27

137 12 2
                                    

"Zidan!"

"Ada apa Kay?kenapa?" Tanya Zidan dengan sorot matanya yang terdapat kekhawatiran.

Aku menggigil hebat dengan nafas yang menggebu,seperti seseorang yang lumpuh. Aku hanya terdiam bahkan tidak menjawab pertanyaan Zidan.

"Tenang. Kamu aman Kay."
Ucapnya sambil mengusap rambutku.

Aku menangis hebat malam itu,jika ada orang yang sekedar lewat. Pasti Zidan akan menjadi pusat perhatian malam malam membuat menangis seorang perempuan.

"Ayok pulang. Aku anter."
Zidan mengangkat tubuhku sehingga kini aku berdiri dengan lemas.

"Bisa jalan?"
Aku mengangguk lemas.

Kami berjalan beriringan malam itu. Tidak saling berbicara,aku hanya tertunduk takut. Hingga sampailah kami tepat didepan rumahku. Zidan mengantarku sampai pintu depan rumah,lalu di ketuklah pintu itu,hingga keluar seorang perempuan memakai jilbab berwarna krem.

"Ya ampun Kayla kenapa,ini ko matanya merah gini. Zidan,ada apa ini?" Tanya ambu beruntun.

"Zidan juga engga tau ambu. Tadi Zidan abis dari supermarket,tiba tiba Zidan liat Kayla lari lari ketakutan. Zidan kejar aja." Ucap Zidan mencoba memberi tahu.

"Yaudah masuk dulu yu,di dalem aja ceritanya. Hayu Zidan." Ajak ambu.

Kami bertiga masuk ke rumah dengan warna putih mendominasi. Ambu mengambil air minum sementara aku dan Zidan duduk di ruang tamu.

"Kenapa sayang?Cerita sama ambu." Ambu bertanya setelah duduk di sampingku.

"Nih minum dulu."

Aku meneguk air yang di berikan oleh ambu,dan mampu membuatku merasa tenang.

"Tadi Kayla pulang dari pemakamannya idho. Kayla pulang jalan kaki." Aku bercerita perihal kejadian yang ku alami tadi.

"Terus tiba tiba dibelakang kaya ada yang ngikutin Kayla pake motor. Kayla takut,ambu." Aku menangis menatap ambu.

"Terus dia mulai ngegoda Kayla. Dia kesal karena gak Kayla respon sama sekali,terus dia narik tangan Kayla,nyeret Kayla."
Aku mengusap air mataku yang mulai membasahi pipi.

"Dia bawa Kayla ke tempat yang gelap. Dia mulai macam macam sama Kayla,Kayla gigit sama tendang dia terus Kayla lari sekenceng mungkin. Kayla takut ambu."

"Ya ampun sayang. Kamu gak kenapa kenapa tapi kan? Gak ada yang luka?"
Aku menggeleng,kemudian ambu memelukku.

"Maafin ambu gak bisa jaga kamu. Ini perlu ambu laporin biar gak kejadian lagi. Lain kali jangan jalan malem malem ya."
Aku mengangguk.

Zidan yang sedari tadi mendengarkan ceritaku hanya diam,aku melihat sorot matanya. Ada rasa marah yang membara.

"Terimakasih ya Zidan udah mau nganter Kayla."

"Iya ambu. Kay,lain kali kalo mau keluar malem bilang sama aku biar aku yang anter,gapapa kan ambu?" Ucap Zidan.

"Engga apa asal itu sama kamu,kalo orang lain mah ambu gak akan pernah izinin."

Ambu seperti itu pasti karena sudah tau Zidan itu seperti apa,dia teman kecilku.

"Yaudah ambu,Zidan pamit ya. Bunda pasti nungguin di rumah."
Zidan berpamitan lalu mulai menyalami ambu. Ambu mengantar Zidan menuju pintu,aku hanya melihat sosoknya berjalan hingga kini menghilang.

🌻🌻🌻🌻

Pepohonan rindang nan hijau terlihat berjejer tepat di depan mataku. Bangku bangku taman berwarna putih terlihat tersusun rapi.
Angin yang dengan mudah menyentuh lembut wajahku,aku membiarkan semua rasa ketenangan ini menemani aku yang sedang tidak tahu berada dimana.

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang