Faldhita #13

854 120 6
                                    

Maria mengaduk-aduk jus buah naga miliknya. Menyeruputnya seraya menatap sosok pemuda, yang duduk di hadapannya dan sibuk dengan gawainya sendiri. "Jadi ... kenapa Fal bisa jadi sosok yang dingin dan selalu menghindari pertemanan?"

Abey mengangkat wajah. Mengerutkan dahi. "Putri Kecil gue enggak cerita ke lo?" Sebuah gelengan kepala dari Maria menjadi jawaban. Pemuda itu tersenyum dan memajukan tubuhnya sedikit. Mengacak lembut poni Maria. "Kalau gitu, gue juga enggak punya hak untuk cerita, Mar. Kalau Fal mau, dia pasti cerita sendiri kok."

Maria mengerucutkan sedikit bibirnya seraya merapikan poninya. Sesuatu menggelayuti pikirannya. Ingin bertanya tapi ragu. "Apa ... Fal punya trauma sampai dia jadi seperti sekarang?"

Abey terkekeh. "Kenapa lo berkesimpulan seperti itu? Padahal lo kenal Fal pun baru. Lo kan, enggak pernah tahu masa lalunya Fal." Pemuda itu kembali sibuk dengan gawainya.

Maria terdiam. Tak menjawab pertanyaan sekaligus pernyataan Abey. Huh, tapi perasaan aku bilang kalau Fal itu pernah dapat kejadian buruk di masa lalu makanya dia sekarang jadi gunung es.

...

Fal menatap kosong dinding bercat putih di hadapannya. Gadis itu duduk di tepi tempat tidur dengan pakaian acak-acakan. Kemeja kebesaran berwarna putih itu sudah tak jelas lagi bentuknya. Beberapa kancingnya terlepas, di beberapa bagian terlihat koyakan. Kemeja itu miring hingga menunjukkan bahu Fal. Tapi Fal seolah tak peduli dengan penampilannya yang kacau. Tak tergerak sedkitpun untuk sekadar membenahi letak pakaiannya.

Jejak air mata kering menghiasi wajah cantiknya. Seluruh tubuhnya nyeri. Beberapa lebam dan bercak merah keunguan menghiasi tubuh ringkihnya. Pergelangan tangannya membiru bekas cengkeraman.

Pandangan Fal beralih. Menyisir setiap sudut kamar. Seolah tengah mencari sesuatu. Gadis itu menghembus napas kasar saat tak menemukan apa yang dicarinya. "Gue mau mati," keluhnya dengan nada lirih. Gadis itu menunduk. Air mata mulai menuruni pipi tirusnya lagi dan lagi. Menarik kedua kakinya, memeluk erat keduanya. Gadis itu kembali menangis hingga tubuhnya gemetar.

"Tolong ... bawa pergi gue dari sini. Gue takut. Atau bunuh gue. Hidup gue sudah enggak ada artinya lagi."

Brak. Pintu kamar, yang terkunci dari luar, terbuka lebar dan sesosok pria masuk dengan wajah penuh senyuman.

Tanpa menoleh, Fal bergerak ke sudut tempat tidur. Tubuhnya kian gemetar. Tak ada niat untuk mengangkat wajah dan mencari tahu siapa, yang memasuki kamar terkutuk itu. Fal sudah bisa menebak siapa itu.

Sosok itu mendekat. Memeluk Fal, yang kian ketakutan. "Kamu enggak akan bisa pergi sampai aku sendiri yang lepasin kamu, Sayang."

...

Fal menghela napas. Berusaha menenangkan diri juga meredakan gemetar, yang menyerang tubuhnya. Ketakutan mulai muncul. Rasa panik mengiringi. Dikepalkannya telapak tangan dengan erat. "Tenang, Fal. Dia enggak sengaja kok megang tangan lo. Jangan takut," bisiknya pada diri sendiri, namun justru ketakutan makin menjadi mengungkungnya. Kelebat bayangan masa lalu kembali muncul dan menertawakannya.

"Fal ...," bisik Maria saat melihat Fal berdiri di ujung koridor dengan tubuh, yang jelas gemetar hebat dan raut wajah panik serta takut. Gadis itu bergerak cepat mendekat.  Meraih Fal dalam pelukannya. "Fal kenapa?" tanyanya dengan nada lembut seraya mengusap punggung gadis dalam dekapannya.

Fal, yang terkejut nyaris berontak jika saja tak mendengar suara lembut dan usapan menenangkan di punggungnya. Gadis itu menbalas pelukan itu. Menyurukkan wajah ke bahu di hadapannya. Menangis. "Fal takut, Ma ...," rengeknya dan mempererat pelukan. Bahkan gadis itu meremas kain, yang menutupi pinggang Maria.

Faldhita (GxG Story) - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang