18

132 14 1
                                    

Setelah susah payah menarik lelaki kurus ini,akhirnya dia duduk di antara kami,di meja makan rumah ini.

Dia hanya terduduk menatap lurus tanpa berkata,aku dan ambu saling melempar pandangan.

"Kak!"
Dia menoleh padaku.
"Kayla alasin yah,kakak mau makan sama apa?"
Dia menatapku"gak usah kakak ke kamar lagi aja."ucapnya tak bersemangat.
"Ih jangan,Kayla punya sesuatu buat kakak."
Aku berdiri kemudian membuka hidangan sayur asem yang sengaja ku tutup.
"Taraaaa!!!sayur asem kesukaan kakak."
Dia hanya menatap hidangan itu biasa saja,padahal biasanya dia akan langsung menyambar hidangan itu,dan menambah hingga beberapa kali.
"Kakak gak laper,udah ya kakak ke kamar."
Saat lelaki itu hendak bangkit,aku memulai rencanaku.
"Heuu padahal ini Kayla yang buat,kalo gitu Kayla gak usah bikin aja ambu heuuuu."aku berlagak seperti menangis.

Dia tidak meresponku,tetap saja berjalan lurus,membuatku menatapnya kesal.

"Buang saja ambu,tidak ada yang mau makan juga."ucapku yang berhasil membuat lelaki itu menoleh,kakakku itu memang paling tidak suka jika ada makanan yang di buang sia-sia,katanya mubadzir orang di luar sana banyak yang butuh makanan.

"Jangan,yaudah kakak makan."dia berjalan kembali.
"Yeeee akhirnya,"ucapku senang.

"Sukses juga akting kamu."ambu terkekeh,aku hanya menunjukan jajaran gigi putihku.

Aku sama rapuhnya,perbedaanya kakakku lebih memilih terang terangan merasa terpukul karena kepergian abah,sementara aku memilih senyum untuk menutupi kerapuhanku,terus menerus melakukan itu ternyata membutuhkan tenaga,aku tidak mau membuat ambu sedih karena melihat anaknya terus saja sedih,setidaknya dengan ambu melihatku seperti ini,ambu tidak akan terlalu khawatir padaku.

Aku menatap cemas kakakku,setelah sesuap nasi plus sayur asem lolos masuk ke dalam mulutnya.

"Gimana?enak?"aku bertanya dengan mata berbinar binar.Wajahnya sungguh datar,dia tidak menunjukan ekspresi apapun.Aku menunduk kecewa,kali ini apa yang ku masak gagal lezat lagi.

Ada suara kekehan di seberang sana,aku kembali mendongak lelaki itu menunjukan jempolnya lalu tersenyum dengan pipi yang menggembul karena nasi yang terlalu banyak ia masukkan.Senyumku kembali hadir.

Benar saja,sayur asemku berhasil membuat kakakku mengisi perutnya yang kian kurus,sungguh kasihan terhadap organ organ dalamnya yang hampir tidak diberi makanan lezat.

"Gimana idho?"
Tanya kakakku disela kegiatan makanku,nafsu makanku tiba tiba menghilang.
"Baik baik aja,udah sadar katanya ya Kay?"ambu menjawab.
"Hm."

Aku tertunduk,rasanya seluruh makanan yang sempat ku makan kini tidak berarti,lemas tetap saja menyerangku.

"Loh kenapa Kay?"Tanya laki laki itu lagi.
Aku menatapnya,"engga gak kenapa kenapa." Aku kembali memakan hidangan di depanku.

🌻🌻🌻🌻

Sudah 3 hari idho di rawat di rumah sakit,hari ini dia kembali mengikuti pelajaran sekolah.

Kalau boleh dikatakan sehat,idho belum sepenuhnya sehat dia terlihat masih pucat.

Aku dan Salma memutuskan untuk membeli bakso saat istirahat dimulai,kami berjalan menuju kantin.

"Bi bakso dua ya!"seru Salma pada peremuan penjaga kantin yang bernama bi inem itu.

"Siap neng!"perempuan itu menjawab sahutan Salma tak kalah semangat.

"Hari ini les Kay?"Tanya Salma ketika kami baru saja duduk di bangku itu.
"Iya nih."
Dia hanya mengangguk anggukan kepala saja.

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang