Peralatan itu masih setia terpasang di tubuh idho,pertanyaannya kapan alat alat itu di lepas?kapan idho akan tersenyum hangat lagi? Aku tidak suka melihatnya selalu tidur seperti itu.
Aku dan Salma turun dari rooftop dan kembali ke ruangan idho di rawat. Aku masih memerhatikan matanya,jari jemarinya berharap dia merespon terhadap apapun yang ada di sekitarnya.
"Idho sakit apa Kay?" Salma bertanya dengan tatapan kosong.
Aku menelan salivaku,sungguh berat mengatakan hal yang sejujurnya sungguh menyakitkan."Kanker." Lirihku.
Sontak saja Salma langsung memelotot ke arahku,dia mengguncang bahuku."Jangan becanda Kay! Gak mungkin,dia sehat ko." Salma kembali kalut. Aku menunduk.
"Apa pantas aku becanda di saat seperti ini?"
Salma terlihat lemas,bagai seluruh energinya di serap oleh bumi."Kanker apa?" Matanya terlihat memerah,pipinya bagai diberi cat. Merah.
Aku menggelengkan kepala,sejujurnya aku pun tidak tahu. Kanker apa yang ada di tubuh idho.
"Mungkin mamanya idho nanti bakal ngasih tau perihal sakit apa yang di derita idho." Aku mengusap punggungnya berusaha menyalurkan energi sekaligus ketenangan untuk Salma. Padahal hatiku sendiri saja sudah sangat hancur.
Salma kembali menatap idho.
"Bangun dho,aku mohon." Sudah berapa kali Salma berbicara seperti itu namun tidak ada sahutan apapun dari orang yang kini tengah terbaring.Sementara aku. Aku tidak berani menyentuh apalagi berbicara,pesan idho sebelum dia tidak sadarkan diri adalah kalo terjadi apa apa tetap disampingku. Aku membuktikannya,aku berada di sampingnya.
Ingin rasanya menggapai jemarinya menyalurkan kekuatan yang kupunya agar idho segera bangun dari tidur nyenyaknya. Tapi semesta belum mengizinkanku,semesta masih ingin aku tetap diam dan memandangi wajah pucatnya agar selalu ku rekam baik baik dalam otakku.
Waktu menunjukan sudah pukul 7 malam,Salma masih saja terduduk di sebelah idho.
"Sal engga akan makan dulu? Nanti sakit loh."
Salma hanya menggeleng,seolah olah bibirnya terkunci rapat rapat."Harus makan Sal,nanti kalo sakit gimana? Siapa yang mau jagain idho?"
Pertanyaanku berhasil membuat Salma menoleh."Mau makan? Yuk kita ke kantin." Ajakku.
"Idho gimana?" Tanya Salma.
"Kita panggil suster buat jagain idho."
Akhirnya Salma bangkit,kami berdua berjalan beriringan menuju kantin rumah sakit.
"Mau makan apa?" Tanyaku.
"Apa aja deh."
"Minumnya?"
"Samain."
"Oke pesan makanan apa aja deh sama minum samain?" Niatku menggoda Salma.
"Ih engga gitu Kay." Salma merengek.
"Haha iya iya. Tunggu sebentar ya."
Aku memutuskan membeli nasi goreng dan teh hangat,udara disini sungguh dingin. Berhasil membuat bulu kudukku meremang dibuatnya.
Sekitar 10 menit kami menunggu akhirnya pesananpun datang. Aku dan Salma segera melahapnya. Karena memakan terlalu cepat membuatku tersedak,sejujurnya aku khawatir meninggalkan idho bersama suster itu, walaupun suster rumah sakit sudah berpengalaman,tetap saja membuatku khawatir.
Tiba tiba saja ponselku bergetar menandakan pesan masuk.
Ambu❤
Kayla mau pulang jam berapa?biar nanti abang kamu yang jemput.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
De Todo[TAMAT] "kenapa kamu ga bilang ke aku kalo kamu juga suka sama dia?"tanya Salma dengan nada bergetar. "persahabatan kita lebih penting daripada perasaanku." Ini tentang perasaan yang rumit antara aku,kamu,dan dia.