Aku masih melongo kala melihat seorang laki laki tinggi yang sedang berdiri di depanku dan tentunya teman temanku. Keningku berkerut kala laki laki itu malah memberikan cengiran kudanya.
"Baik,silahkan duduk. Bangkumu ada di barisan ketiga." Ucap guru itu sembari menunjuk bangku yang bersebelahan denganku.
Lelaki itu berjalan santai menenteng tas berwarna hitamnya menuju bangku tepat di sebelahku. Senyumnya tak pernah luntur sejak dia mulai memasuki kelas ini.
Kala dia duduk,dia tetap memasang wajah yang menurutku menyebalkan.
Butuh sebuah konfirmasi batinku.Pelajaran berlangsung kondusif,namun otakku tidak. Sedari tadi aku tidak fokus karena Zidan yang tidak pernah berhenti untuk menatapku dengan wajah tersenyumnya yang tidak pernah hilang, itu menurutku menyeramkan.
"Ngapain pindah kesini?" Tanyaku kala bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu.
"Gak boleh?emang ini sekolah punyamu? emang ada larangan adanya murid baru di sekolah ini? em–"
"Tinggal jawab aja kenapa sih?! Ribet banget." Potongku secara sarkas.
"Yaelahhh galak amat sih neng." Gelaknya sambil tertawa.
"Kenapa pindah ZIDAN??!!" Tanyaku dengan sengaja memberikan sebuah penekanan di akhir kalimat.
"Sengaja biar bisa jagain kamu." Ucapnya asal.
Aku memutar bola mataku malas "udah gede gak perlu di jagain,sana balik lagi ke sekolah kamu yang dulu."
"Gila gila gila jahat banget ini gadis." Dia menggeleng gelengkan kepalanya.
Aku tidak meresponsnya lagi,perhatianku tertuju pada buku buku yang akan kumasukan kedalam tas. Sadar akan sesuatu yang aneh.
"Eh tunggu Salma kemana?"
"Gila gila gila sampe ngelupain sahabatnya sendiri gegara ketemu cowo ganteng."
Aku mendesis lalu segera beranjak dari kelas ini,mencari Salma yang ku khawatirkan dia malah melamun karena idho.
"Kay mau kemana?" Zidan bertanya sembari membuntutiku dari belakang.
Aku tidak menggubrisnya,aku hanya fokus mencari keberadaan Salma. Menyusuri setiap sudut sekolah ini namun nihil,aku tidak menemukan Salma.
"Temen kamu ada di belakang sekolah."
Oh iya,aku belum sempat pergi ke belakang sekolah. Tempat itu jarang di kunjungi karena sepi. Terkecuali bagi mereka yang ingin menyendiri atau diam diam bertemu dengan orang yang mereka suka. Mungkin.
Aku membalikkan badanku,lalu berjalan dengan zidan yang masih setia membuntutiku. Aneh.
"Kamu ngapain sih ngikutin aku?" Tanyaku yang kini mulai kesal dengan perilakunya itu.
"Dihh GR banget kamu,orang aku lagi mengikuti kata kaki."
Aku memutar bola mataku jengah.
"Semerdeka kamu aja deh!"
Kemudian aku berjalan lagi menyusuri lorong,melewati kelas kelas dan akhirnya sampailah aku di belakang sekolah,melihat Salma yang sedang menyandarkan tubuhnya ke pohon. Aku menghampirinya.
"Sal?" Aku memanggilnya,namun orang yang di panggil tak kunjung membuka mata.
"Salma?" Dia membuka matanya pelan lalu melihat ke arahku. Aku tidak dapat menemukan wajah cerah dan cerianya itu. Aku menghela nafas kemudian beralih duduk di sebelah Salma.
"Idho lagi ngapain ya?" Tanyanya lesu. Aku mengerjapkan mataku berkali kali berusaha mencerna jawaban yang terbaik untuk ku berikan kepada Salma.
"Sal, idho udah bahagia disana. Dia udah engga ngerasa sakit lagi. Dia—"
"Apa dia kangen aku Kay?"
Salma menatapku sendu."Sal udah cukup, kalo kamu kaya gini terus idho gak akan bisa tenang disana." Ucapku sembari mengusap lembut punggungnya.
"Kenapa secepat ini Kay?"
"Itu udah jadi takdir. Ikhlasin."
Hening beberapa saat.
"Kamu kenapa bisa ikhlas banget kalo idho pergi,padahal kamu sangat mencintai dia?" Tanya Salma lagi.
Aku menghela nafasku panjang. Sebelum akhirnya menjawab.
"Karena aku yakin dia bahagia disana dia udah gak ngerasa sakit lagi,dia akan lebih bahagia lagi kalo kita tetap menjalani kehidupan kita dengan baik Sal. Walaupun sulit,lama kelamaan akan terbiasa tanpa dia. Bukan maksud melupakan,hanya ingin menyimpan saja semua memori indah tentang dia." Jeda tiga detik "jadi tetap ceria dan menjadi Salma yang sebenarnya,wujudin semua mimpi kamu. Idho pasti bahagia liat kamu disana."Salma terisak memelukku,aku hanya berusaha menenangkannya menyalurkan semua hal positif kepadanya.
Zidan hanya berdiri di belakang kami dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku celana. Bibirku tertarik untuk membentuk sebuah lengkungan.
Kriukk oke anggap saja itu sebuah suara yang timbul dari perut saat kita sedang lapar. Pertanyaannya siapa yang sudah membunyikan suara tersebut,hingga sukses membuat Salma tersenyum geli mendengar suara itu. Zidan hanya tersenyum dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal,sadar itu adalah kelakuannya.
Kami bertiga bergegas menuju kantin mengingat 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Baso tahu mang darman adalah makanan favoritku dan Salma,maka kami berdua akan menularkannya kepada Zidan. Kini sudah tersedia 3 piring baso tahu dengan bumbu kacang yang sudah berhasil membuat gemuruh gemuruh di dalam perut bereaksi. Kami menyantap baso tahu itu tanpa kata.
"Woahhh gila enak banget baso tahunya." Kata Zidan sambil memegang perutnya karena kebanyakan memakan baso tahu,bagaimana tidak? Tiga piring dia habiskan dalam waktu singkat. Aku dan Salma berdecak kagum terhadap kemampuan yang Zidan miliki.
Bel masuk berbunyi,kami bertiga berjalan beriringan lagi menuju kelas.
Pelajaran sejarah yang kini sedang kami hadapi,kalian ingin tahu? Oke sepertinya iya. Zidan terlelap saat pelajaran berlangsung,suruh siapa makan terlalu banyak tahu rasa kan. Aku terkekeh kala melihat wajahnya yang tertidur pulas untung saja dia tidak mengeluarkan suara dengkuran yang keras.Brakkk.
"Hey kamu bangun! Enak banget saya ngajar kamu malah tidur!" Ucap bu Vani. Namun orang yang di tegurnya sama sekali tidak menggubris dia tetap tertidur lelap.
Bu Vani melayangkan tamparan tepat pada punggung Zidan.
"OMAMA OMAMA!!" Pernah mendengar orang latah? Itulah yang terjadi pada Zidan sekarang. Semua siswa sontak terkekeh namun kembali hening saat bu Vani mulai melayangkan tatapan tajam kepada seluruh penghuni kelas ini."Kenapa kamu tidur di jam pelajaran saya?!" Tanya bu Vani sarkas.
"Sekolah ini butuh pemimpi,itu alasannya kenapa saya tidur bu." Dia memberikan cengiran konyolnya,semua murid kembali terkekeh.
"Banyak bicara kamu! Cepat berdiri di depan kelas,kaki di angkat sebelah tangan disimpan di telinga." Perintah bu Vani.
"Sekarang bu?" Tanya Zidan dengan wajah tanpa dosa.
"Tahun depan!"
"Oh siap bu." Ucap Zidan sembari memberikan sikap hormat kepada bu Vani.
"S E K A R A N G!" Bu Vani tampak sudah tidak kuat menghadapi Zidan. Seluruh siswa terkekeh kembali.
Zidan berjalan ke depan kelas,kemudian dia menghadap ke arah kami. Zidan melakukan persis dengan apa yang bu Vani perintah. Kehadiran Zidan memberikan warna di kelas ini. Kelas ini yang semula monoton kini mulai terasa menyenangkan.
"Yang lainnya bila ada yang tertidur lagi siap siap saja terkena hukuman saya!" Jeda tiga detik "mengerti?"
"Mengerti bu!" Kompak seluruh siswa di kelas ku. Sesekali aku melihat Zidan,dia tetap sama. Senyumannya tidak pernah luntur walaupun sedang di hukum.
Assalamualaikum wr wb
Alhamdulillahhh update lagi, terimakasih yang masih sudah setia membaca cerita saya. Semoga tetap suka. Jangan lupa vote ya temen temen, sungguh saya butuh vote dari kalian.I love youuuuuuuu
Ajngskmaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Random[TAMAT] "kenapa kamu ga bilang ke aku kalo kamu juga suka sama dia?"tanya Salma dengan nada bergetar. "persahabatan kita lebih penting daripada perasaanku." Ini tentang perasaan yang rumit antara aku,kamu,dan dia.