Kenyataannya dia memang benar benar melakukan apa yang ku inginkan.
Pagi ini,mentari tampak sedang murung hingga tak mampu menyemburkan sinarnya,ini sama sekali tidak mendukung suasana hatiku.Sendu,murung,hancur.
Aku menjadi saksi perihal idho menyatakan perasaannya kepada Salma tepat di depanku pagi ini.
Idho tersenyum tipis kepadaku kala dia berhasil melakukan tugas yang ku ingin,aku membalasnya dengan sebuah anggukan dan senyuman.Terimakasih idho,sudah mau membuat Salma bahagia.
Aku keluar dari ruangan penuh sesak itu,menyusuri lorong rumah sakit,terduduk sendirian di kursi yang mempunyai cahaya lampu temaram.
Abah kayla sungguh rindu.
Aku menangis,entahlah aku hanya ingin melakukan itu sekarang.Sesak yang ku tampung sedari tadi menggoyahkanku,memintaku untuk menangis sejadi jadinya.
Suasana lorong yang sepi membuat suara isakanku menggema di tempat ini,aku tidak peduli jika ada orang yang menatapku aneh ketika melihatku menangis tersedu sedu disini.
Aku tidak peduli terhadap orang yang menghampiriku saat ini,yang jelas dia tampak mengusap punggungku.Setelah aku merasa puas dengan tangisan sendirianku,aku menoleh kearah laki laki yang sedang mengelus punggungku.
"Kak sangat sakit."lirihku lalu memeluk kakakku.Tangisku kembali pecah.
"Ini yang kamu mau,kamu harus siap menerima semuanya Kayla."
Aku jelas mendengar apa yang kakakku ucapkan,dan memang benar ini sudah menjadi resiko yang sempat ku pikirkan kala itu.
"Idho akan bahagia,Salma juga."ucapnya pelan.Aku melonggarkan pelukanku lalu menatapnya sendu,aku tak peduli dengan penampilanku saat ini,yang pasti aku akan terlihat seperti singa dan seekor panda, bagaimana tidak?rambutku yang sangat acak acakan,dan sebuah mata dengan lingkaran hitam yang jelas terpampang.
"Kayla rindu abah."
Lelaki ini tersenyum hangat kepadaku.
"Kita ketemu abah ya?"
Aku tersenyum getir lalu mengangguk.Sebelum aku pergi menuju tempat peristirahatan abah,aku sempatkan untuk berpamitan kepada idho dan Salma yang saat ini sedang asyik bercengkrama di ruangan dingin dan hampa itu.
Aku tersenyum memandangi mereka berdua "aku pamit pulang ya. Ambu udah nyuruh aku pulang."
"Iya Kay,hati hati di jalan ya makasih udah jagain idho."
Aku mengangguk lalu tersenyum kecil.
Idho sama sekali tak berekspresi,dia hanya menatapku lekat, sungguh ekspresinya Kali ini tak mampu terbaca. Aku hanya tersenyum canggung.Perlahan aku keluar dari ruangan ini,kakaku sudah berdiri sedari tadi. Tanpa menunggu lama dia langsung menggandengku keluar dari gedung rumah sakit ini.
Di dalam mobilpun aku masih tak bersuara,hanya keheningan yang tercipta.
Tepat ketika mobil ini di parkiran di halaman rumahku,aku tak segera turun,mataku menatap kosong pintu rumah yang berwarna coklat itu.
"Apa abah akan sedih ngeliat Kayla jadi jelek gini?"tanyaku.
Kakakku terdengar menghembuskan nafas pelan.
"Pasti! Makanya sekarang kamu mandi,pake baju yang bagus,dandan terus kita pergi ketemu abah."
"Jangan lupa bawa bunga!"tambahnya.Aku turun dari mobil ini,melenggangkan kaki masuk menuju rumah ini,ambu sedang tidak ada. Mungkin dia sedang mengikuti senam ibu ibu komplek yang biasa diadakan seminggu sekali tepat di hari minggu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam
Random[TAMAT] "kenapa kamu ga bilang ke aku kalo kamu juga suka sama dia?"tanya Salma dengan nada bergetar. "persahabatan kita lebih penting daripada perasaanku." Ini tentang perasaan yang rumit antara aku,kamu,dan dia.