Renjun menatap wajah Chenle yang pucat karena kedinginan, hatinya bergetar karena melihatnya yang sendirian disini dan kedinginan. Terlihat seperti sedang menunggu seseorang lumayan lama. Lengannya memegang tangan kanan Chenle yang dingin dan sedikit basah, memberinya sentuhan hangat. Setidaknya bisa membuat Chenle tidak terlalu merasa kedinginan.
Renjun kemudian menarik lengan Chenle, membantunya untuk berdiri meskipun cukup sulit.
Bibir Chenle memucat, memandangi Renjun yang berdiri di hadapannya saat ini. Raut wajah miris itu menandakan bahwa Renjun tahu segalanya.
" Jangan menangis "
Renjun tadinya hendak mengulurkan tangan untuk menghapus air mata Chenle, namun- ia urung karena ia sadar dia dan Chenle baru saling mengenal. Bahkan dekat saja tidak.
Chenle menyeka air matanya sendiri, menarik ingusnya dan berusaha memberikan senyum yang terkesan pahit untuk Renjun.
" Kau sedang menunggu Jisung? " tebak Renjun yang langsung dibalas anggukkan oleh Chenle.
Renjun terdiam beberapa detik; Jisung tidak mungkin dengan teganya meninggalkan Chenle disini sendirian dan kedinginan. Bahkan tadi ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Jisung naik motor berdua dengan Jaemin.
" Apa dia sudah berkata bahwa dia akan menjemputmu? "
Chenle mengangguk kecil.
Renjun terkejut, ia berusaha mencerna semua yang terjadi dan berperang dengan hatinya.
Jisung meninggalkan Chenle yang sudah menunggunya disini sampai kedinginan, tapi Jisung dengan bodohnya malah mengantar Jaemin tanpa alasan yang jelas.
Gila.
Benar apa kata Jeno soal Jisung; dia terkadang bertingkah bodoh dan semaunya. Itulah sebabnya banyak orang yang kecewa karenanya.
" Tapi tadi Jisung mengantar Jaemin pulang, Chenle-ya "
Ap-apa?
Wajah Chenle memucat, -bukan- wajahnya memucat bukan karena ia kedinginan. Tapi... Mendengar pengakuan Renjun tadi yang membuat hatinya terasa bagai ditusuk tanpa ampun secara tiba-tiba. Melukai perasaannya dan membuatnya kecewa setengah mati.
Chenle membeku di tempat, air matanya kembali naik dan- jatuh tanpa disadari oleh dirinya.
Firasat buruknya benar, pemikiran gilanya benar.
Jisung telah melukai hatinya.
Renjun merasa bersalah karena telah mengatakan yang sebenarnya pada Chenle sehingga membuatnya menangis, ia langsung meraih lengan Chenle dan menggenggamnya sebentar.
Chenle bahkan tidak mendengar dengan jelas disaat Renjun mengatakan 'jangan menangis' padanya beberapa kali.
Chenle terluka. Dia tersakiti karena Jisung, merasa semua yang telah ia lakukan itu terasa sia-sia.
Semudah itukah membuat orang lain kecewa?
Semudah itukah Jisung melupakan Chenle hanya karena Jaemin?
Chenle kedinginan disini dan rela menunggu berjam-jam hanya untuk menunggu Jisung. Namun alasan gila seolah membunuhnya secara perlahan. Jisung lebih memilih Jaemin.
Seharusnya Chenle sadar dan mengerti bahwa Jisung bukan untuknya, ia seharusnya tahu bahwa- sosok yang ada di hati Jisung bukan dirinya. Melainkan Jaemin.
Seharusnya Chenle tidak menyukai Jisung. Jika ia tahu akhirnya akan jadi seperti ini, kenapa ia tidak menyadari bahwa Jisung bukan untuknya?
Lalu kenapa ia harus menunggunya disini selama berjam-jam dengan tubuh bergetar kedinginan, sementara yang ia tunggu malah memilih orang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Basketball Leader [CHENJI\JICHEN]
Fiksi Penggemar[TELAH DIBUKUKAN!] ✓ Completed! {End: 07.14.20} '' Mana yang akan lebih kau pilih? Cita-cita atau cinta? '' Park Jisung yang tegas dan dingin bisa jatuh cinta pada teman sebangkunya sendiri; Zhong Chenle, bahkan ketika semua orang tahu dia sulit unt...