Prologue

2.6K 136 0
                                    

"Biarin gue pergi, Vin!!! Gue mau pulang!!!" Seorang gadis berteriak setengah memohon pada sosok, yang berdiri tegak di depannya.

Suara gadis itu bergetar. Wajahnya cantik namun pucat. Jelas raut ketakutan nampak di parasnya. Air mata menggenang di pelupuk kedua matanya, bersiap jatuh namun masih ditahan sebisanya. Seolah tak sudi jika harus menangis di hadapan Kevin, lelaki yang kini berdiri pongah di hadapannya.

"Enggak, Fal. Gue enggak akan pernah melepaskan lo!!! Gue tahu, lo pasti mau balik ke Arya, kan!!! Enggak akan gue biarkan itu!!! Lo itu hanya untuk gue!!!"

Kevin mengeraskan wajahnya. Kedua matanya menatap nyalang pada Fal, yang menjaga jarak sejauh mungkin dengan tubuh kekarnya. Kedua tangannya terkepal erat.

Rasa takut Faldhita kian memuncak saat Kevin mendekat. Tubuh ringkihnya kian lemas namun masih berusaha untuk mempertahankan diri.

Fal sangat sadar dan tahu, sosok itu bukan lagi Kevin, yang selama ini dikenalnya . Sosok tak lagi menjadi Kevin yang lembut dan sopan, yang selalu menunjukkan rasa sayangnya dengan gamblang kepada Fal.

Semua hal itu membuat Fal kian merasa terancam. Pikiran buruknya sudah menari dalam benaknya.

"Mau apa lo?" teriak Fal dengan nada panik. Melangkah mundur seiring langkah maju Kevin. Menatap nanar pemuda yang dulu begitu tampak menyayanginya.

"Enggak ada yang bisa miliki lo selain gue, Faldhita Raditya. Apalagi si bangsat Arya, yang sudah berani merebut lo dari gue!!!"

Sepasang mata tajam pemuda itu kian menggelap. Kevin kian mendekat. Mengikis jarak. Membuat Fal kian tersudut ke sudut ruangan.

"Berhenti di situ, Vin!!! Lo buat gue takut!!! Enggak begini caranya kalau lo sayang gue!!! Arya juga enggak pernah rebut gue dari lo!!!" ujar Fal berusaha meluluhkan Kevin. Air mata masih ditahannya. Masih tak juga sudi untuk menunjukkan kelemahannya walau tubuhnya telah gemetar hebat dan wajahnya kian memucat. Tak lupa dengan peluh yang mulai membanjiri tubuhnya.

Kevin tersenyum sinis. "Gue enggak nakutin lo, Fal. Gue sedang menunjukkan rasa sayang gue!!! Rasa takut kehilangan lo!!! Biar lo sadar kalau gue itu ada!!! GUE ITU SAYANG LO, FALDHITA!!!"

Fal menggelengkan kepala. "Lo gila, Vin!!! Mundur!!! Jangan dekati gue!!! Jangan sakiti gue lagi!!!"

Kevin hanya berjarak sejengkal dari Fal. Dengan mudah, diraihnya tubuh Fal dalam rengkuhan. Memeluk erat tubuh gadis itu, yang seketika meronta sekuat tenaga. Didekapnya kian erat Fal, berusaha untuk meredam rontaan gadis itu. Dengan sedikit mengangkat tubuh Fal, pemuda itu berjalan ke sisi lain kamar.

Bruk.

Dihempasnya tubuh Fal ke tempat tidur. Kevin tersenyum puas melihat keterkejutan Fal.

Fal berusaha bangkit di sela detik Kevin menaiki tempat tidur. Berusaha menghindar dari sergapan lelaki itu.

"Sudah, Vin. Sudah!!! Sakit, Vin!!! Jangan lagi!!! Gue mohon!!!".

Kali ini tangisan itu pecah. Fal berharap jika air matanya mampu meluluhkan Kevin. Rasa putus asa mulai menyelimutinya, walau masih berusaha melepaskan diri dari bahaya.

Kevin seolah menjadi tuli. Tubuh kekarnya mulai mengungkung tubuh Fal. Dicekalnya kedua pergelangan tangan Fal, yang masih membekas keunguan akibat perbuatannya kemarin, dengan satu tangan. Tangan lainnya merobek paksa selembar kain yang menutupi tubuh Fal. Sebuah kaos yang diberikannya untuk menutupi tubuh Fal, namun dikoyaknya juga.

Fal berontak sekuat tenaga. Mencegah tangan kanan Kevin menjalari tubuh atasnya, yang sudah tak tertutupi apa-apa lagi. Kedua kakinya menendang tanpa arah di bawah kungkungan Kevin. Ingin berteriak namun mulutnya terbungkam oleh pagutan kasar Kevin. Air mata Fal kian menderas.

Rasa terhina mendekap erat. Malu, seolah seluruh dunia tengah menonton dirinya dalam keadaan seperti itu.

Kevin yang tak lagi sabar, segera merobek celana pendek yang dikenakan Fal. Tak lupa juga menurunkan celana jeans yang dikenakannya.

Tanpa rasa belas kasih, dipaksanya milik Fal untuk menerima dengan paksa miliknya. Tak peduli dengan jerit kesakitan Fal. Tak dihiraukannya tangis pilu Fal, gadis yang diakuinya sebagai kekasih.

...

Di sebuah kamar ....

Seorang gadis tampak terbaring gelisah. Tubuhnya bergerak tak mau berdiam. Berbalik dari kanan ke kiri dan begitu sebaliknya. Berulang-ulang.

Keringat membasahi sekujur tubuhnya walau suhu di kamar itu sejuk. Wajahnya menyiratkan ketakutan. Tak lama tubuhnya menggigil hebat seolah tengah menahan sakit ynag luar biasa. Dari mulutnya keluar erangan dan isakan. Air mata mengalir dari kedua sudut matanya, yang tertutup rapat.

Ya, gadis itu menangis dalam tidurnya. Gerakannya kian tampak gelisah. Kedua tangannya terulur ke depan dan berrgerak seolah menghalau sesuatu.

"Jangan!!!"

Sebuah teriakan mengusik keheningan malam bertepatan dengan kedua mata gadis itu yang terbuka lebar. Napasnya memburu. Kedua matanya menatap nyalang dalam kegelapan kamar. Mencari. Seolah takut bila mimpi buruknya adalah kenyataan. Dadanya terasa sesak. Kepalanya seolah berputar dan berdenyut. Pandangannya meredup dan berkunang-kunang.

"Aarrrrggghhh ...!!!"

Terdengar teriakan seiring kedua tangan gadis itu terangkat untuk menjambak surai legam sebatas punggung miliknya sendiri. Isakan mengakhiri jerit marahnya. Kedua bahunya bergetar hebat. Gadis itu menangis dalam gelapnya ruangan berdinding itu. Tanpa sadar, gadis itu mulai memukuli kepalanya sendiri. Tampan begitu putus asa. Isakannya kian terdengar memilukan.

Tak lama kemudian ....

Sepasang tangan terulur untuk memeluk tubuh gemetar itu dari arah samping. Nyaris membuat gadis bersurai legam itu memberontak untuk melepaskan diri.

Namun kehangatan dan harum tubuh sosok di sisi kirinya itu membuat niatnya untuk berontak pun mengabur. Itu adalah harum tubuh yang dikenalinya. Dia aman. Dapat dirasakannya pelukan itu mengerat. Gadis itu akhirnya menyandarkan kepala pada sebuah bahu.

"Aku takut ...." cicit gadis itu seraya memeluk balik tubuh di sampingnya. Mencari rasa aman di sana. Tubuhnya masih gemetar namun isakannya mulai menghilang.

"Enggak apa-apa, Sayang. Kamu aman, Faldhita Raditya."

Sebuah tangan lembut terangkat dan mengusap penuh kasih surai legam Fal, yang kembali memejamkan kedua matanya walau mulutnya masih mengicaukan ketakutannya.

Air mata menetes dari sosok berpiyama biru tua, yang tengah memeluk erat Fal. Hatinya sakit mengingat semua luka yang harus ditanggung oleh putri kesayangannya. Putri kecilnya, yang kini bukan lagi gadis kecil.

Ada penyesalan yang tak diutarakannya setiap melihat Fal menangis dan ketakutan karena mimpi buruknya. Tak sekali sosok itu berharap bisa menggantikan posisi Sang Putri tercinta.

Namun, sosok itu tahu pasti jika hal itu tidaklah mungkin terjadi. Beliau hanya bisa berharap, suatu saat nanti Fal akan bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Fal akan menemukan kebahagiaannya. Fal akan menemukan kembali rasa percayanya terhadap orang lain.

Terdengar dengkur halus dari Fal, membuat Sang Ibu menoleh dan tersenyum. Wanita paruh baya itu membaringkan tubuh Fal dengan hati-hati. Kembali memeluk dan mengusap surai legam milik Fal setelahnya.

"Mimpi indah ya, Sayang. Jangan takut lagi. Jangan nangis lagi. Sudah cukup, ya," bisiknya dengan nada lembut. Mengecup kening Fal penuh kasih sebelum ikut memejamkan kedua matanya.

...

Tbc ❤️‍🩹

Faldhita (GxG Story) - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang