Kayla bun."Zidan memutar bola matanya.
"Tah eta kayla,apa kabar?"
Perempuan itu kini memelukku.
"Alhamdulillah baik bun,bunda sendiri?"Sewaktu kecil aku sudah memanggil perempuan ini bunda,dia yang memintaku,katanya ingin sekali mempunyai anak perempuan tapi yang keluar lelaki semua.
"Alhamdulillah,tinggal dimana kamu sekarang?"
"Masih sama bun kaya dulu."
"Kapan kapan bunda main ke rumah kamu ya,udah lama juga gak ketemu ambu kamu."
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Udah ah hayu bun."
Bunda mengernyitkan keningnya.
"Kemana?"
"Makan,Kayla ngajak Zidan makan disini."
Aku mencubitnya,melihatnya dengan tatapan tajam dia hanya tersenyum tanpa dosa ke arahku.
"Hayu atuh,kebetulan pisan bunda baru beres masak."
Aku dituntun bunda,hingga akhirnya kami sampai di meja makan rumah Zidan.Aku duduk tepat di sebelah Zidan.Bundanya sedang mengambil piring untuk kami bertiga.
"Makan yang banyak ya!"seru bunda,di jawab dengan anggukan dariku dan Zidan.
Masakannya sungguh lezat, membuatku dan Zidan tidak berhenti makan sedari tadi.
"Seru banget deh,kalo setiap hari kaya gini,biasanya kalo bunda masak jarang habis kaya gini."
"Lagian bunda kalo masak terlalu banyak."
Bunda hanya tersenyum."Makasih banyak ya bunda,masakan bunda enak."ucapku sambil memberikan dua jempol.
"Kapan kapan mampir kesini lagi ya,harus pokonya sekalian ajak ambu kamu."
Aku tersenyum dan mengangguk.Aku diajak ambu untuk pergi ke ruang tengah,katanya ngobrolnya biar nyaman.Aku menurutinya.
"Gimana keadaan ambu kamu?"
"Alhamdulillah baik bun."
"Kakak kamu?"
"Baik juga."
"Abah kamu?"
Aku diam sejenak,mendengar pertanyaan itu membuat pikiranku kembali mengingat memori memori bersama abah.
"A..abah udah gak ada."aku tersenyum lalu menunduk.
Bunda mendekat ke arahku.
"Bunda minta maaf,kamu yang kuat ya."bunda mendekap tubuhku,aku membalas mendekapnya.Zidan datang menghampiriku dan bunda,dengan pakaian yang sudah diganti dengan yang lebih santai.
"Ada apa ini?ko peluk pelukan gitu."Zidan melemparkan tubuhnya kasar ke sofa berwarna hitam itu.
Ambu menatapnya tajam,lalu mengisyaratkan untuk diam.
Zidan meng-ohkan tapi tak bersuara.Assalamualaikum wr wb
Tetap semangat menjalani minggu minggu yang akan di hadapi hehe.
Jangan lupa vote temen temen!!!!!!I love youuuuuuuu
Ajngskmaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Random[TAMAT] "kenapa kamu ga bilang ke aku kalo kamu juga suka sama dia?"tanya Salma dengan nada bergetar. "persahabatan kita lebih penting daripada perasaanku." Ini tentang perasaan yang rumit antara aku,kamu,dan dia.